Hei, yang Anti Maulid! Kamu Harus Tahu, Orang Pertama yang Merayakan Maulid Adalah Nabi Sendiri

Orang Pertama yang Merayakan Maulid Adalah Nabi Sendiri

Pecihitam.org – Hampir tiap bulan Rabiul Awal atau yang lebih sering disebut Bulan Maulid, komunitas anti Maulid Nabi nyiyir di media sosial. Mereka mengklaim Peringatan Maulid tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan sahabat. Padahal jika mereka memahami dalil, justru orang pertama yang merayakan maulid adalah Nabi sendiri.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Orang anti Maulid Nabi akan marah besar ketika ada kalimat “Yang pertama kali merayakan Maulid adalah Nabi sendiri”. Mereka auto ngumpat ‘bidngah‘, ghuluw, sesat dan semacam kecaman nista sejenis.

Padahal jika mereka mau membaca tidak hanya dari satu refrensi dan mau fair belajar, tidak taklid buta pada ustadz-ustadz yang memang tidak suka Maulid, maka mereka akan menemukan banyak dalil tentang kebaikan yang ada dalam peringatan Maulid Nabi.

Lalu apa yang menjadi dasar bahwa Nabi sendirilah orang pertama yang memperingati hari kelahirannya itu?

Mari pahami dengan hati yang sehat sabda Nabi berikut. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dikatakan bahwa Rasulullah SAW mensyukuri hari kelahirannya dengan berpuasa.

عَنْ أَبِي قَتَادَتَ اْلاَنْصَارِيِّ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْاِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ ولُدِتْ ُوَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ

Baca Juga:  Berbicaralah Pada Orang Lain Sesuai dengan Tempatnya


“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa senin, maka beliau menjawab:” Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.”
(HR. Muslim).

Nah, Nabi saja bahagia dan mensyukuri hari kelahirannya dengan melakukan puasa serta menganjurkan ummatnya untuk berpuasa pada Hari Senin yang merupakan hari kelahirannya. Bagaimana mungkin kita sebagai ummatnya yang dicintai oleh beliau tidak mensyukuri hari kelahirannya?

Lebih dari itu, kita ummat Islam diperintahkan untuk mensyukuri dan menyambut bahagia setiap anugerah dan kasih sayang Allah kepada kita, sebagaimana firman-Nya

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوْا

Katakanlah (Muhammad), sebab anugerah dan rahmat Allah (kepada kalian), maka hendaknya mereka bergembira. (QS.Yunus ayat 58).

Sementara kita tahu bahwa kelahiran Nabi Muhammad merupakan fadlah atau anugerah Allah terbesar. Sebagaimana disebutkan dalam syair

يا هنانا بمحمد # ذلك الفضل من الله

Betapa beruntungnya kami dengan lahirnya Nabi Muhammad

Dia (Muhammad) merupakan anugerah dari Allah.

Dan Nabi Muhammad SAW pun merupakan rahmat atau kasih sayang Allah terbesar, bahkan bukan hanya untuk manusia, melainkan untuk seluruh alam. Bukankah Allah SWT berfirman

Baca Juga:  Ilmu dan Amal Kebaikan, Dua Indikator Kesuksesan Dunia Akhirat


وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya’ ayat 107)

Maka karena Nabi sendiri yang telah pertama kali mulai merayakan Maulid, maka sudah sepatutnya kita sebagai ummatnya lebih semangat merayakannya. Karena hakikat dari peringatan Maulid Nabi adalah bentuk sukur atas lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana hal ini dianjurkan sendiri oleh Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Asakir dan sanadnya dinilai shahih oleh pakar hadis, Imam Adz-Dzahabi.

مَنْ عَظَمَ مَوْلِدِيْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلِقيَامَةِ

Barangsiapa menhormati hari lahirku, tentu aku akan memberikan syafa’at kepadanya dihari Kiamat.

Bahkan Umar bin Khattahab menilai orang yang memperingati Maulid Nabi sebagai orang yang menghidupkan syiar Islam. Ini dapat dilihat dalam Madarij as-Su’ud Syarh Al-Barzanji halaman 16

وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ عَظَمَ مَوْلِدِ النَّبِي صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ اَحْيَا الْاِسْلَامَ

Umar mengatakan: Barangsiapa menghormati hari lahir Rasulullah, maka sungguh ia telah menghidupkan syiar Islam.

Maka dengan sederet penjelasan di atas, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk meninggalkan apalagi menolak Peringatan Maulid. Lagi pula seperti yang dikatakan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, “Peringatan Maulid Nabi tidak butuh pada dalil yang shahih, tapi ia hanya butuh pada hati yang sehat”.

Baca Juga:  Jangan Mengeluh! Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu

Ini sindiran keras bagi mereka yang mengaku berjalan di atas sunnah, tapi mengingkari agungnya peringatan kelahiran Nabi. Bukankah cinta Nabi pada kita tanpa syarat, lalu mengapa kita ummatnya masih perlu alasan untuk mencintainya? Begitukah cara kita membalas cinta?

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *