Pecihitam.org – Sewaktu pindah kuliah ke Baghdad karena tidak puas dengan Al-Azhar, Gus Dur hidup layaknya mahasiswa biasa yang hidup dengan mengontrak sebuah rumah di Baghdad. Gus Dur bersama 19 teman lainnya, menyewa sebuah rumah yang cukup luas untuk mereka tinggal bersama-sama selama beberapa tahun.
Menyewa sebuah hunian untuk ditempati belasan orang itu merupakan kebiasaan yang lumrah bagi seorang mahasiswa. Adapun motif pertamanya adalah untuk menghemat keuangan, sebab jika menyewanya beramai-ramai, maka harganya akan jauh sangat murah.
Adapun motif lainnya adalah untuk mencari banyak teman. Kehidupan mahasiswa adalah kehidupan anak muda yang membutuhkan banyak pergaulan dengan teman-teman sebaya. Teman-teman Gus Dur yang ikut menyewa hunian bersama itu merupakan mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Baghdad seperti Gus Dur.
Hidup bersama 19 teman merupakan hidup penuh kebersamaan. Di tempat tinggal mereka itulah, mereka secara bersama-sama menjaga dan merawat hunian yang mereka sewa itu. Mereka secara bergiliran mendapatkan jadwal piket untuk menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah seperti menyapu lantai dan lain sebagainya.
Terkait dengan jadwal piket untuk menyiapkan makanan, Gus Dur adalah jawaranya. Gus Dur selalu menyiapkan hidangan untuk seluruh anggota tempat tinggal. Masakan Gus Dur merupakan masakan yang paling istimewa diantara semua teman-temannya.
Greg Barton, seorang penulis Biografi Gus Dur (2016) menuturkan bahwa Gus Dur ketika piket menyiapkan makanan, ia memasakkan sayur kari kepala ikan. Bagi mahasiswa yang hidup di perantauan seperti mereka, masakan seperti itu sangatlah mewah.
Perihal masakan kari kepala ikan ini, selain menampakkan betapa ahlinya Gus Dur dalam memasak masakan yang lezat, juga memiliki kisah di baliknya yang penuh dengan keusilan dan kejenakaan.
Ceritanya begini. Gus Dur mendapatkan kepala ikan itu dari sebuah pasar di kota Baghdad tempat mereka tinggal. Gus Dur memahami bahwa orang Irak tidaklah memakan kepala ikan. Biasanya, para penjual ikan di pasar membuang ataupun memberikan kepala ikan itu kepada binatang. Dengan kata lain kepala ikan itu tidak dijual, alias gratis.
Mengetahui peluang ekonomi itu, Gus Dur mendatangi si penjual ikan itu dan lantas menawar kepala ikannya yang biasanya dibuang itu. Mendengar tawaran Gus Dur hendak membeli 20 kepala ikan yang besar-besar, si penjual ikan lantas terheran-heran dan langsung bertanya kepada Gus Dur “Untuk apa Anda membeli kepala ikan sebanyak ini?”
Dasar Gus Dur, selain cerdik, ia juga terkenal usil dan jenaka. “Hmm.. saya memelihara banyak anjing” ungkap Gus Dur. Si penjual ikan tadi kemudian menanyakan lagi “Berapa banyak?”. Kemudian Gus Dur menjawab “Dua puluh.”
Setelah mendapat kepala ikan sejumlah 20 biji dengan ukuran yang besar-besar itu, Gus Dur lantas memasaknya di tempat tinggal mereka. Tentu saja, semua teman satu hunian Gus Dur itu merasa senang sekali dan antusias memakan masakan Gus Dur yang lezat.
Namun, pada suatu waktu ternyata akhirnya keusilan Gus Dur terkait dengan kepala ikan itu terbongkar oleh teman-temannya. Suatu waktu di hunian itu mereka akan kedatangan tamu dari kedutaan. Dan dalam rangka yang istimewa itu mereka menyiapkan jamuan makanan dengan masakan Indonesia.
Mereka lantas membuat panitia persiapan penyambutan. Nah, salah satu teman Gus Dur yang mendapat tugas menyiapkan makanan, memasukkan masakan kari kepala ikan kedalam salah satu list menunya.
Si teman itu lantas pergi berbelanja ke pasar di Baghdad. Di sana ia melihat ada penjual ikan dan menawar kepala ikannya. Melihat si pembeli adalah orang Indonesia, si penjual lantas ingat dengan Gus Dur.
Si penjual berkata kepada si teman Gus Dur yang hendak membeli kepala ikan sambil tertawa “Temanmu itu sangat aneh.” Si pembeli gantian bertanya “Kenapa?” “Ia memelihara banyak anjing, jumlahnya ada 20” kata si penjual ikan.
Akhinya rahasia Gus Dur perihal masakan kari kepala ikan yang lezat terbongkar sudah. Ternyata selama itu Gus Dur menjadikan teman-temannya itu sebagai alasan untuk membeli kepala ikan yang tak lazim dikonsumsi orang Irak. Yang membuat teman-temannya sempat marah adalah mengatakan bahwa mereka disamakan dengan anjing.
Demikianlah salah satu kisah kejenakaan dan keusilan Gus Dur. Kisah ini menggambarkan betapa cerdas dan jenakanya sosok Gus Dur. Jika ia bukan orang yang cerdas, tak mungkin memiliki imajinasi dan alasan pembelian ikan yang sangat jenaka seperti itu. Wallahua’lam.