Hasan al Bashri: Hati yang Mati Sebab Melakukan Dosa Diatas Dosa

hati yang mati

Pecihitam.org – Manusia adalah makhluk yang selain diberi akal juga diberi nafsu oleh Allah. Manusia yang berakal dan beriman akan selalu merasa takut dengan Tuhannya. Sedangkan manusia yang mengedepankan nafsunya maka ia akan jauh dari Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Seseorang yang hatinya mati, maka ia akan cenderung mendahulukan kepentingan nafsu dan syahwat dunianya sendiri daripada ibadah dan cinta kepada Penciptanya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qura surat Al-Furqan ayat 43 seagaimana berikut:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً

Artinya: ”Sudahkan engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”

Mengenai perkara hati yang mati, Ibnu Athaillah as-Sikandari menyebutkan kalam hikmah dalam karyanya kitab Al-Hikam bahwa di antara tanda-tanda hati seseorang yang mati adalah tidak ada kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan dan ia tidak ada penyesalan atas adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

Baca Juga:  Larangan Merusak Gereja dan Tempat Ibadah Agama Lain dalam Islam

Dari dua tanda tersebut menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebbut tidak adanya nilai-nilai keimanan yang tertanam dalam hatinya. Jika hatinya sudah tidak sehat, maka ketika ia melanggar dan mengabaikan perintah Tuhannya begitu saja, hati yang mati sama sekali tidak menemukan penyesalan.

Sebaliknya jika hatinya bersih maka mampu merasakan setiap hal yang mendatangkan keridhaan Tuhan, sehingga membuatnya bahagia. Sementara hati yang mati tidak akan merasakan apapun. Bahkan antara rahmat dan murka Tuhan akan terasa sama saja. Ketaatan tidak membuatnya bahagia, dan maksiat tidak membuatnya gundah gulana. Keduanya tidak ada perbedaan yang signifikan.

Dalam konteks ini Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ.رواه أبو الفرج البغدادي

Artinya: “Orang yang kebaikannya membuatnya bahagia dan keburukannya membuatnya sedih, maka ia seorang mukmin (yang sempurna)”

Orang yang hatinya sehat dan hidup maka ia akan bahagia ketika berbuat baik dan merasa sedih ketika berbuat keburukan. Sedangkan orang dengan hati yang mati, ia tidak punya perasaaan yang menyesal atas keburukan-keburukan yang telah diperbuatnya.

Baca Juga:  Gus Yusuf Chudlori: Sikap Toleransi dan Kisah Masjid vs Gamelan

Ia menganggapnya hal biasa dan tetap biasa dilakukan kembali di lain waktu. Hati yang mati tidak mengenal indahnya hari-hari dengan ketaatan, melainkan ia menilainya sama saja antara kebaikan dan keburukan. Itulah mengapa orang yang hatinya mati, akan selalu mengikuti keburukan dengan keburukan pula.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, ”Itu adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta, lalu mati.” Sementara hati yang sehat selalu mengikuti keburukan dengan kebaikan dan mengikuti dosa dengan taubat.

Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).”

Seseorang yang bersih hatinya akan senantiasa menggantungkan hidup dan matinya hanya kepada Allah. Ia tidak akan bosan dalam menjalani hidup dalam ketaatan dan selalu mengutamakan hal yang bermanfaat. Manusia dengan hati yang bersih ini selalu memiliki hidup yang indah dan bahagia, sebab dalam hidupnya ia lebih mementingkan urusan akhirat daripada dunia. Demikian semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshawab.

Baca Juga:  Tiga Cara yang Diajarkan Nabi Agar Terhindar dari Fitnah Dajjal
Arif Rahman Hakim
Sarung Batik