Buku “Menjerat Gus Dur” Mengungkap Skenario Pelengserang Gus Dur dan Tokoh yang Terlibat

Menjerat Gus Dur

Pecihitam.org – Bagaimana cara politik oligarki merekayasa pelengseran Gus Dur? Siapa yang paling bertanggung jawab dalam pelengserang Gus Dur? Siapa tokoh-tokoh besar yang terlibat. Bagaimana Gus Dur tidak jatuh kalau politisi, ilmuwan, agamawan, mahasiswa, preman masyarakat terlibat dan dilibatkan tanpa mereka tahu permasalahan dengan baik?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Setelah Gus Dur lengser dari jabatan Presiden, banyak masyarakat ingin tahu siapa sebenarnya yang terlibat dalam persekongkolan pelengseran Gus Dur, ia dengan santai berkata, “Biarkan sejarah yang membuktikannya.”

Betul ucapan Gus Dur sejarah betul-betul membuktikan ucapan Gus Dur tentang kekuatan sejarah. Buku Menjerat Gus Dur membongkar tokoh-tokoh yang terlibat dalam pelengserang Gus Dur, dan di luar dugaan ternyata mereka yang kita anggap ilmuwan, cendekiawan, ulama, politisi yang sering tampil bersih adalah tokoh utama dalam pelengserang Gus Dur.

Organisasi kampus di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta semuanya ambil bagian. Dari yang berjidat, berjenggot, cingkrang semuanya dengan senang hati meminta Gus Dur lengser. Dari partai nasional maupun yang islam tidak lupa ambil bagian.

Masjid dan gedung parlemen pun dilibatkan, dari kalimat suci “Insya Allah, Billahi at-taufiq wal hidayah” pun disertakan. Yang paling keren dana 4 Triliunan yang disiapkan Fuad Bawazier untuk melengserkan Gus Dur.  

Gus Dur memang sering kali sulit dipahami pendapat-pendapatnya. Saya sendiri, pernah jengkel sekali sama Gus Dur waktu dia berkunjung ke Israel penjajah rakyat Palestina sampai saat ini dan jujur saya pribadi belum bisa menerima tindakan tersebut.

Gus Dur pun dikenal sebagai orang yang tanpa kompromi tidak mudah ditekan oleh kawan apalagi lawan politiknya. Seminggu setelah Gus Dur terpilih, Fuad Bawazier membujuk Amien Rais agar Gus Dur mengangkat dia sebagai Menteri, dan Amien Rais terbujuk bahkan dia mengancam Gus Dur, “kalau menteri keuangan bukan dari PAN, maka kami, dan mungkin Poros Tengah, akan cabut dukungan kepada Anda (Gus Dur).

Gus Dur menolak dan tidak mau diatur. Gus Dur sering dituding sebagai orang yang sering bermanuver tanpa mempertimbangkan partai koalisi sehingga menimbulkan reaksi dari kawan-kawannya.

Baca Juga:  Betulkah Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahab "Bertaubat" Di Akhir Hayatnya?

Pada saat yang sama, selain Gus Dur dikenal tidak suka diatur-atur tetapi ia tetap mengutamakan persatuan, kompromi demi kepentingan bangsa yang tercinta. Namun niat baik Gus Dur untuk mengikat persatuan itu sekaligus menjadi bibit perpecahan di bidang yang lebih luas.

Gus Dur bercita-cita mengangkat harkat dan martabat bangsa kepada bangsa lain, setelah ia mengucapkan sumpah Presiden, ia menyatakan, “Kita harus mempertahankan keutuhan negara kita di hadapan negara lain yang terkadang menganggap ringan perasaan dan harga diri kita. Ini bukan tugas ringan, ini tugas berat. Apalagi karena kita sedang didera oleh perbedaan paham yang besar oleh longgarnya ikatan-ikatan bangsa.”

Menurut penulis buku Menjerat Gus Dur bahwa ada empat hal yang saling bekerja sama untuk menurunkan Gus Dur dari jabatan Presiden.

Pertama, kelompok yang kecewa karena kalah dalam pemiliha presiden. Naiknya Gus Dur jadi presiden yang paling kecewa adalah dari simpatisan PDIP.

Kedua, sisa-sisa Orde Baru, Jusuf Kalla, Habibie, Akbar Tanjung dan kawan-kawannya dianggap sebagai sisa-sisa orde baru. Apalagi ketika Gus Dur memecat Jusuf Kalla tanpa alasan yang jelas, maka Golkar sangat kecewa dengan pemecatan tersebut. Apalagi Akbar Tanjung yang berada di Parlemen, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi anggota parlemen agar Gus Dur diturunkan dari jabatan Presiden.

Ketiga, Poros Tengah yang tadinya sekutu Gus Dur. Amien Rais adalah bagian dari Poros Tengah bahkan menjadi pelopornya. Amin kecewa dengan Gus Dur sebab ada keinginannya yang tidak dipenuhi oleh Gus Dur. Maka Amien Rais yang awalnya mendukung Gus Dur berbalik melawannya. Tidak ada kawan yang abadi sebagaimana tidak ada lawan yang abadi kecuali kebadian itu sendiri.

Keempat, TNI yang tak senang dengan supremasi sipil, dan pemisahan dengan Polri yang diputuskan di masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Bagi TNI pemisahan antara Polri adalah bencana, namun bagi Polri pemisahan ini adalah anugrah. Sebab TNI dan POLRI setelah dipisahkan menjadi sejajar. Tidak lagi seperti orde baru, dimana TNI dengan begitu mudahnya memukul anggota Polisi tanpa bisa dilawan.

Baca Juga:  Lima Faktor Pemicu Munculnya Gerakan Radikalisme

Keempat hal tersebut yang menyebabkan Gus Dur kehilangan power sehingga tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak ada jalan lain selain menerimanya, tapi Gus Dur dengan santainya berkata, “Kalau pergantian saya sih, itu yang menunjukkan betapa rendahnya nilai para politisi kita, tokoh-tokoh partai-partai kita itu. Mereka kerja sama dengan kekuatan-kekuatan anti-demokrasi. Itulah yang tidak saya duga sama sekali,”

Lalu, siapa yang yang terlibat dalam Skenario Pelengserang Gus Dur dari Jabatan Presiden? Saya kutip inti-inti pokoknya surat Fuad Bawazier kepada Akbar Tanjung tanggal 29 Januari 2001, yaitu:[1]

  1. BEM PTN (Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) seluruh indonesia yang selama ini telah kita koordinir di Cilosari dan Diponegoro (PB HMI), serta kelompok kanan ormas Islam yang tersentral di tiga titik lainnya, yakni: masjid Sunda Kelapa, Istiqlal dan al-Azhar mulai bergerak secra massif.
  2. Pada saat sidang paripurna digelar, adik-adik mahasiswa ini akan bergabung langsung dnegan seluruh massa aksi dari rekan-rekan Pemuda Partai Keadilan yang langsung dibawah komando saudara Hidayat Nur Wahid, Gerakan Pemuda Ka’bah yang dimobilisir oleh saudara Ali Marwan Hanan, massa PBB dibawah komando saudara Hamdan Zoelva, massa PAN dibawah komando sadara Patrialis Akbar, dan massa rakyat dan preman (ingat preman) yang diorganisir oleh saudara Yapto dan DPP Pemuda Pancasila. Pada saat itulah komando akan saya pegang secara langsung, sedangkan operator di lapangan akan dipimpin oleh Ketua Umum KAMMI, AMPI, GPK, BM PAN, PB HMI, HAMMAS, dan IMM
  3. Zoelvan Lindan dan Julius Usman yang telah mampu mempengaruhi beberapa kantong massa PDIP untuk bergabung melakukan demonstrasi menyikat Abdurrahman Wahid di Sidang Perlemen.
  4. Aksi borong dollar di pasar valuta asing dan bursa efek –untuk menjatuhkan nilai tukar rupiah- di dalam dan luar negeri (terutama di London, Hongkong, dan Singapura) secara langsung dibawah kendali Bendahara Umum DPP Golkar. Aksi borong dollar ini juga didukung oleh Bambang Tri Atmojo dan Liem Swie Liong, Arifin Panigoro.
  5. Seluruh kerja media massa (cetak  dan elektronik) yang bertugas mem-blow up secara kolosal dan provokatif semua pemberitaan berkaitan dengan tuntutan mundur terhadap Abdurrahman Wahid di-arrange langsung oleh saudara Parni Hadi dan Surya Paloh
  6. Penggiringan opini publik oleh para tokoh dan cendekiawan atas kegagalan pemerintahan Abdurrahman Wahid lewat tulisan di media massa yang dimobilisir langsung Azumardi Azrha, Dr Syahrir dan rekan-rekan KAHMI telah mampu meyakinkan publik bahwa Abdurrahman Wahid memang benar-benar gagal mengembang reformasi
  7. Tugas Dien Syamsuddin untuk mengendalikan MUI lewat kasus Ajinomoto telah berhasil memaksa para ulama dan tokoh ulama mencabut dukungan kepada Presiden Wahid
Baca Juga:  Gagasan Islam Kebangsaan Ala KH Achmad Shiddiq

Dari Gus Dur kita belajar tentang ketegasan, tanpa tawar menawar, dari Gus Dur pula kita belajar bahwa tidak ada kawan yang abadi, tidak ada musuh yang abadi kecuali keabadian itu sendiri. Secara politik mungkin Gus Dur kalah total, tetapi menang total dalam kenangan sejarah perlawanan terhadap politik oligarki.

Dan sekali lagi Gus Dur berkata, “biarlah sejarah yang membuktikannya.” Sebagaimana Imam Ali bin Abi Thalib kw kalah secara politik, tetapi ia menang dalam kenangan sejarah. Al-Fatihah buat Gus Dur.


[1] Di sadur dari buku Menjerat Gus Dur karya Virdika Rizky Utama, tidak secara utuh hanya mengambil bagian-bagian penting dari surat Fuad Bawazier tentang tokoh-tokoh yang ikut dalam pelengserang Gus Dur.

Muhammad Tahir A.