Boleh Saja Menyampaikan Ceramah dengan Humor dan Lucu, Asal…

ceramah lucu

Pecihitam.org– Seperti yang kita ketahui bersama bahwa cara menyampaikan dakwah bagi para dai tentu berbeda-beda. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan objek dakwah maupun karakteristik dari dai dakwah Islam tersebut. Salah satu cara yang biasa dilakukan oleh dai adalah menyampaikan dakwah Islam atau ceramah dengan lucu kepada jamaahnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menanggapi da’i yang menyampaikan ceramah dengan gaya humor dan lucu, banyak komentar terlontar. Bahkan tak jarang adapula komentar pedas yang didasari karena tidak suka dengan seorang da’i yang dianggap tak elok menyampaikan ceramah atau syiar Islam dengan lucu.

Jadi, sebenarnya bolehkah kita berdakwah dengan mengeluarkan kata-kata lucu?

Sebelumnya, mari kita sedikit flashback ke 15, 20 tahun lalu. Masih ingat kan dengan sosok KH. Zainuddin MZ, penceramah kandang yang dijuluki Da’i Sejuta Umat, karena banyak orang yang menyukai gaya ceramahnya. Selain karena dalam pembahasan, lucu jadi daya tariknya ceramahnya.

Daftar Pembahasan:

Da’i-da’i yang Menyampaikan Ceramah Lucu

KH. Zainuddin MZ patut dinobatkan sebagai salah satu da’i yang yang sering melontarkan humor-humor yang mudah dicerna masyarakat kebanyakan. Namun di sisi lain, materi dakwahnya juga berbobot. Beliau mampu menyampaikan materi aqidah, ibadah, dan fikih kepada masyarakat awam, sesuai bahasa mereka. Kerena kemahirannya itu jamaah beliaut sangat banyak.

KH. Zainuddin MZ berpulang. Patah, tumbuh. Hilang, berganti. Selepas beliau, banyak sekali dai-dai yang terkenal dengan humornya atau ceramah yang lucu, misalnya Ustadz Abdul Somad. Ustadz yang belakangan akrab disapa UAS ini adalah seorang dai yang mampu menyampaikan ceramah lucu tanpa kehilangan esensi penyampaian ilmu. Kamu yang sering menyimak ceramahnya di Youtube tentu mengamini hal ini.

Ustadz Abdul Somad, memiliki metode yang nyaris sama dengan KH. Zainuddin MZ, melontarkan humor-humor sesuai dengan audiensnya. Proporsi humornya sebenarnya sangat kecil dibandingkan materi yang beliau bawakan. Namun karena dilontarkan di saat yang tepat, pendengar pun bisa tertawa

Baca Juga:  Apa Sih Tahlilan Itu? Sunnah dan Fadhilah Apa Sih Di Dalamnya?

Sisi Positif dan Negatif dari dari Ceramah Lucu

Menyampaikan ceramah dengan lucu memang ada puls-minusnya. Ada positif dan negatifnya.

Negatif

Negatifnya adalah ketika seorang da’i hanya menekankan pada aspek lucu. Hal tersebut mungkin malah akan membuat para pendengar ceramah tersebut hanya ingat pada aspek tersebut, bukan pada esensi tausiyah yang disampaikan oleh dai.

Positif

Menjadi positik jika menginat ada kalangan jamaah yang membutuhkan pendekatan berbeda. Jika da’i terlalu serius dalam menyampaikan dakwahnya atau bahkan galak, mungkin orang-orang yang menyimaknya akan tidur, atau bahkan kabur.

Itulah sebabnya, dibutuhkan perpaduan yang tepat, antara serius dan sesekali diselingi humor. Hal ini dibutuhkan, agar materi tetap dapat disampaikan dengan baik. Di sisi lain, jamaah juga tidak kapok dengan ceramah Islam.

Bolehkah Menyampaikan Ceramah dengan Lucu?

Dakwah ataupun mengajak kebaikan dengan cara yang lucu pada dasarnya diperbolehkan. Rasulullah SAW pun sebenarnya memiliki selera humor. Tentu ada diantara kita yang pernah mendengar atau membaca kisah Nabi Muhammad saw dengan Ali bin Abi Thalib yang makan kurma.

Jika kamu belum pernah mendengarnya, yuk kita simak ceritanya.

Jadi begini ceritanya. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib ra, dan beberapa sahabat sedang makan kurma. Mereka makan dan menaruh biji kurma di hadapan masing-masing.

Tetapi Ali, sepupu Rasulullah itu iseng dan menaruh biji kurma bekas makannya di hadapan Sang Nabi. Kemudian Ali bin Abi Thalib menyinggung masalah banyaknya biji kurma di depan Rasulallah Saw.

Namun apa kata beliau? Rasulallah Saw, justru menyinggung biji kurma Ali yang kosong sama sekali. Rasulah bertanya, “Apakah Ali memakan kurma sekaligus dengan bijinya”? Hal ini membuat para sahabat termasuk Ali bin Abi Thalib tertawa ringan.

Dari cerita tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berdakwah diperbolehkan sambil melucu. Dengan catatan harus tidak melanggar rambu-rambu atau syarat-syaratnya.

Baca Juga:  Ujub Adalah Penyakit Hati dengan Bangga pada Diri Secara Berlebihan

Syarat-syarat Berceramah dengan Lucu

Dan inilah 4 syarat dibolehkannya menyampaikan ceramah dengan lucu atau diselingi humor.

1. Tidak Boleh Berbohong

Lihat konteks cerita di atas. Baik Rasulullah saw. maupun Ali bin Abi Thalib tidak sedikit pun berbohong. Ali ra. ‘ngerjain’ Rasulullah saw. dengan cara bertanya. Begitupun Sang Nabi saw. membalikkan keadaan dengan cara bertanya pula.

Saat melakukan ceramah dan mempraktekkan dakwah Islam lucu, dai tidak boleh sengaja mengarang cerita bohong agar para jamaah tertawa.

Seperti yang tercantum dalam Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi, Rasulullah mengatakan bahwa “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa. Celakalah ia. Celakalah ia”

Adalah sebuah adab seorang muslim yang ketika ia melakukan candaan, ia tetap jujur seperti ungkapan Rasulullah SAW dalam Hadits riwayat Ath-Thabrâni

“Bagi Islam, kejujuran memang sangat penting bahkan untuk hal seperti candaan. Bahkan dalam keadaan yang bisa merenggut nyawa pun, Rasulullah saw. tetap berkata jujur. Ini terlihat ketika perjalanan hijrah beliau bersama Abu Bakar Sidiq ra.”

2. Memberikan Kesan Mendalam

Ketika berbicara, Rasulullah saw. termasuk orang yang hemat dalam mengeluarkan kata-kata. Isi pembicaraannya singkat, padat, dan penuh makna. Lawan bicaranya akan terpukau mendengar kata-katanya yang penuh hikmah.

Bahkan banyak kaum musyrikin Mekah yang menganggapnya sihir.
Namun Rosulullah saw. bukanlah penyihir. Beliau hanya memiliki kemampuan melakukan analisis terhadap lawan bicaranya.

Kemudian, beliau berbicara sesuai dengan kapasitas orang tersebut. Tak heran jika banyak sekali para sahabat, bahkan musuh Islam sekalipun yang memuji kecerdasan Rasulullah dalam hal berkomunikasi.

Oleh karena itu, saat dai akan berdakwah tentu ia harus menjadikan Rasululullah SAW sebagai panutannya.

Berikanlah kesan mendalam terhadap para pendengar ceramah dengan kisah-kisah yang menyentuh hati dan dapat membawa para pendengar semakin dekat dengan Allah. Para dai bisa mengambil cerita tersebut dari Al Quran, hadits, ataupun buku-buku sirah lainnya.

Baca Juga:  Hukum Memakai Cadar Menurut Pandangan Para Ulama

3. Kreativitas dalam Dakwah

Ali bin Abi Thalib terkenal sebagai orang yang cerdas dan kreatif. Kisah makan kurma di atas menunjukan hal tersebut. Namun bukan itu saja, sepupu, anak didik bahkan menantu Rasulullah saw tersebut menunjukkan kreativitas di berbagai situasi dakwah.

Contoh yang paling terkenal adalah menjelang hijrahnya Rasulullah saw. Dengan kecerdasannya, Ali ra bisa menyimpulkan bahwa begitu Rasulullah pergi meninggalkan Mekah, maka saat itu juga seluruh kafir Quraisy akan mengejarnya.

Untuk mencegah hal tersebut Ali mengusulkan agar ia menggantikan peran Rasulallah, Ali pun tinggal dan tidur di kamar Nabi, sementara pada saat yang sama, Nabi Muhammad Saw, hijrah bersama Abu Bakar ra.

Kreativitas Ali inilah yang menjadi salah satu sebeb hijarhnya Nabi Muhammad Saw sukses.

4. Tetap Mengedepankan Ilmu

Pada saat menyampaikan dakwah, tentunya dai harus mengedepankan ilmu yang bermanfaat. Hal ini disebabkan karena inti dari dakwah Islam adalah menyeru kepada jalan yang baik.

Jangan sampai karena bergaya lucu, jadi keasyikan danbterbawa suasana. Yang ada malah lupa tujuan tersebut dan lebih fokus kepada kata-kata humurnya. Hal demikian akan akan berefek pada kemunduran umat.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Boleh saja menyampaikan ceramah dengan lucu. Tapi kalau siang hari bulan Ramadhan ini, jangan keseringan dengerin yang lucu-lucu. Entar perut yang keroncongan makin jadi karena tertawa. Demikian. Jangan lupa bahagia!

Faisol Abdurrahman