Hadits Shahih Al-Bukhari No. 13-14 – Kitab Iman

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 13-14 – Kitab Iman ini, menjelaskan bahwa mencintai Rasulullah saw adalah merupakan bagian dari keimanan. Artinya adalah kapan Rasul lebih dicintai, walaupun sebenarnya mencintai semua utusan Allah adalah sebagian dari iman, akan tetapi kecintaan yang paling besar dikhususkan untuk Nabi Muhammad saw.  Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Iman. Halaman 97-98.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 13

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu’aib] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya”.

Keterangan Hadis: Maksud bab ini adalah kapan Rasul lebih dicintai, walaupun sebenarnya mencintai semua utusan Allah adalah sebagian dari iman, akan tetapi kecintaan yang paling besar dikhususkan untuk Nabi Muhammad SAW.

Kalimat وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ (Demi diriku yang berada dalam kekuasaan-Nya) adalah ungkapan sumpah. Ungkapan ini menunjukkan diperbolehkannya bersumpah terhadap sesuatu, yang penting untuk menguatkannya.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 463 – Kitab Shalat

مِنْ وَالِده وَوَلَده (dari kedua orang tua dan anaknya) Kata “kedua orang tua” disebutkan terlebih dahulu, karena setiap anak pasti mempunyai orang tua dan tidak sebaliknya, setiap orang tua mempunyai anak. Sedangkan dalam hadits riwayat Nasa’i dari Anas kata “anak” disebutkan terlebih dahulu, hal ini dikarenakan orang tua lebih mencintai anaknya daripada anak mencintai orang tuanya.

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 14

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Ya’qub bin Ibrahim] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu ‘Ulayyah] dari [Abdul ‘Aziz bin Shuhaib] dari [Anas] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Dan telah menceritakan pula kepada kami [Adam] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dari [Qotadah] dari [Anas] berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya”.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 648 – Kitab Adzan

Keterangan Hadis: Apabila ada pertanyaan, apakah hawa nafsu masuk dalam kalimat “manusia semua”? Jawabnya, hawa nafsu masuk dalam kalimat tersebut, jika dilihat secara zhahir. Adapun maksud cinta di sini adalah cinta yang berdasarkan kebebasan (memilih) bukan cinta dalam pengertiannya sebagai tabiat. Menurut Imam Nawawi, hadits tersebut mengisyaratkan masalah nafsu ammarah (nafsu yang cenderung untuk melakukan hal-hal yang dilarang) dan nafsu muthmainnah (nafsu yang cenderung melakukan hal-hal yang baik dan dapat menenangkan hati). Maka orang yang nafsu muthmainnahnya lebih dominan dalam dirinya, ia akan lebih mencintai Rasulullah, demikian juga sebaliknya dengan orang yang dirinya dikuasai oleh nafsu ammarah.

Hadits ini juga mengisyaratkan keutamaan berfikir, sebab cinta yang telah disebutkan di atas dapat diketahui dengan berfikir. Hal itu dikarenakan apa yang dicintai dari manusia dapat berupa dirinya atau hal-hal lain. Adapun apa yang dicintai dari dirinya, maka ia akan menginginkan keselamatannya dari berbagai macam penyakit dan bencana, dan itulah sebenarnya hakikat yang diinginkan, sedangkan apa yang dicintai dari selain dirinya, adalah tercapainya suatu manfaat yang diinginkannya. Untuk itu orang yang memikirkan manfaat yang diperoleh dari Rasulullah yang telah mengeluarkan dari gelapnya kekufuran menuju terangnya cahaya keimanan, maka ia akan mengetahui bahwa manfaat yang diperoleh dari Rasulullah akan lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh dari selainnya. Memang manusia berbeda-beda dalam hal ini, tapi tidak diragukan bahwa para sahabat memiliki kecintaan yang sempurna terhadap Rasulullah, karena kecintaan tersebut merupakan buah dari pengetahuan, dan mereka telah mengetahui hal ini.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 63 – Kitab Ilmu

Iman Qurthubi mengatakan, “Setiap orang yang beriman kepada nabi Muhammad dengan sebenar-benarnya iman, maka dirinya tidak akan pernah hampa dari rasa cinta kepadanya, meskipun kecintaan mereka itu berbeda-beda. Sebagian mereka ada yang cintanya kepada Rasulullah telah mencapai tingkat yang tinggi, dan sebagian yang lain hanya mencapai tingkat yang rendah. Tetapi sebagian besar mereka jika disebut nama Rasulullah, maka hasrat mereka untuk melihatnya sangat besar, karena menurut mereka melihat beliau sangat berpengaruh terhadap diri, keluarga, anak-anak, harta dan orang tua mereka. Maka tidak jarang kita mendapatkan sebagian mereka yang mengeluarkan tenaga, harta dan kemampuannya untuk berziarah ke makam Rasulullah dan melihat tempat-tempat sejarah beliau.

M Resky S