Hadits Qudsi: Pengertian dan Perbedaannya dengan Al-Quran

Hadis Qudsi: Pengertian dan Perbedaannya dengan Al-Quran

PeciHitam.org – Hadits Qudsi adalah terdiri dari dua kata. Yakni, hadits dan Qudsi. Dalam kitab Lisan al-‘Arab, Ibnu Manzur menjelaskan, “Hadits” dimaknai segala sesuatu yang baru, atau sesuatu yang sebelumnya tidak ada, peristiwa, berita, ceritera, menyampaikan sesuatu risalah, peristiwa kenabian yang datang dari Allah. Kemudian kata “Qudsi” dimaknai suci, bersih, sifat kesucian Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun jika kata “Qudsi” dirangkai dengan kata lain, maka akan mempunyai makna lain. Seperti, kata “Hadiratul Qudsi” atau Jannatul Qudsi” diartikan “surga”, dan “Ruh al-Qudus” diartikan Malaikat Jibril.

Para Muhādisīn dalam memahami pengertian hadits ini membedakan dalam memahami pengertian hadits atau sunah Nabi pada umumnya. Hadits yang bersifat Qudsi disebut pula sebagai hadits Ilahiy atau Rabaniy, yakni sebuah hadits yang sama halnya seperti hadits Nabi, tetapi dimana keduanya secara subtansi (kandungan maknanya) berbeda dari asal sumbernya.

Imam al-Bukhari dalam kitab al-Jami’ al-Sahih memberikan definisi bahwa hadits seperti ini adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Nabi dari Tuhannya, dengan disampaikan secara makna atau secara lafal dari Allah ‘Azza waJalla.

Subkhi Shaleh dalam kitab Ulum al-Hadits wa Mustalahuhu menjelaskan tentang ketidaksamaan dalam pemaknaan antara hadits Qudsi dengan hadits Nabi pada umumnya. Tetapi para ulama hadits membedakan antara hadits Qudsi dengan al-Qur’an baik perbedaan itu dari segi susunan maknanya maupun jumlah dalam karakter kalimat maupun kata-katanya.

Baca Juga:  Kumpulan Riwayat Hadis Tentang Menjenguk Orang Sakit

Hadits seperti ini biasa disebut pula sebagai hadits al-Ilahiy atau al-Rabaniy, yakni sebuah hadits yang sama halnya seperti hadits Nabi, tetapi dimana keduanya secara subtansi (kandungan maknanya) berbeda dari asal sumbernya. Hadits Qudsi maknanya bersunber dari Allah swt, sedangkan hadits pada umumnya bersumber dari Nabi sendiri. Namun keduanya ketika disampaikan kepada audien (umat) dilafalkan persis secara verbal oleh Nabi.

Adapun Perbedaan Al-Qur’an dan Hadits Qudsi, antara lain:

  1. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. dengan lafal-Nya. Dan karena al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang tidak ada seorangpun yang bisa menantang tentang kebesaran mu’jizatnya, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti al-Qur’an itu. Tantangan itu tetap berlaku, karena al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Adapun hadits Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
  2. Al-Qur’an hanya dinisbatkan kepada Allah, sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadits yang bersifat Qudsi, seperti telah dijelaskan di atas, terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah hadits Qudsi itu kepada Allah adalah nisbah dibuatkan. Maka dikatakan, Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah saw., tetapi nisbahnya adalah nisbah kabar, karena Nabi menyampaikan hadits itu dari Allah.
  3. Seluruh isi al-Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya mutlak. Adapun hadis Qudsi kebanyakan adalah kabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya sebagian dari hadis tersebut sahih, hasan, dan daif.
  4. Al-Qur’an dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Sementara hadis ini da yang berpendapat maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Sementara hadits ini ialah wahyu dalam makna, tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadits, diperbolehkan meriwayatkan hadits yang bersifat Qudsi dengan maknanya saja.
  5. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah, karena itu ia dibaca dalam salat. Seperti yang tertuang dalam hadits, “Barang siapa membaca satu huruf dari al-Qur’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan, kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR Tirmizi dan Ibnu Mas’ud). Adapun hadits tersebut tidak diperintahkan untuk membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadits ini secara umum saja. Maka, membaca hadits Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadits mengenai membaca al-Qur’an bahwa pada setiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.
Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 404-405 – Kitab Shalat
Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *