Pecihitam.org – Kondisi hati seseorang memang bisa berubah-ubah, tidak jarang iman kita sering di uji oleh Allah Swt baik itu berupa kenikmatan ataupun musibah. Terlepas dari itu semua, kita mempunyai kewajiban untuk senantiasa menjaga keutuhan iman yang ada di dalam hati kita.
Banyak sekali hal-hal yang dapat merusak hati dan iman kita. Yang paling di khawatirkan adalah jika seseorang tanpa ia sadari hatinya telah mati, sehingga ia benar-benar melalaikan ketaatannya terhadap Allah Swt
Menurut Imam Al-Ghozali menyebutkan bahwa manusia memiliki hati yang terdiri dari tiga macam, antara lain sebagai berikut:
- Hati yang sehat memiliki tanda-tanda seperti, imannya kuat, pandai bersyukur, tidak serakah, hidup damai, beribadah dengan khusyuk, senantiasa berdzikir, menyadari kesalahan, dan suka bertaubat. Sehingga orang-orang yang memiliki ciri-ciri tersebut maka ia akan mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
- Hati yang sakit, yaitu di dalam hatinya masih memiliki iman dan mau beribadah tetapi terdapat maksiat dan dosa di dalamnya. Tanda-tandanya misalnya seperti, gelisah, mudah marah, selalu merasa kurang, dan lain sebagainya.
- Menurut Imam al Ghozali, hati yang mati adalah saat hati telah benar-benar keras sebagaimana batu karena begitu banyaknya maksiat dan dosa-dosa yang di lakukan. Jenis yang ketiga inilah yang sangat berbahaya, karena ia tidak akan mendapatkan manfaat apapun, bahkan saat di dunia ia hanya sibuk dengan maksiat sampai lupa kewajibanyya terhadap Allah Swt.
Apabila seseorang memiliki hati yang telah mati maka ia akan lebih mendahulukan syahwatnya dari pada urusan ketaatan dan cinta terhadap Allah Swt. Hal ini sebagaimana telah Allah Swt sebutkan dalam Surat Al-Furqon ayat 43 sebagai berikut:
أرايت من اتخذ الهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. Al-furqon: 43)
Selain itu, hati yang awalnya bersih bisa saja menjadi sakit karena dosa-dosa dan maksiat yang di lakukan. Sehingga ketika hati sudah terlanjur mati maka seseorang tidak akan memiliki keindahan di dalam dirinya saat ia sudah mati kelak.
Hati yang telah mati tidak akan memiliki penyesalan sama sekali apabila ia telah melewatkan suatu ketaatan. Ini di karenakan hatinya yang sudah tidak sehat atau bahkan sudah rusak dan tidak ada lagi kepekaan terhadap keridhoan Allah Swt yang dapat menciptakan rasa bahagia baginya. Sedangkan seseorang yang hatinya telah mati, maka ia sudah tidak dapat lagi merasakan kedamaian saat melakukan ketaatan dan tidak merasa gelisah saat melakukan kemaksiatan.
Sementara itu, seorang yang hatinya terlanjur mati maka ia sudah tidak mengenal lagi adanya rasa menyesal atas kesalahan yang di telah di lakukan. Bagi dirinya, maksiat sudah menjadi hal-hal yang biasa saja.
Orang yang hatinya sakit, maka dia akan selalu mengikuti sebuah keburukan dengan keburukan yang lainnya. Hasan al-Bashri berkata “ Itu adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta, lalu mati”.
Adapun beberapa hal yang dapat di lakukan untuk mengobati hati sebagaimana di sebutkan dalam kitab Kifayatul Atqiya, sebagai berikut :
- Membaca Al-Qur’an beserta maknanya
- Sering berpuasa
- Qiyamul lail ( sholat malam, tadarus Al-Qur’an, berdzikir dan lain sebagainya)
- Mendekatkan diri kepada Allah swt di waktu sahur
- Bergaul bersama dengan orang-orang yang shaleh
Jadi, kita harus senantiasa memelihara hati kita agar selalu dapat merasakan nikmat ketaatan dan keridhoan dari Allah Swt. Dengan begitu maka hati akan menjadi sehat karena dapat membedakan antara kemaksiatan dan ketaatan. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menghiasi diri dengan segala bentuk ketaatan kepada Allah Swt.