PECIHITAM.ORG – Secara bahasa السابقون الأولون (as-sabiqunal awwalun) terdiri dari dua suku kata, yakni السابقون (as-sabiqun) dan الأولون (al-awwalun). Dalam ilmu tata bahasa, السابقون disebut jamak mudzakkar salim dari lafadz السابق (as-sabiq) yang bermkna yang lebih dahulu.
Sementara الأولون (al-awwalun) adalah ما حمل على جمع المذكر السالم (isim yang disamakan dengan jamak mudzakkar salim). Adapun bentuk mufradnya adalah الأول (al-awwal) yang bermakna yang pertama.
Maka, ketika dua kata ini digabung, makanannya adalah orang-orang yang terlebih dahulu dan awal masuk Islam.
Secara istilah, السابقون الأولون merujuk kepada beberapa nama yang masuk Islam pada masa awal-awal Islam baik mereka dari kalangan Muhajirin atau Anshar, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat At-Taubah.
وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar… (QS. At-Taubah ayat 100)
Batasan Masa Assabiqunal Awwalun
Para ulama berbeda pendapat perihal sampai batas mana mereka yang masuk kategori As-Sabiqunal Awwalun.
Pendapat Pertama
Menurut pendapat ini bahwa Assabiqunal Awwalun merujuk kepada para sahabat yang masuk Islam pada masa awal-awal, beriman kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Salam, membela beliau sebelum terjadinya peristiwa Perjanjian Hudaibiyah (Al-Fath). Menurut pendapat ini, termasuk semua orang yang ikut terlibat dalam Bai’at Ridwan adalah bagian dari Assabiqunal Awwalun.
Pendapat Kedua
Sedangkan menurut pendapat kedua, As-Sabiqunal Awwalun adalah mereka yang pernah melakukan shalat dengan menghadap dua kiblat, yakni ke Baitul Maqdis di Palestina dan ke Ka’bah di Mekah setelah turunnya wahyu tentang perubahan arah kiblat bagi umat Muslim.
Dari dua pendapat di atas yang lebih dikuatkan oleh para ulama adalah pendapat yang pertama yakni As-Sabiqunal Awwalun merujuk pada mereka yang masuk Islam sebelum peristiwa Perjanjian Hudaibiyah.
Pendapat pertama ini didasarkan pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Surat Al-Hadid.
لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ اَنْفَقُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَقَاتَلُوْاۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid ayat 10)
Dalam pandangan mereka, ayat ini berbicara tentang perbedaan keutamaan para sahabat, berdasarkan peran mereka di dalam menyumbangkan hartanya dan berperang dijalan Allah.
Batasan yang diberikan Allah dalam hal ini adalah sebelum terjadinya peristiwa yang disebut dengan Al-Fath. Hanya saja mengenai yang dimaksud Al-Fath, para ulama pun juga berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Fathu Makkah, dan ada juga yang menyatakan Perjanjian Hudaibiyah.
Kemudian beberapa ulama tafsir menguatkan pendapat kedua, berdasarkan firman Allah di dalam Alquran surah Al-Fath ayat 18.
لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.
Kemudian pendapat pertama membantah pendapat kedua dengan alasan bahwa perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Mekkah tidak mengandung unsur perjuangan para sahabat, karena pemindahan kiblat merupakan kehendak Allah.
Selain itu juga tidak dijumpai dalil yang menunjukkan keistimewaan mereka yang masuk Islam sebelum perpindahan kiblat.
Nama-nama Assabiqunal Awwalun
Mengenai rerapa jumlah dan siapa saja yang masuk dalam kategori sahabat As-Sabiqunal Awwalun, para ulama juga berbeda pendapat ada yang mengatakan 40, 50 dan ragam pendapat lainnya hingga ada menyebutkan jumlah 1400 sahabat.
Berikut kami kutipkan beberapa nama sahabat yang masyhur sebagai Assabiqunal Awwalun:
• Khadijah binti Khuwailid
• Zaid bin Haritsah
• Ali bin Abi Thalib
• Abu Bakar Al-Shiddiq
• Bilal bin Rabah
• Ummu Aiman
• Hamzah bin Abdul Muthalib
• Abbas bin Abdul Muthalib
• Abdullah bin Abdul-Asad
• Ubay bin Ka’ab
• Abdullah bin Rawahah
• Abdullah bin Mas’ud
• Mus’ab bin Umair
• Mua’dz bin Jabal
• Aisyah
• Umar bin Khattab
• Utsman bin Affan
• Arwa’ binti Kuraiz
• Zubair bin Awwam bin Khuwailid
• Abdurrahman bin Auf
• Sa’ad bin Abi Waqqas
• Thalhah bin Ubaidillah
• Abdullah bin Zubair
• Miqdad bin Aswad
• Utsman bin Mazh’un
• Sa’id bin Zaid
• Abu Ubaidah bin al-Jarrah
• Waraqah bin Naufal
• Abu Dzar Al-Ghiffari
• Umar bin Anbasah
• Sa’id bin Al-Ash
• Abu Salamah bin Abdul Asad
• Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam
• Yasir bin Amir
• Ammar bin Yasir
• Sumayyah binti Khayyat
• Amir bin Abdullah
• Ja’far bin Abi Thalib
• Khabbab bin ‘Art
• Ubaidah bin Harits
• Ummu al-Fadl Lubaba
• Shafiyyah binti Abdul Muthalib
• Asma’ binti Abu Bakar
• Fatimah bin Khattab
• Suhayb Ar-Rummi
Jaminan Surga bagi Assabiqunal Awwalun
Sahabat Assabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar dijanjikan dengan jaminan masuk Syurga, sebagaimana firman Allah SWT
وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (QS. At-Taubah ayat 100)
Juga dalam hadis yang bersumber dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu yang kemudian diriwayatkan oleh banyak Imam diantaranya oleh Imam Abu Daud
لاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
Orang-orang yang ikut baiat Ridwan yang dilakukan di bawah pohon tidak ada satupun yang masuk neraka