Abu Nawas: Cara Menghitung Bulu Ekor Keledai

abu nawas dan keledainya

Pecihitam.org – Di suatu hari yang cerah, ada tiga orang bijak dan pandai pergi berkeliling ke penjuru negeri Baghdad untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka yang mendesak. Pasa suatu kesempatan sampailah mereka di desa Abu Nawas.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ketiga orang itu ternyta memang terkenal pintar namun juga licik. Akhirnya untuk menghadapi mereka, para penduduk desa sepakat untuk menjadikan Abu Nawas sebagai tandingan mengadu ilmu mereka.

Setelah dijadikan wakil dari penduduk di desanya, Abu Nawas dipaksa menghadapi tiga orang bijak tadi dan keinginan penduduk desa sudah disetujui oleh kepala desa desa setempat.

“Kalau begitu, besok di alun-alun tengah desa kita akan adu kepintaran antara Abu Nawas dengan ketiga orang bijak itu,” kata kepala desa dengan suara lantang dan keras.

Setelah hari esok tiba dan dengan waktu yang telah ditentukan, maka berkumpullah penduduk desa setempat di alun-alun. Untuk menghormati tamunya, maka kepala desa itu mempersilahkan ketiga orang bijak itu terlebih dahulu untuk bertanya kepada Abu Nawas.

“Sebagai rasa hormat kami, maka kalian bertiga terlebih dahulu diberi kesempatan untuk bertanya kepada Abu Nawas, “kata kepala desa.

Baca Juga:  Kisah Nu’aiman, Pemabuk yang Dicintai oleh Rasulullah Saw

Mendapat kesempatan tersebut, tentu saja ketiganya sangat senang bukan kepalang. Maka, orang bijak pertama dengan sombongnya bertanya kepada Abu Nawas.

“Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas?”

Tampaknya pertanyaan itu dianggap ringan saja oleh Abu Nawas. Dengan tersenyum Abu Nawas menjawab,

“Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman.”

Jawaban Abu Nawas itu membuat orang bijak yang kedua tidak terima. Ia langsung berkata dengan keras, “Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”

“Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri, “jawab Abu Nawas.

Tampaknya jawaban itu telah membuat orang bijak pertama hanya bisa diam tertegun. Kemudian, tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas.

“Hai Abu Nawas, Berapa banyak jumlah bintang di langit?”

Lagi-lagi Abu Nawas menjawabnya dengan tenang.

“Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledaiku ini.”

Baca Juga:  Kisah Ummu Mahjan, Marbot Masjid Perempuan di Masa Rasulullah Saw

Tentu saja jawaban Abu Nawas bikin sakit hati.

“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? “tanya orang bijak kedua tersebut.

“Nah, kalau saudaraku yang budiman tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai ini, nanti saudara akan tahu kebenarannya, “jawab Abu Nawas.

“Itu sih bodoh, akal-akalan saja. Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai? “sanggah orang bijak kedua itu.

Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit? “kata Abu Nawas.

Mendengar jawaban Abu Nawas, orang bijak kedua pun tidak bisa melanjutkan. Sekarang tampilah orang bijak ketiga yang katanya paling pintar diantara yang lain. Ia merasa terganggu oleh kecerdikan Abu Nawas dan dengan ketus ia bertanya,

“Tampaknya saudara tahu banyak tentang keledai, coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu.”

“Mudah saja ya Tuan. Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut tuan saudara, “jawab Abu Nawas dengan santainya.

Baca Juga:  Inilah Kisah Awal dari Misi Kerasulan Nabi Muhammad SAW

“Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? “tanya si bijak ketiga lagi.

“Oh itu mudah saja. Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau jumlahnya sama, maka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru, “jawab Abu Nawas.

Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tak mau menerima cara menghitung tersebut. Dari situlah orang-orang desa mengatakan bahwa ternyata Abu Nawas adalah orang yang paling bijak diantara ketiga orang bijak tersebut.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik