Basrah, Dari Perang Jamal Hingga Jadi Negeri Kaya Minyak

Basrah Irak

Pecihitam.org – Tahun 1922, para ahli menemukan kenyataan bahwa bumi Basrah kota terbesar kedua di Irak dipenuhi oleh minyak. Jumlahnya sungguh fantastik: 20 milyar barel. Itu adalah 17% dari minyak bumi Irak, yang merupakan negara kedua terbesar penghasil minyak bumi di dunia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sejak saat itu, kota Basrah yang terletak sekitar 545 km dari Bagdad itu menjadi rebutan banyak perusahaan kilang minyak dunia, termasuk 2 raksasa perusahaan minyak Inggris: BP Amoco dan Royal Dutch Shell.

Seiring ditemukannya “emas hitam” itu,  Basrah bak menuai kutukan. Konflik kerap terjadi di sana, bukan sekedar melibatkan para pemburu minyak, namun juga antar penganut sekte beragama dan para penjahat biasa. Kota yang tadinya merupakan pusat pengetahuan itu, kini telah berubah menjadi salah satu kawasan paling berbahaya di dunia.

Basrah Masa Lalu

Usai menaklukan kota Ubullah di Persia, panglima Utbah ibn Gazwan merasa ribuan anak buahnya membutuhkan tempat berlindung untuk menghadapi musim dingin. Maka ia mengirim surat kepada Khalifah Umar ibn Khattab di Madinah.

Permintaan Panglima Utbah pun dikabulkan oleh Khalifah Umar. Maka pada 638 M, ribuan orang yang terdiri dari pasukan tentara dan rakyat sekitar bahu membahu membangun kawasan yang dilukiskan Utbah dalam suratnya kepada Khalifah Umar sebagai “tanah subur yang dekat dengan mata air dan tempat penggembalaan.”

Baca Juga:  Inilah Kitab kitab Tafsir dan Pengarangnya yang Populer Sepanjang Zaman

Muhammad Husain Haekal dalam buku Umar bin Khattab menuliskan, “Orang berdatangan ke tempat itu dan membangun tempat tinggal dan Utbah pun membangun sebuah mesjid disana. Kalau pasukan itu berperang mereka mencabuti bambu-bambu itu lalu diikat. Bilamana kelak kembali dari medan perang mereka bangun kembal.”

Semenjak itu, Basrah menjadi tempat bertolak pasukan Arab Islam dalam beberapa ekspedisi penaklukan. Di kota garnisun Basrah, para prajurit Arab diajarkan untuk menjalani kehidupan Islami yang penuh kesederhanaan dan kewaspadaan.

Selama pemerintahan Tiga Pemerintahan Rasyidin pertama, Basrah tidak begitu populer dibanding Makkah dan Medinah. Hingga pada 657, kala kota tersebut menjadi arena peperangan yang dalam tarikh Islam dikenal sebagai Perang Jamal. Itu adalah puncak perseteruan antara kubu Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Ummul Mukminin Aisyah.

Sebagaimana dikisahkan, awalnya perang itu terjadi disebabkan karena ketidakpuasan para sahabat pimpinan Aisyah yang menganggap Khalifah Ali bersikap tidak tegas terhadap para pembunuh Khalifah Utsman, ditambah fitnah kaum munafik yang mengadu domba kedua belah pihak.

Sejarah mencatat perang saudara tersebut berakhir dengan kekalahan di pihak Ummul Mukminin Aisyah. Korban keseluruhan tercatat berjumlah sekitar 10.000 jiwa. Itu termasuk dua sahabat Nabi Saw: Tholhah dan Zubair.

Ummul Mukminin Aisyah sendiri luput dari maut dan mendapat perlakuan hormat dari Ali. Ia lantas diantar Khalifah Ali kembali ke Madinah dan  menghindari dunia politik hingga wafat.

Baca Juga:  Propaganda Dibalik Kata Syiah Bukan Islam oleh Mereka Yang Berlagak Tuhan

Usai berakhirnya massa empat khalifah, Basrah kemudian berkembang menjadi kota niaga dan pertanian. Tahun 670 M, Gubernur Khurasan (saat itu dibawah kendali Dinasti Umayyah) menyulap kota Basrah tersebut menjadi kota pelabuhan bertaraf Internasional. Sungai Shatt al-Arab yang ada di sana menjadi pintu masuk menuju Teluk Persia.

Kekhalifahan Bani Umayyah menganggap Basrah adalah kota yang sangat penting, hingga soal tata kota pun diperhatikan betul. Selain membangun berbagai gedung dagang dan tempat pertahanan, Bani Umayyah pun membuat 120 ribu kanal di Basrah. Itulah sebabnya beberapa sejarawan Barat kerap menyamakan Basrah dengan Venesia kota kanal di Italia.

Pusat Ilmu Pengetahuan

Terbukanya jalur dari Teluk Persia, menjadikan Basrah ramai oleh lalu lalang berbagai bangsa dari  hampir seluruh dunia. Orang-orang Cina, Yunani, Romawi, India dan Persia, setiap waktu memenuhi pelabuhan Internasional Basrah.

Selain berniaga, tak jarang mereka pun melakukan riset-riset sekaligus menjadi tenaga pengajar bagi orang-orang Arab. Dan untuk soal belajar ini, orang-orang Arab memang terkenal rajin dan ulet. Philip K. Hitti dalam History of the Arabs menuliskan, “Orang-orang Arab menjadi murid-murid yang rakus dari orang-orang Yunani, Romawi, India dan Persia,”

Hampir semua disiplin ilmu berkembang sangat pesat di Basrah saat itu. Namun yang paling termasyur adalah hukum Islam dan seni. Banyak nama-nama terkenal seperti Hasan al-Bashri, Ibnu Syihab dan Al Zuhri yang merupakan para ahli hukum berpengaruh saat itu di Basrah.

Baca Juga:  Perjanjian Aelia Umar bin Khattab dengan Umat Kristen Yerussalem

Mungkin jika Anda ingat Kisah Ali Baba dengan 40 penyamunnya itu adalah produk Basrah abad pertengahan. Dikisahkan Ali Baba adalah seorang anak muda miskin, penemu sebuah gua tempat menyimpan harta para penyamun.

Untuk memasuki gua tersebut, ada sebuah mantra yang harus diucapkan. Bunyinya: “Sesam, buka pintu Anda.” Mantra itulah yang jadi terkenal ke seluruh dunia saat Hollywood meluncurkan film Ali Baba and the Forty Thieves pada 1944.

Itulah Basrah, kota yang banyak menyimpan sejarah Islam dan pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa lalu, kini menjadi kota dengan simpanan emas hitam yang menjadi rebutan petualang minyak dunia.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik