Beberapa Peristiwa Bersejarah di Bulan Jumadil Awal

peristiwa di bulan jumadil awal

Pecihitam.org – Jumadil awal atau Jumadil ula merupakan bulan ke lima dalam tahun hijriyah. Kata Jumadil ula terdiri dari dua kata jumada yang berarti “kering” dan ula berarti “pertama”. Dinamakan Jumadil ula karena bulan ini merupakan awal musim kemarau atau periode pertama terjadinya kekeringan. Banyak peristiwa yang terjadi di bulan Jumadil Awal ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dibulan ini tanggal 5 Jumadil Awwal 5 H Sayyidah Zainab, cucu Rasulullah saw. putri Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-Zahra lahir. Namun pada Bulan yang sama tanggal 13 Jumadal Awwal 11 H., Fatimah Az-Zahrah wafat.

Ia adalah putri bungsu Rasulullah saw. yang menyaksikan perjuangan berat orang tuanya mendakwahkan agama Allah Swt. Jumadil Awwal juga merupakan bulan kelahiran beberapa ulama dan awliya’ besar, seperti Imam al Ghazali dan Imam Ali Zainal Abidin.

Selain itu terdapat kisah yang mana di bulan Jumadil Awal ini juga menjadi saksi peristiwa keteguhan seorang pejuang muslim sejati, Abdullah bin Zubair bin Al-‘Awwam, dan ibunya, Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Tanggal 17 Jumadil Awwal adalah hari ketika Abdullah dihukum mati oleh Hajjaj bin Yusuf, salah seorang punggawa yang sangat terkenal kezhalimannya. Saat pemerintahan Bani Ummayah kembali mengincar tokoh-tokoh muslim yang dianggap sebagai musuhnya.

Sebelum Muawwiyah wafat ia memberikan pesan tentang tiga orang yang dapat menjatuhkan pemerintahannya “Ada tiga orang yang bisa menjadi pesaingmu , yaitu Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, dan Muhammad bin Abduurrohman.

Baca Juga:  Ini Hukum Belajar Bahasa Arab Jika Tujuannya Agar Bisa Memahami Al-Quran

Mereka adalah orang-orang yang ucapannya akan di dengar oleh kaum muslimin. Muhammad bisa di abaikan, karena ia terlalu sibuk memikirkan akhiratnya, sedangkan Husain adalah orang yang berhati teguh dan ikhlas, jika kau berontak dan kau berhasil mengalahkannya, maka ampunilah dia, betapapun ia masih keluarga kita.

Tapi berhati-hatilah terhadap Abdullah bin Zubair. Ia orang yang tak mengenal kompromi. Jika kau berhasil mengalahkannya, bunuhlah ia,” kata Mu’awwiyah kepada Yazid, penerusnya”.

Namun, setelah berhasil mengalahkan pengikut Sayyidina Husain, seorang Yazid pun tetap membantai habis-habisan cucu Rasulullah tersebut. Setelah mampu mengalahkan Husain, kemudian ia mengincar Abdullah bin Zubair, melalui Hajjah bin Yusuf seorang yang sangat kejam dan bengis.

Abdullah bin Zubair di serang dengan berbagai macam terror setiap harinya, sampai Abdullah pun tidak bisa untuk menahan diri dan akhirnya mengangkat senjata untuk melawan teror-teror yang menyerang ia dan pengikutnya.

Namun, situasi tersebut digunakan oleh Hajjaj sebagai kesempatan untuk mengerahkan pasukan dan menyerang Abdullah beserta pengikutnya yang tinggal di kota suci Makkah. Mereka di kepung selama berhari-hari, puncak dari pertempuran saat di Masjidil Haram yaitu yang di jadikan sebagai tempat perlindungan Abdullah beserta pengikitnya.

Hajjaj melemparkan Manjanik atau batu lontar ke jantung masjid sehingga sebagian dinding Ka’bah pun berlubang akibat lontaran batu itu. Pengikut Abdullah bin Zubair pun banyak yang gugur, dan sebagian lagi sudah mulai menyerah dan mengundurkan diri. Lalu Abdullah bin Zubair pun menemui ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan.

Baca Juga:  Mengenal Kalangan yang Mengatasnamakan “Islam Otentik”

“Wahai ibu orang-orang telah menghianatiku, bahkan juga istri dan anakku, tidak ada yang tersisa, kecuali sedikit orang yang sepertinya sudah tidak tahan untuk bersabar lebih lama lagi. Sementara Hajaj dan pasukannya menawarkan kesenangan apa saja, asal aku bersedia tunduk kepada mereka.”

Kemudian Asma’ pun menjawab dengan penuh rasa ibanya “ Demi Allah, anakku, engkau lebih tau tentang dirimu. Jika menurutmu engkau berada di jalan yang benar, teruskan langkahmu. Sahabat-sahabatmu pun telah banyak yang terbunuh karena mempertahankan kebenaran itu. Jangan sekali-kali engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Ummayah, jika engkau menginginkan dunia, engkau adalah seburuk-buruk hamba yang mencelakakan dirimu sendiri dan orang-orang yang berjihad bersamamu”.

Kemudian Abdullah pun menjawab “Demi Allah, akupun berpendapat seperti itu. Ibu ! hanya saja aku hawatir orang-orang Syam itu akan menyayat-nyayat dan menyalib tubuhku bila aku terbunuh”. Lalu Ibunya pun Menjawab “ Anakku, sesungguhnya kambing tidak akan merasakan sakitnya di kuliti lagi setelah di sembelih. Teruskan langkahmu, dan mintalah pertolongan kepada Allah Swt”.

Lalu Abdullah bin Zubair pun bergegas untuk berperang dengan gagah dan berani. Usianya yang sudah tidak lagi muda membuatnya hanya mampu sesaat sebelum ia akhirnya terbunuh oleh Hajjaj. Setelah berhasil membunuh Abdullah bin Zubair, Hajjaj pun menyuruh agar jenazah Abdullah di Salibkan tinggi di sisi Ka’bah agar ibunya melihat. Dan membuat Asma’ melemah melihat jenazah anaknya.

Baca Juga:  Barokah; Sebuah Konsep dan Nilai Luhur Kepesantrenan

Namun, ternyata hal itu tidak sperti yang diharapkan oleh Hajjaj, ternyata Asma’ pun tersenyum bangga melihat jasad anaknya dan berkata “ Aku bangga padamu, anakku. Ketika hidup engkau lebih tinggi dari orang-orang di sekitarmu, Ketika kau mati pun engkau tetap lebih tinggi dari orang-orang di sekitarmu”

Dalam riwayat lain disebutkan, Hajjaj berkata kepada Asma’ dengan angkuh, “Bagaimana pendapatmu tentang apa yang kuperbuat terhadap anakmu, wahai Asma’?”
Dengan datar Asma’ menjawab, “Engkau telah memporak-porandakan dunianya, sedang dia telah memporakporandakan akhiratmu.”

Abdullah bin Zubaair gugur pada tanggal 17 Jumadil Awal 73 H, dan tidak lama kemudian Asma’ binti Abu Bakar, ibundanya juga berpulang ke rahamatullah. Demikianlaah peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Jumadil Awal.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik