Abdullah bin Saba’, Antek Yahudi Biang Kerok Aliran Syia’h dan 3 Ajaran Sesatnya

Abdullah bin Saba', Antek Yahudi Biang Kerok Aliran Syia'h dan 3 Ajaran Sesatnya

PECIHITAM. ORG – Ada seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang masuk Islam, namanya Abdullah bin Saba’. Setelah masuk Islam, ia lantas datang ke Madinah pada akhir tahun kekuasaan Khalifah Sayyidina Utsman bin Affan, yaitu sekitar tahun 30 Hijriyah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Orang ini kebetulan tidak begitu mendapat penghargaan dari khalifah Utsman bin Affan radhiallahu anhu dan orang-orang besar di Madinah sebagai sebagaimana yang diharapkannya. Ia menyangka pada mulanya, bahwa kalau datang ke Madinah, ia akan disambut dengan kebesaran, sebab dia adalah seorang pendeta besar dari Yahudi Yaman yang masuk Islam.

Karena kenyataan yang ia terima meleset dari harapanya semula, maka ia pun merasa kesal dan jengkel. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa masuknya Abdullah bin Saba ke dalam Islam sejak awal memang dengan tujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam, karena tak sanggup menghancurkan Islam dari luar.

Setelah benci kepada Khalifah Sayyidina Utsman karena tidak menyambutnya dengan baik, kemudian membangun gerakan anti Sayyidina Utsman dan berusaha meruntuhkannya serta menggantikannya dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Usaha Bin Saba’ mendapat pasaran di kota-kota besar umat Islam ketika itu, seperti di Madinah, Mesir, Kufah, Basrah dan kota-kota Islam lainnya, karena kebetulan orang-orang sudah banyak pula yang tidak sesuai dengan Khalifah Sayyidina Utsman, karena beliau menghilangkan cincin stempel Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan juga beliau banyak mengangkat orang-orang dari suku beliau sendiri yaitu orang-orang Bani Umayyah menjadi pengusaha-pengusaha daerah.

Demi menjatuhkan dan mengalahkan Sayyidina Utsman radhiyallahu anhu, Abdullah bin Saba pergi ke Mesir, Kufah ke kufah Basrah, Damaskus dan kota-kota lain untuk melakukan propaganda tentang keagungan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga:  Biografi Sulaiman bin Ahmad Ath Thabrani, Sang Ulama Hadits

Kemudian Abdullah bin Saba’ sangat berlebihan dalam mengagungkan Sayyidina Ali dan telah berani membuat hadis-hadis palsu yang bertujuan mengagungkan sedemkian rupa dan merendahkan Sayyidina Utsman, Sayyidina Umar bin Khattab dan Sayyidina Abu Bakar radhiallahu anhum.

Di antara ajaran-ajaran sesat Abdullah bin Saba adalah sebagai berikut:

1). Al-Wishaya
Al-Wishaya adala wasiat. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam berwasiat supaya khalifah atau kmam setelahbeliau ialah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Ali kadang juga digelari dengan Al-Washi yakni orang yang diberi wasiat.

2). Ar-Raj’ah
Arti Ar-Raj’ah ialah kembali. Abdullah bin Saba mengajarkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak boleh kalah dari Nabi Isa Alaihissalam. Kalau Nabi Isa akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan, maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lebih patut untuk kembali.

Sayyidina Ali pun akan kembali di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Ia tidak percaya bahwa Sayyidina Ali mati terbunuh, beliau masih hidup katanya. Inilah kejinya salah satu ajran Abdullah bin Saba’.

Berkata seorang ahli tarikh, Ibnu Hazm Al-Adalusi: Abdullah bin Saba mengatakan ketika dikabarkan kepadanya bahwa Sayyidina Ali telah meninggal karena tertusuk, “walaupun kamu bawa otaknya seribu kali kemari, aku tidak percaya bahwa ia telah meninggal. Iabelum mati sebelum dia memenuhi dunia ini dengan keadila, sebagaimana telah dipenuhi orang dengan kezaliman”.

Abdullah bin Saba mengajarkan bahwa Sayyidina Ali belum mati tetapi bersembunyi dan akan kembali pada akhir zaman. Ajaran ini di bawanya dari kepercayaan Kaum Yahudi yang mengajarkan bahwa Nabi Ilyas juga belum mati. Ajaran Ibnu Saba inilah yang kemudian menjadi kepercayaan kaum Syiah bahwa seorang imamnya yang terakhir belum mati. Sekarang masih bersembunyi dan akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. (Lebih jelasnya bisa dilihat di dalam Fajar Islam karangan Ahmad Amin halaman 270).

Baca Juga:  Annangguru Sayyid Alwi Jamallulail, Sang Penyiar Islam di Tanah Mandar

3). Ketuhanan Ali
Ibnu Saba juga mengajarkan bahwa dalam tubuh Ali bersemayam unsur Ketuhanan yang telah bersatu padu dengan tubuh Ali. Karena itu, Ali dipercaya mengetahui segala yang gaib. Karena itu pula, Ali selalu menang dalam peperangan melawan orang kafir. Suara petir adalah suara ahli dan kilat adalah senyum Ali.

Pendeknya, Sayyidina Ali diangkat oleh Abdullah bin Saba dan orang-orang Syiah kedudukannya seolah-olah Tuhan. Naudzubillah. Di sinilah, Ibnu Saba kemudian menaburkan paham Syiah, yaitu keterlaluan dalam mengagungkan Sayyidina Ali.

Malu melihat ganjilnya pelajaran-pelajaran Ibnu Saba ini, maka sebagian kaum Syiah mengatakan bahwa Abdullah bin Saba itu sebenarnya orangnya tidak ada. Kabar itu hanya dibuat-buat saja oleh orang yang anti Syiah. Tetapi menurut Ahmad Amin, keingkaran orang-orang Syiah sekarang tidak beralasan, karena kitab-kitab sejarah Islam lama telah menetapkan adanya Abdullah bin Saba.

Kaum Syiah mendustakan adanya Ibnu Saba karena malu melihat ajaran-ajarannya yang keji ini. Tetapi pengarang kitab Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Ibnu Abil Hadid, seorang ulama dan pengarang ulung dari kaum Syiah/ Mu’tazilah (wafat 656 H) mengakui adanya Abdullah bin Saba.

Menurutnya Abdullah bin Saba adalah pendeta Yahudi yang masuk Islam dan mengubah serta mengorbankan faham Syiah Sabaiyah. (Lihat Syarah Nahjul Balaghah juz 8 Halaman 120).

Baca Juga:  Ki Hajar Dewantara; Biografi, Pemikiran dan Pandangannya Tentang Pendidikan

Dan di antara gembong Syiah Saba’iyah ini terdapat seseorang yang bernama Mughirah bin Said yang mengatakan bahwa dzat Tuhan bersemayam dalam tubuh Ali. Maka Ali dapat menghidupkan kembali kaum ‘Ad dan Tsamud. Dan terdapat pula seorang gembong Syiah lainnya bernama Ishaq bin Zaid yang memfatwakan bahwa orang-orang Syiah yang sudah sampai ke derajat yang tinggi, maka sudah lepas taklif baginya, yaitu tidak perlu shalat, puasa dan ibadah-ibadah wajib lainnya.

Demikian, boleh dipastikan bahwa Ibnu Saba’ merupakan penggerak pertama dan utama untuk berontak terhadap kalifah ketiga, yaitu Utsman bin Affan.

Nasib Abdullah bin Saba ini pada akhir hayatnya menjadi orang buangan yang dibuang oleh Sayyidina Ali saat menjadi khalifah. Pada suatu hari ia datang kepada Sayyidina Ali dan mengatakan kepada beliau: “أنت، أنت” (Engkau, Engkau) yakni maksudnya: Engkaulah Tuhan.

Maka Sayyidina Ali pun marah dan menangkapnya, lalu membuangnya ke Madain.

Faisol Abdurrahman