Dinamika Pemikiran Dan Peradaban Islam Masa Abu Bakar

Dinamika Pemikiran Dan Peradaban Islam Masa Abu Bakar

Pecihitam.org – Abu Bakar adalah khalifah pertama, dan beliau dipilih dengan jalan musyawarah dewan pemilihan yang dibentuk oleh kaum Muslimin. Disini akan menjelaskan kebijakan strategis, dinamika pemikiran dan peradaban Islam masa kepemimpinan Abu Bakar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebagai Khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggal Nabi. Muncul pembangkangan, orang yang tidak mau membayar zakat, bahkan muncul nabi palsu. Untuk mengatasi hal ini, dia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi.

Pada masa Rasul masih hidup, beliau telah memerintahkan Usamah untuk pergi berperang melawan Romawi. Tapi ditengah perjalanan pasukan ini ke Romawi, mereka mendengar kabar bahwa Rasul telah wafat. Akhirnya mereka mengurungkan niat untuk pergi berperang dan kembali ke Madinah.

Setelah Abu Bakar menjadi Khalifah beliau ingin meneruskan rencana Rasul untuk mengirim pasukannya ke Romawi. Tapi hal ini sempat ditolak oleh Umar dengan alasan kestabilan keamanan di Madinah. Akan tetapi Abu Bakar tetap tegas untuk mengirim pasukan ini ke Romawi.

Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Usamah berhasil mencapai kemenangan gemilang. Jumlah pasukan yang terbunuh tak terkira banyaknya. Rampasan perang yang mereka sita juga tidak sedikit, disertai sejumlah orang yang ditawan.

Pada masa awal kepemimpinannya Abu Bakar dihadapkan pada masalah Nabi Palsu, kemurtadan dan orang yang tidak mau membayar zakat. Masalah Nabi palsu merupakan masalah yang telah ada saat Rasul masih hidup, tapi tidak begitu melakukan perlawanan yang cukup berarti kepada Rasul.

Baca Juga:  Pergolakan Umat Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq

Setelah wafatnya Rasul mereka semakin menjadi-jadi dan mudah menyebarkan pengaruh kepada kaum Muslimin yang belum mempunyai keimanan yang kokoh. Tokoh-tokoh seperti Thulaihah di Bani Asad, Musailamah di Bani Hanifah dan di Yaman muncul Al Ansi Dzil Khimar.

Golongan murtad muncul karena adanya kaum Muslimin yang hanya masuk Islam tidak secara sungguh-sungguh, mereka hanya masuk Islam karena pada saat itu Islam yang berkuasa. Sehingga keimanan mereka mudah goyah dengan wafatnya Rasul.

Munculnya orang yang tidak mau membayar zakat juga merupakan persoalan yang cukup rumit. Menurut mereka karena kaum Anshar dan Muhajirin telah berselisih paham mengenai kedudukan Khalifah sebagai pengganti Rasulullah SAW.

Beliau sendiri tidak pernah mewasiatkan kepada siapapun untuk menggantikan kedudukanya. Oleh karena itu, sangatlah layak bagi kita untuk menentukan jabatan Khalifah bagi golongan mereka masing-masing. Keharusan untuk tunduk kepada Abu Bakar atau orang lainya tidak terdapat dalam ketentuan Agama dan kitabullah. Kita hanya diperintahkan untuk taat kepada orang-orang yang kita angkat untuk mengurusi kita.

Meski terjadi perbedaan pendapat di kalangan sahabat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang memuncak pada masa ini, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Seraya bersumpah dengan tegas dia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran termasuk kaum Muslimin yang murtad.

Dari sini, kita dapat mengetahui walaupun Abu Bakar mempunyai sikap yang lemah lembut akan tetapi dia mempunyai prinsip yang kuat dalam mempertahankan Islam dan dia tetap berpegang pada prinsipnya walaupun terjadi perdebatan di kalangan sahabat.

Baca Juga:  Sahabi, Satu-satunya Sahabat Nabi yang Masih Hidup Hingga Sekarang

Abu Bakar menyusun strategi peperangan dengan cara menyusun dan membagi pasukan Muslim menjadi sebelas divisi yang masing-masing divisi dipimpin oleh seorang komandan (panglima perang). Diperbolehkan bagi masingmasing pasukan untuk memilih dan menentukan anggotanya yang dinilai cukup kuat dan tangkas dalam mengemban tugas.

Dengan strategi perang tersebut akhirnya kaum yang ingin memisahkan diri dengan Islam dapat ditumpas. Dan persatuan Islam dapat dibangun kembali. Inilah pondasi pertama yang telah dibuat oleh Khalifah Abu Bakar untuk perkembangan Islam masa selanjutnya.

Pada masa ini belum banyak yang dapat dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar mengenai pengelolaan pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya permasalahan internal yang harus dihadapi. Bentuk pemerintahan pada masa Khalifah Abu Bakar masih meneruskan seperti apa yang dilakukan oleh Rasul yaitu kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi).

Ide mengenai pembukuan Al Qur’an berasal dari Umar. Ide ini muncul karena keprihatinannya terhadap banyaknya penghafal Al Qur’an yang meninggal dunia dalam perang Yamamah. Untuk mewujudkan idenya ini Umar melakukan dialog dengan Abu Bakar karena beliaulah pemimpin tertinggi umat Islam pada saat itu.

Pada awalnya Abu Bakar tidak setuju dengan ide Umar dengan alasan karena Rasul tidak pernah memerintahkan untuk membukukan Al Qur’an dan Abu Bakar tidak mau melakukan perbuatan yang tidak dianjurkan oleh Rasul. Setelah terjadi dialog yang cukup panjang akhirnya kahlifah Abu Bakar setuju dengan ide Umar.

Baca Juga:  Sejarah Terbentuknya Banser NU (Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama)

Untuk merealisasikan program ini Khalifah Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al Qur’an. Pada awalnya Zaid juga tidak setuju dengan ide ini, dia beralasan seperti yang disampaikan oleh Abu Bakar. Setelah ketiga orang ini berdialog akhirnya diputuskan untuk membukukan Al Qur’an dan orang yang diberi tugas untuk itu ialah Zaid bin Tsabit.

Islam pada masa Abu Bakar belum banyak dinamika pemikiran baru yang muncul mengenai masalah-masalah ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh permasalahan internal kaum Muslim dan perluasan wilayah yang masih sangat sedikit. Ilmu yang berkembang pada masa ini masih didominasi oleh perkembangan ilmu-ilmu naqliyah yaitu ilmu-ilmu yang bersumber pada Al Qur’an atau dalil naql saja.

Mochamad Ari Irawan