Profil Gus Yusuf Chudlori, Pengasul Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang

gus yusuf chudlori

Pecihitam.org – Nama lengkapnya adalah K.H Muhammad Yusuf Chudlori, sedangkan di tengah-tengah masyarakat beliau lebih dikenal dengan sebutan Gus Yusuf yaitu salah satu ciri khas kaum pesantren.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebutan ini tidak lain karena latar belakang beliau yang merupakan salah satu dari sebelas putra dan putri ulama kharismatik Tegalrejo Magelang al-marhum al-magfurlah K.H Chudlori (w. 1977), pendiri Ponpes Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang.

Pesantren API Tegalrejo ini pernah jadi tempat menempa ilmu Presiden keempat Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid. Waktu itu anak tertuanya, Mbah Dur, meneruskannya mulai 1977 hingga 2011.

Intensitas Gus Yusuf sebagai pangasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo semakin tinggi semenjak kakaknya, K.H Abdurahman Chudlori (Mbah Dur), wafat pada tahun 2011. Setelah itu Gus Yusuf ditunjuk sebagai Pengasuh API yang bertugas di bagian urusan antar lembaga.

Kiai muda pemilik akun Youtube Gus Yusuf Chanel yang lahir di Magelang pada 9 Juli 1973 ini sangat terkenal sebagai ulama yang dekat dengan berbagai kalangan.

Hal ini tidak lain karena cara dakwah dan ceramah beliau yang penuh hikmah serta mudah dipahami oleh semua kalangan. Selain itu beliau juga banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk perjuangan sosial-kemasyarakatan.

Diantara perjuangan sosial-kemasyarakatan yang digeluti oleh Gus Yusuf antara lain:

  • Beliau mengelola komunitas kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Magelang.
  • Penasehat organisasi Komunitas Gerakan Anti Narkoba dan Zat Adiktif (KOMGANAZ) Kabupaten Magelang.
  • Mengelola radio komunitas (Fast-FM) yang menyiarkan program-program populis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mulai dari kajian keagamaan, mujahadah, berita-berita aktual, konsultasi kesehatan, bincang bisnis, infotainment, dsb.

Meskipun Gus Yusuf berlatar belakang pendidikan pesantren namun beliau sangat dekat dengan para aktifis muda dan aktifis mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan formal (sekolahan).

Kedekatan ini dapat terjalin karena Gus Yusuf adalah sosok kiai yang sangat terbuka untuk berdiskusi dengan kalangan aktifis muda, sebagai upaya mengurai kenyataan yang selalu berkembang seiring dengan lajunya zaman.

Baca Juga:  Biografi Imam Jalaluddin Al Mahalli Pengarang Tafsir Jalallain

Aktifitas dengan kalangan muda dan mahasiswa diantaranya dapat dilihat dari seringnya beliau terlibat dalam forum-forum diskusi kaum muda NU Jawa Tengah. Bahkan beliau adalah salah satu penggagas dari forum-forum diskusi di kalangan kaum muda NU tersebut.

Dalam jumlah yang sudah tidak terhitung lagi, Gus Yusuf juga sering diminta mengisi seminar, talk show, dan bentuk diskusi lainnya mulai dari tingkat lokal, nasional bahkan juga sampai tingkat internasional, terutama dalam forum-forum diskusi yang mengangkat tema seputar pluralisme, toleransi antar umat beragama, kebudayaan, tasawuf, dan peneguhan nilai-nilai kebangsaan.

Daftar Pembahasan:

Latar Belakang Keilmuan Gus Yusuf Chudlori

Dalam bidang keilmuan, pada usia dini sampai usia SD, Gus Yusuf menempa ilmu di pondok pesantren ayahnya sendiri. Selanjutnya ia menempa diri dalam ilmu agama pada beberapa pondok pesantren.

Semenjak KH Chudlori wafat, Gus Yusuf kemudian diasuh oleh Mbah Dur.
Setelah lulus Sekolah Dasar pada tahun 1985, Gus Yusuf kemudian nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur di bawah asuhan KH Idris Marzuki sampai thaun 1994.

Selanjutnhya ia mengenyam ilmu di Pesantren Salafiyah Kedung Banteng Purwokerto dan terakhir Gus Yusuf memperdalam ilmu keagamaan di Pesantren Salafiyah Bulus, Kebumen.

Karena latar pendidikan pesantren inilah, maka transformasi kelimuan melalui tradisi lisan (tutur) sudah menjadi bagian dari sosok diri suami Vina Rohmatul Ummah ini.

Kehidupan

Selain menyampaikan keilmuannya di Pondok Pesantren API Tegalrejo, Gus usuf juga sering berceramah di banyak majlis ta’lim, serta di radio Fast FM kelolaannya yang beralamat di Jl. K.H Hasyim Asy’ary No. 7 Pagotan Tegalrejo Magelang. Jadi, dalam hal menyampaikan nasehat dan berpanjang-panjang kata lewat lisan, kepiawaiannya tak perlru diragukan lagi.

Baca Juga:  Imam Sibawaih, Ulama Persia Pakar Gramatika yang Masuk Surga Berkah Ilmu Nahwu

Memasuki era pergolakan reformasi tahun 1998, Gus Yusuf Chudlori bergabung dengan beberapa elemen organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa. Kemudian pada yang sama, Mbah Dur mengajak Gus Yusuf mengawal reformasi melalui partai politik yang didirikannya bersama Gus Dur yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dari tahun 1999 sampai 2007 ia memimpin Dewan Pimpinan Cababg PKB Kabupaten Magelang. Pada tahun 2007 ketika terjadi konflik partai antara kubu Gus Dur dengan Muhaimin Iskandar, ia dipercaya menjabat sebagai pejabat sementara Ketua DPW PKB Jawa Tengah.

Beberapa waktu Gus Yusuf juga sempat tidak menduduki jabatan struktural di PKB dan baru tampil lagi pada 2013 menjadi Ketua DPW PKB Jawa Tengah.

Belakangan, Gus Yusuf yang merupakan ayah dari tiga orang putranya Ahmad Haikal Tanjani Khumaid, Yusfina Zahru Tsania, dan Aqila Alaya Sya’an itu begitu antusias mengembangkan konsep tasawuf yang berdimensi sosial. Hal tersebut paling tidak bisa dilihat dari dakwah-dakwahnya yang disampaikan lewat siaran di radio dan juga media sosialnya.

Selain itu, Gus Yusuf juga sangat gandrung pada persoalan budaya. Kedekatannya dengan kalangan budayawan seperti Gus Mus, Cak Nun, Romo Kirjito, Tanto Mendut, Slamet Gundono, dan banyak lagi yang lain merupakan bukti dari kecintaannya terhadap dunia kebudayaan.

Kecintaannya dengan kebudayaan tersebut juga menjadi salah satu metode dakwah beliau, yakni berdakwah dengan pendekatan ala Sunan Kalijaga.

“Orang mungkin menganggap tasawuf itu sesuatu yang elitis dan sukar dipahami. Padahal jika didedah secara sederhana dan diaplikasikan dalam dimensi kemasyarakatan, pasti akan mudah dipahami. Pola-pola dakwah Sunan Kalijaga tidak sedikit kandungan tasawufnya. Dan itu masih relevan untuk zaman sekarang.” Tutur Gus Yusuf penuh keyakinan.

Profil Pondok Pesantren API Tegalrejo

Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo didirikan pada tanggal 15 September 1944 oleh KH. Chudlori, seorang ulama karismatik yang juga berasal dari desa Tegalrejo. Beliau adalah menantu dari Mbah Dalhar (KH. Nahrowi) pengasuh Pondok Pesantren Darus Salam Watucongol Muntilan Magelang.

Baca Juga:  Gus Yusuf Chudlori: Sikap Toleransi dan Kisah Masjid vs Gamelan

Pada tahun 1947 dari hasil shalat Istikharoh Mbah Chudlori, ditetapkanlah nama pesantrennya yaitu Asrama Perguruan Islam (API). Dengan lahirnya nama Asrama Perguruan Islam, beliau berharap agar para santrinya kelak di masyarakat mampu dan mau menjadi guru yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat Islam.

Adapun yang melatar belakangi berdirinya Asrama Perguruan Islam ini adalah adanya semangat jihad li i’lai kalimatillah yang mengkristal dalam jiwa KH Chudlori itu sendiri.

Berkat ketegaran dan keuletan Mbah KH Chudlori dalam upayanya mewujudkan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam baik secara dhohir maupun batin, santri yang pada awal berdirinya hanya berjumlah 8 orang, tiga tahun kemudian (1950) sudah mencapai sekitar 100-an.

Setelah melewati zaman penjajahan Belanda yang memprihatinkan dan penuh pergolakan, pada tahun 1977 jumlah santri sudah mencapai sekitar 1500-an. Inilah puncak prestasi Simbah Chudhori di dalam membawa Pesantren API ke permukaan umat.

Hingga 2015 Pesantren Salaf API Tegalrejo jumlah santrinya, mencapai 4,487 orang santri putra dan 2.500 santri putri. Sedangkan di Pondok Pesantren Modern yang sambil sekolah di SMP, SMA, SMK berjumlah 1.300 orang santri putra-putri.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik