Biografi Singkat Habib Ali al Habsyi Pengarang Maulid Simthud Duror

habib ali al habsyi

Pecihitam.org – Habib Ali bin Muhammad al Habsyi dilahirkan di desa Qosam (Hadramaut). Ayahnya ialah seorang ulama besar yaitu Habib Muhammad bin Husein al Habsyi yang lahir di Seiwun. Sedangkan ibunya juga seorang alim dan pendakwah bernama Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri yang lahir di Syibam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Nasab Habib Ali al Habsyi

Nasab Habib Ali al Habsyi bersambung kepada Rasulullah SAW, melalui jalur Sayiidina Husein, lengkap yaitu Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husien bin Ahmad Shohibusy Sy’ib bin Muhammad Asghor bin Alwi bin Abubakar Al-Habsyi berlanjut terus sampai kepada Sayyidan Ali bin Abi thalib dan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra.

Perawakan Habib Ali, berkulit sawo matang dan dilipitu cahaya. Badannya tinggi besar, kekar, berdada bidang, berperut kecil. Wajah bulat berisi, berdahi lebar, dan berjanggut pendek.

Diantara guru-gurunya adalah;

  1. Kedua orangtuanya sendiri
  2. Al-Allamah Sayid Umar bin Hasan Al-Hadad.
  3. Sayid Abdullah bin Husein bin Tohir.
  4. Sayid Abdullah bin Husein bin Muhammad.
  5. Syeikh Muhammad bin Ibrahim.
  6. Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur.
  7. Habib Ali bin Idrus bin Syihabudin.
  8. Imam Umar bin Abdurrahman bin Syahab.
  9. Habib Ahmad bin Muhammad Al-Mudhar (Imam para Saadah yang mulia).
  10. Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas dan banyak lagi lainnya.

Diantara para gurunya tersebut Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas adalah guru yang paling berkesan bagi Habib Ali. Dalam kitab Tajul A’ros disebutkan Habib Abubakar bin Abdullah Al-Athas memelihara Habib Ali sejak dia masih berada di alam buthun (perut) hingga berada di alam zhuhur (dunia).

Ketika Habib Ali masih kecil pernah terjadi kejadian cukup aneh di Masjid Jami Qosam. Saat itu pakaian Habib Ali tertinggal di dalam masjid tersebut. Kemudian Habib Ali bersama ibunya berencana untuk mengambil baju itu, sesampainya di Masjid, Habib Ali masuk sendiri ke dalam Masjid sedangkan ibunya menunggu di luar.

Baca Juga:  Sejarah Lengkap Sunan Ampel dalam Perjalanan Dakwah Islam

Tetapi bajunya tidak ditemukan ditempatnya, tiba-tiba salah satu tiang masjid tersebut terbelah dan dari dalam tiang tersebut keluar seorang pemuda dengan jenggot tebal, berkulit putih berkata : “Wahai Ali, ambilah pakaianmu ini. Ketika melihatnya tertinggal, aku menyimpannya untukmu”. Kemudian Habib Ali segera mengambilnya.

Pada usia 17 tahun Habib Ali pergi ke Mekkah, dimana saat itu ayahnya sedang di sana dalam rangka berdakwah. Habib Ali di Mekkah selama 2 tahun, kemudian setelah itu beliau kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan ahli dalam pendidikan. Dalam sejarahnya pada tahun 1315 H Habib Ali pernah melakukan perjalanan ke Pulau Jawa selama 5 bulan atas perintah ayahnya.

Pada usia 37 tahun Habib Ali membangun Ribath (pondok pesantren) yang pertama di Hadramaut untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath itu menyerupai masjid dan terletak di sebelah timur halama Masjid Abdul Malik. Orang-orang yang menuntut ilmu dan tinggal di ribath itu semua biayanya beliau tanggung sendiri.

Menurut Syeikh Salim bin Muhammad Syamaakh, seorang pencinta beliau, Habib Ali menanggung setiap hari, selain para tamu adalah 150 orang; 50 orang di ribath, 50 orang di rumah dan 50 orang di Anisah. Adapun jumlah tamu setelah Isya adalah sekitar 15-20 orang.

Selain itu Habib Ali juga membangun Masjid yang dinamakan Masjid Riyadh, pada waktu beliau berusia 44 tahun. Masjid yang berdampingan dan bahkan menjadi satu dengan Ribath. Habib Ali berkata :”Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya, rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad SAW.

Maulid Simthud Duror

Ketika Habib Ali berusia 68 tahun, beliau menulis kitab Maulid yang diberi nama Simthud Duror. Disebutkan bahwa Maulid ini dibacakan pertama kali di rumah beliau kemudian dirumah muridnya Habib Umar bin Hamid. Sebelumnya, Habib Ali selalu membaca Maulid Al-Hafidz Ad-Diba’i (Maulid Ad-Diba’)

Habib Ali berkata tentang kitab Maulid Simthu Durarnya ini:

“Jika seseorang menjadikan kitab Maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalkannya, maka sir (rahasia) Al-Habib Muhammad SAW akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab ini dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi SAW. Pujianku kepada Nabi SAW dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena begitu besarnya cintaku kepada Nabi SAW, bahkan dalam surat-surat ku, ketika aku menyifatkan Nabi SAW, Allah membukakan kepada susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku. Dalam surat menyuratku ada beberapa sifat agung Nabi SAW, andaikan Nabhani membacanya, tentu ia akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu”.

Munculnya Maulid Simtud Duror di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan orang-orang yang hidup di zaman akhir. Sebab, pemberian Allah kepada orang-orang terdahulu yang tidak didapatkan oleh orang-orang zaman akhir tidaklah sedikit. Namun setelah datangnya maulid ini, ia menyempurnakan apa yang telah terlewatkan, dan Nabi SAW sangat menyukai maulid ini.

Baca Juga:  Muhaddits Wahabi, Syekh Al-Albani Sederajat dengan Imam Bukhari?

Habib Al Idrus bin Umar Al-Habsyi paman Habib Ali berkata;

“Wahai anakku, perhatikanlah kumpulan orang ini. Pertemuan ini belum pernah dilakukan pada masa-masa dahulu. Dalam maulid ini, aku memiliki sebuah masyhad (pandangan/pemikiran). Dalam perang Tabuk, Nabi SAW dan para sahabat ra. tidak mempunyai cukup perbekalan. Beliau memerintahkan agar setiap orang membawa makanan apapun yang mereka miliki. Ada yang datang membawa sebutir kurma, ada yang membawa 2 butir kurma dan ada pula yang membawa segenggam gandum. Nabi Muhammad SAW lalu mengumpulkan makanan tadi dan memberkatinya. Kemudian beliau memerintahkan agar setiap sahabat mengambil sesukanya. Ada yang mengambil satu ember, ada yang mengambil satu karung penuh. Masing-masing sahabat akhirnya mendapatkan bekal yang banyak berkat do’a Nabi Muhammad SAW. Begitu pula pertemuan Maulid ini. Setiap orang yang datang dapat memiliki sir, ada yang sedikit, ada yang banyak. Kemudian Nabi Muhammad SAW memberkatinya. Seusai Maulid, setiap orang pulang membawa sir yang sangat banyak”.

Wafatnya Habib Ali al Habsyi

Pada tahun-tahun terakhir sebelum wafat, penglihatan Habib Ali semakin kabur, dan dua tahun sebelum wafat, beliau kehilangan penglihatannya. Menjelang wafatnya, tanda yang pertama kali tampak adalah isthilam yang berlangsung selama 70 hari, hingga kesehatan beliau semakin memburuk.

Baca Juga:  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu Sunnah Hasanah

Akhirnya, pada waktu Dhuhur, hari Minggu, 20 Rabiuts Tsani 1333 H, ruh beliau yang suci terbang menuju “Illiyyin. Dan pada waktu Ashar keesokkan harinya, jenasah beliau diantarkan ke kubur dalam suatu iring-iringan yang tidak ada awal dan akhirnya. Jenasah beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Riyadh.

Habib Ali meninggalkan 4 orang putra dan 1 orang putri dari 2 orang istri. Yang pertama seorang wanita Qosam (bernama Abdullah) dan kedua Syarifah Fatimah binti Muhammad Maulakhela (Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khadijah). Diantara putranya ada yang tinggal menetap di Solo, Indonesia, yaitu Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (ayah dari Habib Anis bin Alwi AlHabsyi).

Habib Ali mempunyai banyak murid, diantara adalah;

  1. Anak-anaknya sendiri.
  2. Adiknya, Habib Syeikh bin Muhammad.
  3. Sayid Abdullah bi Umar Asy-Syathri.
  4. Sayid Jakfar dan Abdul Qodir bin Abdurrahman Asseggaf.
  5. Sayid Muhammad bin Hadi bin Hasan Asseggaf.
  6. Sayid Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Asseggaf.
  7. Sayid Abdullah bin Alwi bin Zien AlHabsyi.
  8. Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur.
  9. Sayid Umar bin Tohir Al-Haddad dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan.

Sumber: Sekilas Tentang Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, karya Habib Novel Muhammad Alaydrus.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *