Didaulat Jadi Pembicara di Vatikan, Gus Yahya Bakal Paparkan Rencana Strategis NU

Pecihitam.org – KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) selaku Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dijadwalkan hadir sebagai pembicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Agama-agama Ibrahim di Vatikan pada Selasa-Jumat, 14-17 Januari 2020, mendatang.

Dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya menjadi salah satu dari enam tokoh wakil dunia Islam yang diundang untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang gerakan bersama untuk perdamaian dunia.

Gus Yahya sendiri dalam pertemuan itu akan membawa wawasan-wawasan tentang cita-cita peradaban mulia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Tak hanya itu, Gus Yahya juga akan menyampaikan rencana-rencana strategis yang telah dibangun di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) seperti Deklarasi Nahdlatul Ulama ISOMIL 2016, Deklarasi Global Unity Forum I GP Ansor 2016, Deklarasi GP Ansor Tentang Humanitarian Islam 2017, Manifesto Nusantara GP Ansor, 2018, dan Hasil-hasil Musyawarah Nasional Alim-Ulama Nahdlatul Ulama di Kota Banjar, Jawa Barat 2019.   

Baca Juga:  Wujudkan SDM Unggul di Daerah, LP Ma’arif NU Bangun SMK Pertanian

“Dialog Antaragama tidak boleh lagi hanya berhenti dengan bertukar kata-kata manis dari kutipan-kutipan kitab suci dan pernyataan tokoh-tokoh suci. Sudah terlalu lama umat manusia menunggu para tokoh agama bicara sejujur-jujurnya tentang masalah-masalah yang nyata-nyata sedang menimpa umat manusia dewasa ini, termasuk permusuhan dan konflik yang bengis di antara kelompok-kelompok berbeda agama,” kata Gus Yahya, dikutip dari situs resmi NU, Senin, 13 Januari 2020.

Pada hakikatnya, kata Gus Yahya, agama diturunkan sebagai anugerah Tuhan untuk menolong umat manusia dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah mereka.

“Namun karena kelemahan dalam sifat dasar manusia, agama dalam perjalanan sejarahnya kemudian direduksi para pemeluknya menjadi sekadar identitas kelompok dan dijadikan alasan untuk bersaing dan bertarung melawan kelompok yang dianggap berbeda identitasnya,” ujarnya. 

Baca Juga:  Marsudi Syuhud: Semua Hal Diurus NU

“Pada titik itulah, agama menjadi sumber konflik. Sebab itu, kita harus memerdekakan agama dari jerat posisi sebagai sumber masalah dan mengembalikannya kepada tujuan hakiki sebagai landasan untuk memecahkan masalah,” sambungnya.

Sekedar diketahui, pertemuan itu diinisiasi oleh Multi-Faith Neighbours Network (Jaringan Tetangga Antaragama), sebuah organisasi Amerika yang diawaki Imam Mohamed Magid. Magid adalah Imam Eksekutif All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) Center (Pusat Komunitas Muslim Wilayah Dulles) di Sterling, Virginia, Amerika Serikat.