Baju Koko; Pakaian Tionghoa yang Diadopsi Muslim di Indonesia

Baju Koko; Pakaian Tionghoa yang Diadopsi Muslim di Indonesia

Pecihitam.org – Banyak kaum muslim tidak menyadari bahwa baju Koko kebanggan yang selama ini digunakan untuk ibadah berasal dari budaya pakaian kaum Tionghoa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ketidak tahuan ini sebenarnya sebuah ambivalensi di tengah banyak muslim konservatif yang sering gampang menghakimi kaum Tionghoa dengan sentimen anti Cina dan asing-aseng.

Baju koko yang saat ini biasa kita gunakan tersebut, dalam kalangan Tionghoa disebut sebagai baju tui-khim. Menurut Henri F. Isnaeni dalam artikelnya Koko Masuk Islam di Historia, dengan mengutip sejarawan JJ Rizal bahwa orang cokin (Tionghoa peranakan) menggunakan baju tui-khim dalam kesehariannya.

Kemudian, baju tersebut diadopsi mula-mula oleh kaum muslim Melayu. Di Kepulauan Riau misalnya menggunakan pakaian adat pria yang disebut sebagai baju Teluk Belangga. Bentuknya mirip dengan baju tui-khim dengan tanpa menggunakan kancing, ataupun jika ada kancingnya hanya bagian atas.

Untuk membayangkan seperti apa bentuk baju tui-khim khas Tionghoa ini kita bisa menonton film tentang Shaolin ataupun Bobo Ho lainnya. Akan ada banyak aktor di dalam film tersebut dengan menggunakan baju berwarna polos dan kancingnya hanya di bagian atasnya saja. Kalau di film, mereka meliuk-liuk dengan mempraktikkan bela diri Shaolin.

Baca Juga:  Inilah 4 Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Ramadhan

Kemudian, menurut Henri F. Isnaeni dengan mengutip pengamat budaya Tionghoa  bernama David Kwa bahwa adaptasi pakaian tui-khim khas Tionghoa ini juga dilakukan oleh kalangan Betawi. Di tanah Betawi, baju tersebut disebut sebagai baju tukim.

Hal ini bisa kita lihat melalui berbagai sinetron yang mengisahkan kehidupan orang Betawi. Misalnya dalam sinetron Si Doel Anak Betawi digambarkan sosok Babe-nya Doel dan Bang Mandra’ menggunakan pakaian tukim. Dengan baju warna polos dan kancingnya hanya dibagian atas. Namun, mungkin yang sedikit membedakan adalah penggunaan kopyah berwarna merah atau kuning yang menjadikan khas Betawi.

Lantas, sejak kapan baju tui-khim khas Tionghoa ini menjadi baju koko yang saati ini dianggap sebagai pakaian Islami oleh kaum muslim di Indonesia?

Baca Juga:  Al-Hayawan Al-Nathiq: Hakikat Manusia, Rasional yang Spiritualis

Henri F. Isnaeni dengan mengutip Remy Sylado dalam novelanya Diponegoro: Menuju Sosok Khilafah bahwa baju tui-khim itu kesehariannya digunakan oleh “engkoh-engkoh”. Sebutan engkoh-engkoh ini kemudian dalam lidah orang Indonesia berubah menjadi Koh-koh atau Koko.

Baju Koko tersebut kemudian semakin banyak digunakan oleh kaum muslim di Indonesia setelah banyak kaum Tionghoa sudah tidak menggunakan baju model tui-khim tersebut. Karena, sejak peranakan Tionghoa mendapat persamaan derajat di era kolonialisme Belanda pada tahun 1900, mereka sudah banyak meninggalkan penggunaan baju tui-khim.

Kaum peranakan Tionghoa saat itu kemudian beralih menggunakan pakaian-pakaian khas Eropa, seperti kemeja, dasi, jas, dan sepatu. Dalam situasi seperti itu kemudian banyak kaum muslim yang menggunakan model baju tui-khim tersebut. Dan kemudian dimodifikasi menjadi baju Koko.

Kemudian, penggunaan baju Koko menjadi semakin masif digunakan oleh muslim Indonesia adalah sejak momentum kebangkitan Islam pada tahun 1990 an. Saat itu Presiden Suharto mencitrakan diri sebagai muslim yang taat. Dan dampaknya adalah adanya banyak peningkatan penggunaan simbol keislaman oleh muslim di Indonesia.

Baca Juga:  Cara Meruqyah Diri Sendiri Sesuai Anjuran Nabi

Terlebih lagi, sejak era Reformasi dimana adanya kebebasan berekspresi di Indonesia. Kemudian, terjadi trend syari’atisasi atau Islamiasi budaya populer. Dalam konteks ini termasuk adalah pakaian, terutama baju Koko. Kemudian baju Koko menjadi pakaian khas muslim terlebih lagi saat Ramadhan dan Lebaran.

Demikianlah kisah tentang baju Koko yang sebetulnya berasal dari budaya Tionghoa yang selama ini sering dibenci oleh sebagian kaum muslim. Tanpa mereka ketahui dan sadari bahwa mereka menggunakan pakaian kaum yang selama ini mereka olok-olok. Wallahua’lam.