Bisakah Kita Langsung Memahami Alqur’an dan Hadits Sendiri?

Bisakah Kita Langsung Memahami Alqur'an dan Hadits Sendiri?

Pecihitam.org – Para wahaber mengklaim dirinya paling berpegang pada Al-Quran dan Hadits bahkan merasa paling mumpuni dalam ilmu agama Islam sehingga dengan lantang dan berani menghukumi suatu salah dengan hanya berdasarkan pemikiran mereka sendiri yang mereka dapatkan dari terjemahan satu-dua Hadits Nabi tanpa memandang kaidah2 yg telah ditetapkan oleh para Ulama terdahulu

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Padahal keilmuan orang2 zaman akhir (kurun setelah Imam Empat Madzhab) sangat jauh dibanding para ulama terdahulu, orang2 sekarang bnyak yang tidak fair dalam menggunakan hadits, semangat dalam berfatwa hanya dengan beberapa hadits tapi mengabaikan hadits2 lain yang jauh lebih harus dipertimbangkan, hafal satu dua Hadits saja sdh berikrar menjadi ustadz dan berani meng bid’ah-bid’ahkan suatu golongan mayoritas, pdhl kalau kita lihat sejarah para ulama Salaf, mereka hafal ratusan ribu hadits akan tetapi mereka tetap bermadzhab dan menghukumi masalah berdasarkan ijtihad Imam Madzhab

Jauh2 hari para ulama sdh memperingatkan kpd umat utk Berhati-hati dlm menyampaikan agama Islam, salah satunya yg disampaikan dlm Kitab Bughyatul Musytarsyidin sbb:

(مسألة: ك): شخص طلب العلم، وأكثر من مطالعة الكتب المؤلفة من التفسير والحديث والفقه، وكان ذا فهم وذكاء، فتحكم في رأيه أن جملة هذه الأمة ضلوا وأضلوا عن أصل الدين وطريق سيد المرسلين ، فرفض جميع مؤلفات أهل العلم، ولم يلتزم مذهباً، بل عدل إلى الاجتهاد، وادّعى الاستنباط من الكتاب والسنة بزعمه، وليس فيه شروط الاجتهاد المعتبرة عند أهل العلم، ومع ذلك يلزم الأمة الأخذ بقوله ويوجب متابعته، فهذا الشخص المذكور المدَّعي الاجتهاد يجب عليه الرجوع إلى الحق ورفض الدعاوى الباطلة، وإذ طرح مؤلفات أهل الشرع فليت شعري بماذا يتمسك؟ فإنه لم يدرك النبي عليه الصلاة والسلام، ولا أحداً من أصحابه رضوان الله عليهم، فإن كان عنده شيء من العلم فهو من مؤلفات أهل الشرع، وحيث كانت على ضلالة فمن أين وقع على الهدى؟ فليبينه لنا فإن كتب الأئمة الأربعة رضوان الله عليهم ومقلديهم جلّ مأخذها من الكتاب والسنة، وكيف أخذ هو ما يخالفها؟ ودعواه الاجتهاد اليوم في غاية البعد كيف؟ وقد قال الشيخان وسبقهما الفخر الرازي: الناس اليوم كالمجمعين على أنه لا مجتهد، ونقل ابن حجر عن بعض الأصوليين: أنه لم يوجد بعد عصر الشافعي مجتهد أي: مستقل، وهذا الإمام السيوطي مع سعة اطلاعه وباعه في العلوم وتفننه بما لم يسبق إليه ادعى الاجتهاد النسبي لا الاستقلالي، فلم يسلم له وقد نافت مؤلفاته على الخمسمائة، وأما حمل الناس على مذهبه فغير جائز، وإن فرض أنه مجتهد مستقل ككل مجتهد ـ اهـ بغية المسترشدين ص ٦ المرجع الأكبر

Baca Juga:  Cerita Gus Baha Tentang Slogan Kembali ke Qur'an dan Sunnah

‘’Ada orang orang yang pandai dan cerdas, banyak mempelajari kitab kitab karangan ulama salaf, baik itu tafsir, hadits, maupun ilmu fiqih, kemudian menghukumi suatu masalah dengan pendapatnya sendiri, maka orang yang seperti ini adalah orang yang sesat dan menyesatkan yang justru menjauhkan dari pokok agama yang benar dan jalan Pemimpin para Rasul yaitu Nabi Muhammad Saw.

Mereka menolak kitab2 ulama salaf yg notabene adalah ahli ilmu, mereka menyuarakan tentang tdk wajibnya bermadzhab dan mengarahkan kpd pemahaman agama dari hasil ijtihadnya sendiri, mereka mengaku beristinbath (menggali Hukum) langsung kpd Al-Qur’an dan Sunnah dgn pemahaman sendiri, sdg mereka tdk memenuhi kriteria syarat2 berijtihad yg sdh masyhur bagi ahli ilmu, mereka mewajibkan masyarakat utk mengikuti hasil ijtihad mereka.

Baca Juga:  Apa Maksud Hadits: Wanita Tercipta dari Tulang Rusuk Pria?

Maka untuk orang2 yang seperti di atas (yg mengaku2 berijtihad langsung / menggali hukum langsung dari Al-Qur’an dan Sunnah) wajib atas mereka BERTAUBAT dan kembali kpd jalan kebenaran (sesuai pemahaman mayoritas ulama salaf) dan masyarakat wajib menolak ajakan mereka yg bathil

Apabila kitab2 karangan para ulama salaf dikesampingkan (tidak dipakai), maka dengan apa seseorang memahami agama ini yang selanjutnya dipakai untuk pedoman hidup?

Padahal dia tdk bertemu langsung dengan Nabi Muhaamad SAW, juga tdk bertemu dgn para Sahabat. Bila kbetulan dia mmpunyai kitab karangan ulama salaf dia mempelajarinya sendiri, lalu dlm proses memahami kitab tsb dia salah pemahaman, maka kepada siapa dia akan minta petunjuk utk membenarkan pemahamannya? Silakan jelaskan kpd kami!

Sesungguhnya kitab2 karya para imam empat madzhab dan para ulama yg mengikuti kpd mereka, Sumbernya adlh Al-Qur’an dan Hadits.

Bagaimana proses ijtihadnya sehingga menyelisihi pendapat2 mereka? Knp mereka yg saat ini mengaku berijtihad lngsung dan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits menghasilkan pendapat dan pemikiran yang sangat jauh dari para Imam Madzhab empat diatas?

Baca Juga:  Makna Islam Kaffah dalam Pandangan Nadirsyah Hosen dan Ibnu Asyur

Berkata Imam Asy-Syaikhoni dan Imam Al-Fakhrur Rozi: Orang2 zaman sekarang ini ibarat perkumpulan banyak orang hanya saja tidak ada mujtahid di dalamnya

Syaikh Ibnu Hajar menuqil fatwa dari sebagian para Ahli Ushuluddin: Sesungguhnya setelah kurun masa Imam Syafi’i tdk ditemukan lagi seorangpun yg mencapai derajat mujtahid mustaqil (Mujtahid yg menggali langsung Al-Qur’an dan Sunnah)

Contoh terdekat, Imam As-Suyuthi yg dikenal luas ilmunya dan mengusai berbagai cabang ilmu, beliau berijtihad dengan nisbi (mengikuti pendpt dari Imam Syafi’i), bukan seorang mujtahid mustaqil, kenapa beliau tidak berani? padahal kitab2 karangan beliau sangat banyak, tidak kurang dari 500 kitab.

Sesungguhnya orang-orang yang menggali hukum sendiri seperti layaknya seorang mujtahid mustaqil dan menganggap hasil ijtihad mereka benar, hal itu tidak diperbolehkan, walaupun mereka memastikan bahwa mereka adalah seorang mujtahid mustaqil, seperti layaknya mujtahid zaman dahulu. (Santri Lugu)

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *