Pecihitam.org – Dalam sejarah kepresidenan Indonesia, ada beberapa Presiden yang punya cita rasa musik yang menarik. Pesiden Jokowi yang saat ini sedang menjabat misalnya, punya selera musik yang lumayan keras, yakni musik dengan genre metal dan hard-rock. Hal ini tampak dari beberapa pernyataannya yang mengatakan sebagai penggemar band Metallica.
Presiden sebelumnya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga punya cita rasa musik yang asyik. SBY semasa menjabat kepresidenan pernah meluncurkan album lagu gubahannya sendiri. Dan pada momen-momen tertentu di Istana, ia juga sering bernyanyi bersama. Konon hobi menyanyinya itu sudah muncul sejak masa kecilnya ketika tinggal di Pacitan.
Presiden lain yang punya cita rasa musik yang sangat menarik adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Greg Barton dalam Biografi Gus Dur (2016) menuturkan bahwa Gus Dur sangat menyukai musik klasik Beethoven.
Kesenangan itu mulanya diperkenalkan oleh seorang kawan ayahnya bernama William Iskandar Bueller, seorang Jerman yang telah masuk Islam. Seringkali, selepas sekolah, ayahnya mengirim Gus Dur ke rumah Bueller hingga sore hari.
Dari sanalah kemudian Gus Dur mengenal jenis musik klasik Eropa itu. Bahkan Gus Dur terpesona dengan lagu klasik Eropa itu sejak pertama kali ia dengar dari gramofon di rumah Bueller.
Kesenangan Gus Dur dengan Beethoven sungguhlah menarik. Beethoven merupakan gubahan seorang komposer klasik Eropa yang bernama Ludwing von Beethoven. Maestro yang konon disebut sebagai komposer terbaik Eropa pada abad ke-19 itu lahir di kota Bonn, Jerman, pada tanggal 17 Desember 1770 dan wafat di Wina, Austria, pada tahun 1827.
Dalam tradisi musik, karya-karya Beethoven ini disebut sebagai generasi terakhir dari apa yang disebut sebagai periode musik klasik, sebelum masuk generasi musik romantik. Periode musik klasik ditandai dengan karakteristiknya yang berupa musik tanpa vokal.
Jika kita membandingkan dengan apa yang disebut musik yang biasa kita konsumsi, musik klasik seperti Beethoven sangatlah berbeda jauh. Beethoven hanya kumpulan suara dari beberapa alat musik seperti biola, viola dll. Barangkali, jika ingin melihat padanannya di masa kini, Beethoven lebih mirip dengan orkestra.
Meski Beethoven akan dianggap tidak menarik bagi generasi pecinta musik pop seperti kita. Namun, bagi kalangan yang benar-benar serius mencintai musik dengan dalam, menyebut kalau Beetoven merupakan salah satu karya seni yang adiluhung.
Beethoven yang disenangi Gus Dur adalah Beethoven simfoni nomor 9. Mengutip dari laman Tirto.id, Beethoven jenis itu konon disebut salah satu dari dua karya terbaik dari maestro kelahiran kota Bonn tersebut. Beethoven simponi nomor 9 diciptakan oleh sang komposer semasa ia sudah mengalami gangguan pendengran yang sangat parah bahkan sudah tuli.
Namun, herannya, karya tersebut malah disebut-sebut sebagai salah satu master piece-nya. Beethoven simfoni nomor 9 itu ditampilkan di Gedung Teater Kärntnertor di kota Wina, Austria pada tahun 1824. Di gedung yang megah itu, Ludwing van Beethoven yang sudah tuli itu tak bisa memimpin pertunjukan itu secara langsung.
Penampilan itu dipimpin oleh Michel Umlauf, seorang kepala bagian musik Teater Kärntnertor. Konser tersebut berhasil memukau para penonton yang memadati gedung teater terbesar di kota Wina itu. Pada siang tahun 1824 itulah Beethoven simfoni nomor 9 mencatatkan sejarahnya.
Beethoven menandakan sebuah pencapaian kegemilangan kebudayaan manusia modern. Konon, kualitas kebudayaan seseorang dapat dilihat dari musik apa yang ia dengarkan. Nah, dalam hal ini menandakan kalau selera musik Gus Dur amatlah adiluhung.
Bahkan, kecintaan Gus Dur dengan Beethoven ini dipeluk sampai ujung hayatnya. Dalam banyak cerita dikisahkan bahwa di waktu sebelum meninggalnya sang guru bangsa tersebut, ia sempat meminta untuk diputarkan Beethoven simfoni nomor 9.
Demikianlah perihal kisah kecintaan Gus Dur dengan musik klasik Eropa, Beethoven simfoni nomor 9. Kecintaannya itu menandakan betapa tingginya cita rasa kebudayaan Gus Dur. Meskipun Gus Dur berasal dari dunia Pesantren, namun pergumulan kebudayaanya menjelajah sampai ujung dunia.