Penuh Makna! Inilah 4 Catatan Hikmah yang Terdapat pada Tongkat Nabi Musa

Catatan Hikmah yang Terdapat pada Tongkat Nabi Musa

Pecihitam.org – Membahas soal tongkat Nabi Musa AS, tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Selain dipahami sebagai mukjizat, terdapat catatan hikmah pada tongkat Nabi Musa yang patut kita renungkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Catatan tersebut mengajarkan sikap wajar bagi penguasa, kaum ulama dan cendekia, orang kaya, dan orang miskin. Catatan itu secara lengkap dikutip oleh Syaikh Nawawi Banten.

Yang pertama, mengenai orang berilmu yang tidak memamfaatkan Ilmunya.

كُلُّ عَالِمٍ اَلَّذِي لَمْ يَنْفَعْ بِعِلْمِهِ هُوَ وَإِبْلِيْسُ سَوَاءٌ

“Setiap orang alim yang tidak memanfaatkan ilmunya, dia sama saja dengan Iblis.”

Bagian kedua, sindiran bagi orang kaya agar bersikap dermawan.

 كُلُّ غَنِيٍّ اَلَّذِي لَمْ يَنْفَعْ بِغِنَاهُ هُوَ وَقَارُوْنُ سَوَاءٌ

“Setiap orang kaya yang tidak memanfaatkan kekayaannya, dia sama saja dengan Qarun.”

Bagian ketiga pada catatan tongkat Nabi Musa merupakan peringatan pada orang yang miskin supaya bersikap sabar.

 كُلُّ فَقِيْرٍ اَلَّذِي لَمْ يَصْبِرْ عَلَى فَقْرِهِ هُوَ وَالْكَلْبُ سَوَاءٌ

Baca Juga:  Dimanakah Wilayah Najd, Tempat Lahirnya Muhammad bin Abdul Wahab Itu Berada?

“Setiap orang yang fakir yang tidak sabar dengan kefakirannya, ia sama saja dengan anjing.”

Bagian keempat, peringatan bagi penguasa untuk bersikap adil atau merakyat.

 كُلُّ سُلْطَانٍ اَلَّذِي لَمْ يَعْدِلْ بِسُلْطَانِيَّتِهِ هُوَ وَفِرْعَوْنُ سَوَاءٌ

Setiap sultan (penguasa) yang tidak adil dalam menjalankan kepemimpinannya, ia sama saja dengan Fir’aun.

Demikianlah catatan-catatan bijak penuh hikmah pada tongkat yang bisa membelah lautan dan berubah wujud menjadi ular besar ini.

Semua catatan ini mendorong kaum terpelajar untuk tidak mengkhianati pengetahuannya, orang kaya untuk bersikap dermawan, dan orang miskin untuk bersikap sabar, serta agar penguasa bersikap adil.

Semua sikap proporsional itu diperlukan untuk menjaga kehidupan sosial. Sikap sabar di sini tentu saja bukan dalam pengertian pasif. Anjuran sabar itu bukan berarti menuntut orang miskin berdiam diri.

Mereka yang miskin harus bergerak aktif untuk memperbaiki nasibnya di tengah kesabaran. Yang jelas, sikap sabar di sini bermakna pengendalian diri agar tidak kalap di tengah kemiskinan. 

Baca Juga:  Suluk Linglung dan Konsep Ketuhanan Sunan Kalijaga, Bagian II

Syekh Nawawi Banten juga menceritakan bahwa panjang tongkat Nabi Musa AS mencapai sepuluh hasta. Tongkat ini bercabang dua. Tongkat ini merupakan salah satu bentuk mukjizat yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Musa.

Yang awalnya tongkat tersebut hanya berfungsi sebagai tongkat penggembala untuk menggiring kambingnya. Namun berkat kuasa Allah, tongkat ini memiliki banyak fungsi untuk membantu Musa dalam menghadapi kedurhakaan umatnya.

Konon tongkat tersebut dapat dapat menyala di kegelapan. Tentu saja hal ini sangat membantu Musa dalam menempuh perjalanan di malam hari.

Nabi Musa As adalah salah satu diantara rasul yang diutus Allah SWT kepada umat manusia. Beliau diutus untuk kaum Bani Israel, sebuah klan masyarakat yang tinggal di daerah Timur Tengah.

Allah mengutus Musa untuk menyeru kepada kaum Bani Israel agar mereka menyembah kepada Allah, tidak lagi menuhankan berhala patung dan Fir’aun, Raja dari Negeri Mesir yang sangat terkenal kedzalimannya.

Baca Juga:  Kisah Awal Mula Senandung Adzan, Sejarah yang Jarang Diungkap

Nabi Musa AS diutus dan diperkuat dengan mu’jizat berupa tongkatnya yang masyhur. Tongkat itu bisa berubah menjadi ular besar, yang karenanya ular–ular penyihir andalan Fir’aun tak berdaya menghadapinya.

Tongkat itu pula yang digunakan Musa untuk membelah lautan dan menyelamatkannya, beserta para pengikutnya dengan seizin Allah dari kejaran Fir’aun beserta tentaranya.

Faisol Abdurrahman