Kisah Gus Dur dan Analisisnya Tentang Sepak Bola

gus dur dan sepak bola

Pecihitam.org – Ibarat kata, Gus Dur adalah sosok dengan seribu kisah hidup yang selalu menarik untuk dibahas. Kisah-kisahnya yang mengagumkan tak pernah habis untuk dituliskan. Salah satunya perihal Gus Dur dan kegemarannya dengan dunia sepak bola.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebagai penggemar sepak bola, boleh dibilang ia bukanlah penggemar amatiran atau abal-abal. Pengetahuannya tentang sepak bola, sama mendalamnya dengan pengetahuannya akan ajaran Islam ataupun dunia sastra yang digemarinya.

Level pengetahuan sepak bola Gus Dur adalah level komentator, paham dengan seluk-beluk, taktik, dan strateginya. Bahkan ia tak jarang menganalisisnya sembari memberikan cantolan yang filosofis.

Pada Piala Eropa tahun 1988, 1992, hingga 1996 dan Piala Dunia 1982, 1986, 1990, 1994, dan 1998, Gus Dur mengulas berbagai seluk-beluk permainan sepak bola pada event besar itu di berbagai media massa nasional.  Di sana, Gus Dur mengulas sepakbola sama seriusnya seperti mengulas perihal pemikiran Islam ataupun problematika kebangsaan di koran nasional.

Sewaktu Gus Dur menjabat sebagai Presiden, Romo Sindhunata, seorang kolumnis sepak bola yang sangat beken mengkritik pemerintahan Gus Dur dengan perspektif sepakbola dengan judul Catenaccio Politik Gus Dur yang tayang di Harian Kompas pada 16 Desember 2000.

Baca Juga:  Masya Allah, Inilah Karomah Al Bani Yang Tak Dimiliki Ulama Lain

Sebagai sama-sama komentator sepakbola plus Presiden, Gus Dur menjawab kritik itu dengan membalas melalui tulisan berjudul Catennacio Hanyalah Alat Belaka yang terbit di Kompas selang dua hari setelah artikel Romo Sindhu, yakni pada 18 Desember 2000.

Saya tak bisa membayangkan kalau kita pernah punya sosok sekeren Gus Dur. Seorang Presiden, tokoh agama, plus cendikiawan, saling membalas kritik dengan perspektif sepakbola di media massa nasional. Dan perlu dicatat, Gus Dur menuliskan itu sendiri, tak sepeti kebiasaan pejabat kita belakangan yang menyewa penulis.

Gus Dur dan kegemaranya dengan sepak bola, kalau ditarik ke masa yang lebih awal adalah ketika Gus Dur masih kecil. Bersama teman sepermainannya, Gus Dur kecil sudah hobi dengan permainan sepakbola ini.

Suatu waktu ada kisah kalau saking intensnya Gus Dur dalam bermain bola, sampai-sampai ia teledor dengan tugas belajarnya di sekolah. Saat kelas pertama di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gus Dur gara-gara terlalu banyak main sepakbola, sampai ia tidak naik kelas.

Baca Juga:  Mengenal 5 Guru Syeikh Mahfudz at-Termasi

Situasinya saat itu memang sedang kompleks, semasa awal masuk SMEP, hati Gus Dur sedang berduka karena ayahnya, Kiai Wahid Hasyim meninggal karena kecelakaan dalam sebuah perjalanan di Jawa Barat. Dalam situasi yang kacau itu, konon Gus Dur mencari penghiburan melalui bermain dengan sepakbola.

Dan cerita Gus Dur dengan dunia sepak bola berlanjut saat ia kuliah di Universitas Al-Azhar di Kairo. Saat itu Gus Dur baru datang di ibukota negeri Mesir. Gus Dur diberitahu oleh petugas kampus kalau ia harus mengikuti kelas bahasa Arab level pemula karena sebuah kesalahan administratif.

Gus Dur jengkel dengan situasi itu sebab materi di sana adalah materi yang megulang pelajaran bahasa Arab yang sudah dikuasainya semasa di Pesantren. Padahal, sewaktu di Pesantren Gus Dur sudah khatam pelajaran Bahasa Arab.

Baca Juga:  Abdullah bin Saba', Antek Yahudi Biang Kerok Aliran Syia'h dan 3 Ajaran Sesatnya

Nah, akhirnya Gus Dur tidak mengikuti kelas itu, karena memang sudah menguasai, akhirnya untuk mengatasi kekecewaannya itu, Gus Dur menyalurkannya kedalam hobi-hobinya, yang salah satunya adalah sepakbola.

Konon katanya, di Kairo, banyak pertandingan sepakbola digelar. Di sana Gus Dur mengahabiskan waktu, salah satunya dengan menonton pertandingan sepakbola, sembari membaca buku di berbagai perpustakaan besar di Kairo.

Demikianlah kisah tentang kegemaran Gus Dur dengan dunia sepakbola. Kegemaran itu dipupuk sejak kecil hingga kemudian pengetahuannya tentang sepakbola sangat mendalam, sampai menjadi komentator sepakbola. Wallahua’lam.