Enam Hal Yang dapat Merusak Hati Menurut Imam Hasan al Bashri

Enam Hal Yang dapat Merusak Hati Menurut Imam Hasan al Bashri

PeciHitam.org – Hati dalam perspektif agama memang terkadang sangat perlu dipahami secara mendalam untuk menghindari pikiran negatif dan prilaku yang buruk.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Meskipun tak kasat mata, hati yang dalam bahasa Arab disebut sebagai ‘Qalbí’ sejatinya merupakan organ yang tak kasat mata namun mampu memberikan pengaruh yang besar dalam setiap langkah manusia.

Berbicara soal Hati, teringat sebuah riwayat yang disampaikan oleh An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘Anhuma dari Rasulullah saw sebagai berikut:

أَلاَ وَإِنَّ فِيْ الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR Bukhari dan Muslim)

Untuk itu sebagai manusia perlu kiranya kita untuk menjaga Hati selalu sehat sehingga mudah bagi manusia untuk menjalankan tugasnya. Ibnu Hajar dalam kitabnya Munabbihat ‘ala Isti’dadi li Yaumil Mi’ad bahwa Hasan al Bashri menjelaskan enam hal yang dapat merusak hati seseorang. Apa sajakah itu?

Pertama, melakukan dosa dengan harapan suatu saat dia bisa bertobat di kemudian hari. Hasan al Bashri mengatakan bahwa seseorang yang sadar akan perbuatan dosa yang dia lakukan setiap hari dan masih berangan-angan akan kembali ke jalan Allah pada waktunya nanti adalah sebauh kesombongan.

Baca Juga:  Biografi Hasan al-Basri, Ulama Hadits pada Masa Tabi'in

Kenapa demikian? Karena secara tidak langsung dia terlalu percaya diri bahwa Allah masih akan memberikan waktu kepadanya untuk bertaubat. Padahal kesempatan itu belum tentu dia miliki. Jadi perbuatan dosa yang dilakukan dengan sengaja akan berpotensi menyebabkan hati manusia semakin gelap.

Kedua, memiliki ilmu tapi tidak mau mengamalkannya. Hal ini tentu saja senada dengan sebuat pepatah yang sering kita dengar bahwa ‘Ilmu tanpa Amal bagaikan pohon yang tak berbuah’.

Tidak mengamalkan Ilmu disini bisa berarti melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, atau bisa juga mendiamkan ilmu yang dia miliki berada dalam kepalanya saja.

Ketiga, tidak ikhlas dalam beramal. Ketika mengamalkan sebuah ilmu tentu saja hal yang harus dibarengi dengannya ke Ikhlas an. Karena jika kita melakukan sebuah amal tanpa ikhlas maka amal tersebut akan sia sia.

Keempat, tidak bersyukur dalam menikmati rejeki yang diberikan oleh Allah. Ini suatu hal yang sering kita lihat terjadi kepada banyak orang, termasuk diri kita sendiri.

Baca Juga:  Pendapat Para Ulama Tentang Istiqomah, dari Makna, Kiat Hingga Manfaatnya

Bahwa secara sadar terkadang kita terus mengeluh terhadap apa yang sudah kita peroleh dan selalu merasa kurang. Padahal apa yang kita terima bisa jadi hal itu merupakan sesuatu yang memang pas untuk kondisi kita saat itu.

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad  mengartikan syukur dengan ijrâ’ul a‘dlâ’ fî mardlâtillâh ta‘âlâ wa ijrâ’ul amwâl fîhâ (menggunakan anggota badan dan harta benda untuk sesuatu yang mendatangkan ridha Allah).

Artinya, selain ucapan “alhamdulillah”, kita dianggap  bersyukur bila tingkah laku kita, termasuk dalam penggunaan kekayaan kita, bukan untuk jalan maksiat kepada Allah

Kelima, tidak ridha dengan ketetapan Allah. Hal kelima yang juga bisa merusak hati manusia adalah tidak ridha dengan apa yang sudah ditetapkan Allah dan selalu mengeluh.

Keenam, menguburkan orang meninggal namun tidak mengambil pelajaran darinya. Maksud dari hal ini adalah bahwa ketika mengikuti sebuah rangkaian pemakaman, kita harusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah dilakukan oleh orang yang sudah meninggal.

Bagaimana kita tidak belajar? Sedangkan kematian adalah momen terakhir manusia dengan kekayaan, jabatan hingga popularitas yang di amiliki. Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis sebagaimana berikut:

Baca Juga:  Mengenal Hasan Al Bashri Sang Sufi dari Kalangan Tabi’in

إِنَّ اْلقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَر مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجَ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)-nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR Tirmidzi).

Begitulah nasihat Imam Hasan al Bashri kepada kita tentang enam hal yang dapat merusak hati manusia. Semoga kita termasuk kedalam orang orang yang bisa menjaga hati.

Mohammad Mufid Muwaffaq