Aqidah Aswaja; Wahdaniyah, Sifat Wajib Ke-Enam Allah SWT

Aqidah Aswaja; Wahdaniyah, Sifat Wajib Ke-Enam Allah SWT

Pecihitam.org – Sifat Ke-Enam Yang Wajib pada Allah Ta’ala dalam Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah Wahdaniyah (وَحْدَانِيَة) artinya Esa/Tunggal. Kebalikannya adalah mustahil Allah bersifat Ta’addud  (تَعَدُّد) yang artinya Berbilang-bilang, yakni lebih dari satu, dengan kata lain tidak Esa

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wahdaniyah terbagi kepada tiga :

1. wahdaniyah pada zat, yakni zat Allah Ta’ala tunggal, tidak berbilang. Dalam artian Allah tidak ada syarikat baginya yang memiliki wujud seperti-Nya. Dan juga zat Allah Ta’ala tidak tersusun daripada juzuk atau bagian-bagian tertentu, seperti bagian atas yakni kepala, leher, dan wajah.

Juga tidak ada bagi-Nya bagian tengah seperti perut, bagian samping seperti tangan dan bagian bawah seperti kaki dan lain sebagainya. Mustahil Allah Ta’ala serupa dengan makhluk yang zatnya tersusun dari bagian-bagian tertentu.

2. wahdaniyah pada sifat, yakni tiada dua atau lebih bagi masing-masing sifat Allah dalam jenisnya, seperti misalkan ada dua sifat qudrah, dua iradah dan dua ilmu. Segala sifat Allah yang wajib ada pada-Nya hanya ada satu bagi setiap jenis sifat tersebut, tidak lebih.

Dan juga dalam artian tidak ada sesuatupun selain Allah yang memiliki sifat yang serupa dengan sifat-sifat Allah Ta’ala. Seperti misalkan adanya sifat qudrah/kuasa pada Udin, yang dengan sifat qudrah itu ia menjadikan sesuatu dan memusnahkan sesuatu, sama seperti qudrah yang ada pada Allah Ta’ala. Ini mustahil pada akal.

Baca Juga:  Ragam Makna "Kafir"

3. Wahdaniyah pada Af’al (perbuatan), yakni tidak ada yang berbuat atau menjadikan sesuatu perbuatanpun di alam semesta ini melainkan Hanya Allah Ta’ala jua yang Maha berbuat Ia sendiri-Nya. Perbuatan yang ada (di hubungkan) pada makhluk/selain Allah hanyalah dari sisi ikhtiyar atau usaha.

Tiada bekas atau pengaruh barang sedikitpun sesuatu yang terjadi dalam alam semesta ini melainkan kesemuanya itu adalah bekasan atau pengaruh daripada perbuatan Allah Semata.

Maka tiada pengaruh bagi makanan dalam hal mengenyangkan, tiada pengaruh bagi api dalam hal menghanguskan dan tiada pengaruh bagi pisau dalam hal memotong. Hanyasaja yang menghanguskan, yang memotong dan yang mengenyangkan itu hanyalah semata-mata Allah Ta’ala jua. Allah SWT berfirman :

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ

“Padahal Allah-lah Yang Menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu” (As-Shaffaat: 96)

Dalil ‘aqlinya sebagai berikut:

Bila di katakan zat Allah Ta’ala itu tersusun dari beberapa bagian, maka itu berarti Allah telah serupa dengan makhluk, dan makhluk adalah ia sesuatu yang bersifat baharu, maka saat itu Allah Ta’ala juga baharu, begitu pula halnya dengan sifat-Nya.

Baca Juga:  Pandangan Ibnu Taimiyah Tentang ‘Allah Duduk Diatas Arsy’ yang Ditolak Para Ulama

Dan ini mustahil , dalam artian akal tidak dapat menerima hal tersebut, karena akal telah menetapkan wajibnya sifat mukhalafatuhu lilhawadits (berbeda bagi yang baharu) pada Allah SWT, berdasarkan dalil akal yang sudah kita bahas pada artikel-artikel sebelumnya.

Dan bila di katakan zat Allah Ta’ala ada dua, tiga atau lebih, maka hal tersebut adalah menunjukkan keatas banyaknya syarikat atau teman bagi Allah, maka ini adalah kecacatan dan kekurangan karena hal tersebut pastilah membawaki kepada adanya sifat lemah bagi-Nya.

Dalam artian Dia tidak mampu mencipta dan mengatur alam dengan sendirinya, butuh Ia kepada teman atau Syarikat yang membantu-Nya, Begitu juga halnya pada masalah sifat dan perbuatan Allah Ta’ala.

Kesemuanya itu adalah mustahil bagi Allah Ta’ala. Maka hasil-lah satu ketetapan pada akal, yang bahwa Allah Ta’ala wajib bersifat wahdaniyah, baik itu pada zat, sifat dan perbuatan-Nya.

Baca Juga:  Qiyamuhu Binafsih, Sifat Wajib Ke-Lima Bagi Allah SWT

Adapun Dalil Naqli ada banyak, diantaranya :

  • Surat Al-Baqarah ayat  163 :

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa”

  • Surat Al-Anbiyaa’ ayat 22 :

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa”

  • Surat Al-Mu’minuun ayat 91 :

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebahagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan tuhan yang lain”

Demikian, InsyaAllah pada artikel berikutnya akan kita lanjutkan dengan sifat ke-tujuh yang wajib pada Allah SWT, dan juga yang mustahil bagi-Nya.

Wallahu A’lam Bisshawaab !

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *