Pecihitam.org – Kencing merupakan kodrat manusia dalam penciptaannya. Dalam praktiknya, kencing tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Di samping karena agama melarangnya, sistem sosial masyarakat juga tidak menghendakinya. Sebagai agama yang sempurna, Islam mengedepankan adab dalam berperilaku, termasuk adab ketika kencing.
Terkait adab kencing dalam Islam, sebenarnya dapat kita temui dalam berbagai hadis yang diriwayatkan para Imam hadis. Sejauh penelusuran penulis, tidak ada hadis yang mencakup keseluruhan etika kencing.
Etika atau adab kencing tersebar dalam hadis yang berbeda-beda. Oleh karena itu, para ulama telah mengumpulkannya dalam satu pembahasan.
Mengenai etika kencing dalam Islam yang bersumber dari hadis, Imam Nawawi telah merumuskannya dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 2 halaman 92 – 94, yaitu sebagai berikut:
ﻓﻲ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺂﺩاﺏ ﻗﻀﺎء اﻟﺤﺎﺟﺔ: ﺇﺣﺪاﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺎﻟﺒﻮﻝ ﻓﻲ ﺇﻧﺎء ﻟﻤﺎ ﺭﻭﺕ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ (ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺇﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻭﺻﻰ ﺇﻟﻰ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻘﺪ ﺩﻋﻲ ﺑﺎﻟﻄﺴﺖ ﻳﺒﻮﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﺎﻧﺤﺒﺲ ﻓﻤﺎﺕ ﻭﻣﺎ ﺃﺷﻌﺮ ﺑﻪ) ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﺭﻭاﻩ اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ
Hal-hal yang berkaitan dengan etika kencing, yaitu sebagai berikut:
Pertama, diperbolehkan kencing ke dalam wadah. Berdasarkan riwayat Aisyah r.a, beliau berkata “Orang-orang berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada Ali. Beliau meminta sebuah baskom yang beliau pergunakan untuk kencing, lalu anggota tubuh beliau perlahan-lahan lemah karena mendekati ajal, aku tidak merasakan hal itu”. Hadis ini sahih riwayat Imam Nasai.
اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻳﺤﺮﻡ اﻟﺒﻮﻝ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺇﻧﺎء
Kedua, haram hukumnya kencing di masjid pada selain wadah. (Begitu pula di dalam wadah, tetap dihukumi haram. Ini pendapat sahih).
اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻳﺤﺮﻡ اﻟﺒﻮﻝ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺒﺮ ﻭﻳﻜﺮﻩ اﻟﺒﻮﻝ ﺑﻘﺮﺑﻪ
Ketiga, haram hukum kencing di atas kuburan. Dan makruh jika di dekatnya.
اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻳﻜﺮﻩ اﻟﺒﻮﻝ ﻓﻲ اﻟﻤﺎء اﻟﺮاﻛﺪ ﻗﻠﻴﻼ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﻛﺜﻴﺮا ﻟﺤﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ (ﻧﻬﻰ ﺃﻥ ﻳﺒﺎﻝ ﻓﻲ اﻟﻤﺎء اﻟﺮاﻛﺪ) ﺭﻭاﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Keempat, makruh hukumnya kencing di air yang tidak mengalir, baik sedikit maupun banyak. Berdasarkan hadis Jabir, sesungguhnya Rasulullah melarang untuk kencing di air yang tidak mengalir. Hadis riwayat Imam Muslim.
اﻟﺨﺎﻣﺴﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻳﻜﺮﻩ اﺳﺘﻘﺒﺎﻝ اﻟﺮﻳﺢ ﺑﺎﻟﺒﻮﻝ ﻟﺌﻼ ﻳﺮﺩﻩ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﺘﻨﺠﺲ ﺑﻞ ﻳﺴﺘﺪﺑﺮﻫﺎ ﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻓﻲ ﻛﺮاﻫﺘﻪ
Kelima, makruh hukumnya kencing melawan arah angin karena cipratan airnya akan kembali pada dirinya kemudian jadi mutanajis. Kencinglah dengan mengikuti arah angin agar kemakruhannya hilang. Ini pendapat sahih.
اﻟﺴﺎﺩﺳﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻬﺊ ﺃﺣﺠﺎﺭ اﻻﺳﺘﻨﺠﺎء ﻗﺒﻞ ﺟﻠﻮﺳﻪ ﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ (ﺇﺫا ﺫﻫﺐ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺇﻟﻰ اﻟﻐﺎﺋﻂ ﻓﻠﻴﺬﻫﺐ ﻣﻌﻪ ﺑﺜﻼﺛﺔ ﺃﺣﺠﺎﺭ) ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺭﻭاﻩ ﺃﺣﻤﺪI
Keenam, sunah hukumnya menyediakan batu untuk istinja saat hendak kencing. Berdasarkan riwayat Aisyah, sesungguhnya Nabi bersabda “jika kalian hendak BAB, maka bawalah tiga batu”. Hadis hasan riwayat Imam Ahmad.
اﻟﺴﺎﺑﻌﺔ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺒﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻣﻨﻊ اﻻﺳﺘﻨﺠﺎء ﺑﻪ ﻟﺤﺮﻣﺘﻪ ﻛﺎﻟﻌﻈﻢ ﻭﺳﺎﺋﺮ اﻟﻤﻄﻌﻮﻣﺎﺕ
Ketujuh, tidak boleh mengencingi benda yang dicegah karena kemuliaannya, seperti tulang dan makanan.
اﻟﺜﺎﻣﻨﺔ ﻗﺎﻝ ﺇﻣﺎﻡ اﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭاﻟﻐﺰاﻟﻲ ﻭاﻟﺒﻐﻮﻱ ﻭﺁﺧﺮﻭﻥ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻻﻳﺪﺧﻞ اﻟﺨﻼء ﻣﻜﺸﻮﻑ اﻟﺮﺃﺱ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﺿﻊ ﻛﻤﻪ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻻﻳﺪﺧﻞ اﻟﺨﻼء ﺣﺎﻓﻴﺎ
Kedelapan, disunahkan saat masuk ke tempat kencing tidak dalam keadaan kepala terbuka. Jika tidak menemukan penutup kepala, maka tutuplah dengan lengan baju. Disunahkan pula saat memasukinya menggunakan alas kaki.
اﻟﺘﺎﺳﻌﺔ ﻗﺎﻝ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺒﻴﺎﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻤﻦ ﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻗﻀﺎء اﻟﺤﺎﺟﺔ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻓﺮﺟﻪ ﻭﻻ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﻭﻻ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻤﺎء ﻭﻻ ﻳﻌﺒﺚ ﺑﻴﺪﻩ
Kesembilan, disunahkan bagi yang tengah kencing (atau BAB) tidak melihat ke arah kemaluannya atau melihat sesuatu yang keluar darinya. Tidak juga melihat langit.
اﻟﻌﺎﺷﺮﺓ ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺼﻨﻒ ﻓﻲ اﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﻭﻛﺜﻴﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻻ ﻳﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﺸﻤﺲ ﻭﻻ اﻟﻘﻤﺮ ﺃﻧﻪ ﻓﻲ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻳﺴﺘﻮﻱ اﻻﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﻭاﻻﺳﺘﺪﺑﺎﺭ ﻭﻫﻨﺎ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺎﻻﺳﺘﺪﺑﺎﺭ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻛﺮﻫﻮا اﻻﺳﺘﻘﺒﺎﻝ: ﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﺼﺤﻴﺢ اﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻭﺑﻪ ﻗﻄﻊ اﻟﻤﺼﻨﻒ ﻓﻲ اﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﻭاﻟﺠﻤﻬﻮﺭ
Kesepuluh, disunahkan saat kencing tidak menghadap matahari atau bulan. Begitu pula dengan kiblat, tidak menghadap atau membelakanginya. Namun dalam hal ini, yang dimakruhkan hanya menghadap kiblat saja. Ini pendapat sahih jumhur juga mushanif.
Demikian pembahasan etika kencing di tempat terbuka dalam Islam, walaahu a’lam bishshawaab.
- Pembubaran FPI dan Nasib Masa Depan Indonesia - 08/01/2021
- Pembagian Najis dan Cara Mensucikannya, Kamu Harus Tahu - 25/10/2020
- Kritik Imam al Ghazali Terhadap Pemikiran Para Filsuf (Part 2) - 11/10/2020