Biografi Singkat Ibnu Khaldun, Sejarawan Islam dari Tunisia

ibnu khaldun

Pecihitam.org – Beliau adalah Abdul Rahman Abu Zaid Ibn Muhammad ibn Muhammad Ibn Khaldun, atau lebih di kenal dengan Ibnu Khaldun. Lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan tahun 732 H, atau bertepatan dengan 27 Mei 1332 M, dan wafat di Cairo tanggal 25 Ramadhan tahun 808 H, atau 19 Maret 1406 M. Beliau lebih dikenal sebagai pakar kenegaraan, sejarawan, dan ahli hukum dari Madzhab Maliki.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau merupakan keturunan dari Hadramaut yang berimigrasi ke Siville (Spain) pada abad ke delapan, ketika gelombang penaklukan Islam di Semenanjung Andalusia terjadi. Keluarga nya merupakan tokoh-tokoh politik yang berpengaruh, hanya ayahnya yang mendedikasikan diri dibidang pendidikan.

Ibnu Khaldun menerima pendidikan pertama kali langsung dari ayahnya. Sejak kecil ia telah mempelajari tajwid, menghafal Al-Qur’an dan fasih dengan qirat al-sab’ah. Disamping itu ia juga mempelajari tafsir, hadits, fikih (Maliki), gramitika bahasa arab, ilmu mantiq, dan filsafat dari sejumlah ulama Tunisia dan Andalusia.

Pada usia 17 tahun ia telah menyelesaikan pendidikan formalnya tersebut. Dalam usia yang masih muda itu, ia telah menguasai beberapa disiplin ilmu klasik, terutama ilmu filsafat, tasawuf, dan metafisika. Selain itu, Ibnu Khaldun juga mempelajari dan menggeluti ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi, dan lainnya.

Baca Juga:  Ibnu Khaldun, Sejarawan Islam dan Bapak Ilmu Sosial Modern

Selama 40 tahun, Ibnu Khaldun hidup di Spanyol dan Afrika Utara. Disini beliau senantiasa dihadapkan pada situasi pergolakan politik dan menduduki beberapa jabatan penting dibawa penguasa yang silih berganti. Sekembalinya ke Afrika Utara, Ibnu Khaldun memutuskan untuk menunaikan ibadah haji.

Pada tahun 1832 M, dan terlebih dahulu ia singgah di Mesir. Disana ia ditawari kedudukan sebagai guru dan Mahkamah Agung Dinasti Mamluk atas permintaan raja dan rakyat Mesir. Tawaran ini akhirnya diterima, sehingga niatnya untuk menunaikan ibadah haji tertunda. Dan baru kemudian terealisasikan pada tahun 1837 M.

Sejak tahun 1832 M hingga wafatnya, Ibnu Khaldun memegang jabatan sebagai guru besar dan rektor di madrasah Qamliyah serta ketua hakim agung (Mufti) di Mesir selama 6 periode. Disinilah ia mengabdikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang selama ini ditinggalkannya.

Baca Juga:  Sejarah Jilbab Sebelum Islam Datang

Ketenaran Ibnu Khaldun sebagai seorang ilmuwan dapat dilihat dari hasil karyanya yang monumental, yaitu al-Muqaddimah. Kitab ini merupakan pengantar bagi karya universalnya yang berjudul Kitab al-Ibrar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi Ayyami al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa man ‘Asarahun min Dzami al-Sulthon al-Akbar.

Inti dari kitab Al muqaddimah yaitu, memaparkan tentang ilmu sosial, kebudayaan, dan sejarah. Adapun kitab Al ibar merupakan bukti historis dari teori yang dikembangkannya.

Menurut Ibnu Khaldun, manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, tetapi produk sejarah, lingkungan sosial, lingkungan alam dan adat istiadat. Hal ini berarti bahwa pendidikan menempati posisi sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan.

Pandangan Ibnu Khaldun tentang pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis empiris. Melalui pendekatan ini, memberikan arah terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal dan praktis. Menurutnya, minimal ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan, yaitu:

  1. Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu.
  2. Penguasaan keterampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman.
  3. Pembinaan pemikiran yang baik.
Baca Juga:  Mengetahui Sejarah Tentang Tuanku Imam Bonjol

Menurut Ibnu Khaldun, dengan adanya tiga tujuan ini, maka seseorang sudah dianggap mencapai pada taraf pendidikan Islam yang ideal. Sebab kebutuhan keilmuannya sudah terpenuhi.

Ibnu Khaldun sendiri dikenal sebagai seorang pakar sejarawan yang masih dikenal hingga saat ini dan karya-karyanya banyak menjadi rujukan sampai sekarang. Karena sejatinya orang yang berilmu tidak pernah mati, walau jasadnya telah dikubur dalam tanah.

Sumber: Dikutip dari Sejarah Pendidikan Islam. Oleh Jumadi Husen.

Nur Faricha