Argumen Ontologis Ibn Sina Tentang Keberadaan Tuhan

argumen ontologis tentang keberadaan tuhan

Pecihitam.org – Ada bermacam-macam upaya para filusuf muslim untuk menjelaskan perihal eksistensi Tuhan. Dalam tulisan sebelumnya, saya pernah membahas perihal salah satu upaya filusuf muslim dalam menjelaskan eksistensi Tuhan melalui perspektif kosmologi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam tulisan itu, saya jelaskan bahwa argumen kosmologis merupakan argumen tentang eksistensi Tuhan dengan cara merenungkan apa yang terjadi dalam alam semesta. Melalui perenungan alam semesta, singkatnya, jika dirunut-runut, asal dari segala yang ada dalam alam semesta ini berasal dari zat paling awal, yakni Al-Illah Al-Ula.

Namun, penjelasan kosmologis tersebut tak cukup bagi seorang Ibnu Sina. Ibnu Sina atau yang terkenal di Barat dengan nama Aviccena merupakan salah satu filusuf besar Islam. Filusuf Persia tersebut mengarang kitab yang sangat penting dan menjadi rujukan awal ilmu kedokteran, yakni al-Qanun fi at-Tibb.

Bagi Ibnu Sina, argumentasi kosmologis tersebut tak cukup untuk menjelaskan eksistensi Tuhan. Seperti yang saya dikutip Prof. Mulyadhi Kartanegara dalam bukunya Lentera Kehidupan: Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan Manusia (2016) bahwa Ibn Sina mengatakan:

Baca Juga:  Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama'ah; Baqa, Sifat Wajib Ketiga Bagi Allah SWT

Adalah tidak berguna untuk sampai pada Kebenaran Pertama melalui gerak dan melalui fakta bahwa ia merupakan prinsip gerak.. Betapa tak kompetennya untuk mengatakan bahwa gerak harus menjadi alat untuk menetapkan Yang Esa, Sang Kebenaran, yang Ia sendiri adalah prinsip dari segala yang ada.

Keberatan Ibnu Sina atas penjelasan kosmologis terletak pada eksistensi Tuhan yang Maha Kuasa harus disandarkan kepada penjelasan alam semesta yang notabene adalah ciptaan dari Tuhan sendiri. Masak menjelaskan Tuhan melalui karyanya? Bagi Ibn Sina, penjelasan demikian itu merendahkan keagungan dari Tuhan itu sendiri.

Bertolak dari kritiknya terhadap penjelasan kosmologis atas eksistensi Tuhan, Ibn Sina mengajukan sebuah argumen ontologis tentang keberadaan Tuhan yang disebut sebagai Wajib Al-Wujud. Jika penjelasan kosmologi menjelaskan Tuhan harus melalui ciptaannya, yakni alam semesta. Namun, kalau argumen ontologis menjelaskan eksistensi Tuhan melalui wujud Tuahan itu sendiri.

Menurut Prof. Mulyadhi (2016) dalam menjelaskan argumen dan pendekatan ontologis tentang keberadaan Tuhan, mula-mula harus dipahami terlebih dulu tipologi yang dibuat oleh Ibn Sina. Adapun tipologi itu meliputi: 1). Wajib al-wujud, 2). Mumkin al-wujud, dan 3). Mumtani’ al-wujud.

Pertama, wajib al-wujud merupakan sebuah Wujud Niscaya, yang harus selalu ada, baik masa lalu, kini, dan masa yang akan datang. Kedua, mumkin al-wujud merupakan wujud potensial, yang memiliki kemungkinan untuk ada, namun karena tak memiliki prinsip aktualitas pada dirinya, tak mungkin ia mewujudkan dirinya sendiri. Ketiga, mumtani’ al-wujud merupakan wujud yang tidak terbayang adanya baik secara potensial maupun aktual.

Baca Juga:  Kajian Aqidah; Mungkinkah Allah Menciptakan Tuhan Kedua?

Tuhan dalam tipologi ini masuk kedalam kategori pertama, yakni wajib al-wujud. Tuhan selalu eksis di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Tuhan tak memiliki ketergantungan dengan siapa pun dan apapun. Tuhan adalah zat yang paling agung yang menciptakan segala yang ada dalam alam semesta.

Menurut Ibn Sina, Tuhan secara ontologis selalu ada dan menjadi penopang dari segala yang ada. Tuhan dari awalnya sudah ada, tak perlu menyandarkan diri pada alam semesta seperti dalam keterangan para filusuf yang menjelaskan pendekatan kosmologis.

Ibn Sina menjelaskan relasi alam semesta dengan Tuhan melalui kategori Al-Mumkin Al-Wujud. Penjelasan ini alam semesta merupakan esistensi yang hari ini ada, namun ia tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana eksistensi Tuhan. Alam semesta membutuhkan Tuhan untuk menopang dirinya agar ia eksis.

Baca Juga:  PENTING!!! Membagi Tauhid Menjadi 3 Bukanlah Ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah

Demikianlah penjelasan tentang keberadaan Tuhan melalui argumen ontologis Ibn Sina. Pandangan ini berangkat dari ketidakpuasan terhadap penjelasan yang dilakukan para filusuf dengan argument kosmologi.

Pendekatan ontologi ala Ibn Sina ini memiliki dorongan ketauhidan yang sangat besar, Tuhan eksis karena wujud-Nya sendiri dan dari sanalah menopang segala yang ia ciptakan. Wallahua’lam.