Pecihitam.org – Baru-baru ini tindakan rasisme kembali muncul ke media. Kali ini yang menjadi korban adalah warga Negara Amerika Serikat yang ditindih lehernya oleh pihak kepolisian. Tindakan brutal yang dilakukan pihak kepolisian ini akhirnya ikut menghilangkan nyawa si korban. Media pun tak henti-hentinya bersuara dan pihak kepolisian banyak mendapat kecaman dari semua kalangan.
Pria yang diketahui bernama George Floyed itu berusaha mengambil nafas saat pihak kepolisian menindih lehernya. Namun apa daya, tubuh polisi yang kian kekar tak mampu ia lawan. Semakin melawan semakin berat pula tekanan yang dirasakan.
Pihak kepolisian akhirnya menyerahkan pria tersebut pada petugas medis setelah diketahui kondisi kesehatannya. Namun nyawa George tidak lagi bisa diselamatkan, dan George menghembuskan nafas terakhirnya meskipun sempat diberi bantuan.
Dalam berbagai media diungkapkan bahwa George sempat meneriakkan kata I Can’t Breathe! yang menggambarkan betapa sakitnya saat itu. Kata itu kian menggema di seantero Amerika Serikat dan menjadi ikon yang menarik perhatian masa. Pada puncaknya, terjadi demonstrasi yang melibatkan ribuan orang. Kasus ini jelas menambah daftar panjang kasus rasisme di negeri paman syam.
Tercatat sebanyak 30 negara bagian Amerika Serikat diguncang protes keras atas kematian George. Secara serentak para demonstran mengatakan itu termasuk diskriminasi rasial. Bahkan Negara di luar Amerika ikut melayangkan protes atas kasus yang menimpa George. Dalam New York Times disebutkan bahwa kematian George menjadikan protes-protes yang disebut kemarahan global.
Dalam sejarah dakwah Nabi, rasisme kental terasa pada golongan bawah. Pada masa awal dakwah, masyarakat masih diselimuti tradisi buruk, sehingga disebut sebagai zaman jahiliyah (zaman kebodohan). Diantara kebobrokan tradisi di masa ini adalah tindakan rasisme yang dilakukan kalangan atas terhadap kalangan budak mereka. Begitu pula angka kekerasan dan penindasan begitu mengkhawatirkan.
Sejarah mencatat ada beberapa perlakuan buruk terhadap budak di masa jahiliyah. Sebut saja perlakuan buruk terhadap budak kulit hitam yang bernama Bilal bin Rabbah. Tuannya begitu emosi ketika mendapati budaknya memeluk agama Islam.
Tuannya begitu malu kepada orang yang berada dalam satu tangkup sukunya. Mana mungkin seorang budak berani melawan tuannya sampai ke arah keyakinan. Mungkin itu yang dipikirkan oleh tuan dari Bilal.
Melihat tumpang tindihnya konflik yang terjadi pada masyarakat Arab, Rasulullah datang dengan teori keadilan dan perdamaian. Rasulullah menjadi orang nomer satu yang membela nasib mereka yang ditimpa kemalangan. Rasulullah berusaha keras untuk membebaskan kelas bawah yang selalu dijatuhi hukuman oleh kalangan atas meski mereka tidak bersalah.
Aspek ajaran Islam membawa semua umat manusia berada dalam deret yang sama. Akan tetapi, Allah swt selalu memotivasi umat dengan gelar manusia pilihan bagi mereka yang mempunyai moral dan ketakwaan yang tinggi.
Motivasi ini selalu didengungkan pada setiap acara keagamaan supaya umat Islam selalu berlomba-lomba berbuat kebaikan. Pada akhirnya, slogan yang mengatakan Islam sebagai rahmah bagi seluruh alam bisa tercapai karena adanya kebaikan-kebaikan oleh para pemeluknya.
Kemudian rasisme kembali muncul saat kaum muslimin hijrah ke Madinah. Dalam proses hijrah tersebut, umat muslim dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin adalah mereka yang berhijrah dengan membawa niat tulus dan ikhlas karena berjuang di jalan kebenaran. Dan kaum Anshar adalah mereka yang menolong orang-orang yang hijrah. Biasanya kaum Muhajirin diisi oleh penduduk Makkah, sedangkan kaum Anshar diisi oleh penduduk Madinah.
Oleh orang munafik, pembagian ini dimanfaatkan sebagai serangan untuk memecah belah umat Islam. Sebut saja Ubay bin Salul yang selalu mendengungkan nada rasis yang membujuk kaum Anshar untuk memusuhi kaum Muhajirin. Mana mungkin kalian membiarkan kaum imigran menguasai agama Islam, kata Ubay. Jelas ini merupakan kalimat rasis yang mengancam persatuan umat Islam.
Oleh karenanya, Rasulullah mengambil langkah untuk mempersaudarakan mereka berdua. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan masjid sebagai tempat berkumpul umat Islam. Hal ini akan membuat umat Islam berada dalam kesatuan tanpa adanya sekat kekabilahan. Semua umat akan dianggap sebagai makhluk yang sama baik dari golongan Muhajirin sendiri ataupun Anshar.