Hidup Bermewah-mewahan dalam Islam, Telaah Atas Kisah Kaum Add dalam al-Quran

Hidup Bermewah-mewahan dalam Islam, Telaah Atas Kisah Kaum Add dalam al-Quran

PeciHitam.org – Sebagian besar dari kita pasti menginginkan hidup yang serba kecukupan, bahkan tidak sedikit juga yang berangan-angan hidup bermewah-mewahan. Sehingga sekuat tenaga bekerja agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tujuan hidup seseorang berbeda-beda. Namun intinya sama, yaitu dapat sukses dan bahagia. Takaran sukses dan bahagia ini seringkali didefinisikan dengan dapat memperoleh segala apa yang diinginkan, baik melalui harta maupun kekuasaan.

Tidak jarang yang terjerumus hidup bermewah-mewahan. Sebab harta dan kekuasaan ini mampu membius pemiliknya agar terlena sehingga jauh dari Yang Maha Kuasa.

Padahal hidup bermewah-mewahan dalam Islam sudah banyak diperingatkan, salah satunya melalui kisah kaum ‘Aad. Kaum ‘Aad ini hidup di wilayah perbukitan antara Yaman dan Oman. Segala kemajuan peradaban telah berkembang begitu pesatnya di sana.

Banyak ahli yang mampu membangun gedung-gedung pencakar langit. Tanah yang mereka punya begitu luas dan subur. Sistem irigasi sudah teramat maju, sehingga tanaman mereka subur karena pasokan air tercukupi.

Nikmat yang begitu besar ini membuat mereka melampaui batas. Dengan kemakmuran yang mereka peroleh, dibangunlah rumah-rumah yang megah nan indah, bak istana-istana yang mewah. Mereka berlomba-lomba dalam kemeeahan dan kemegahannya. Hal ini tentu menyuburkan hawa nafsunya sehingga ia lupa kepada Dzat pemberi nikmat, yakni Allah ta’ala.

Baca Juga:  8 Persamaan Identik antara Aliran Wahabi dan Syiah, No 3 Paling Jadi Andalan

Hidup bermewah-mewahan dalam Islam merupakan tabzir, sia-sia. Perilaku yang dilakukan kaum ‘Aad yang melampaui batas ini membawanya justru menjadi penyembah berhala. Ada berbagai macam berhala yang disembah kaum ‘Aad, beberapa berhala kaum ‘Aad ini disebut Shamud, Shada dan al-Haba.

Dalam buku berjudul 25 Kisah Nabi dan Rasul karya Mahfan, S.Pd, perilaku kaum ‘Aad sudah melampaui batas dengan melupakan Sang Pencipta mereka. Bukannya beriman kepada Allah, mereka justru menyembah berbagai macam berhala yang mereka sebut sebagai “Shamud”, “Shada”, dan “Al-Haba”.

Akhirnya diutuslah oleh Allah, seorang Nabi untuk mengingatkan kaum ‘Aad ini kembali ke jalan Allah, yaitu Nabi Hud as. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran surat al-A’raf ayat 65 berikut:

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raf: 65)

Karakter Nabi Hud as yang sabar, tegas, cerdas, pengasih serta berakhlak mulia ini nyatanya belum sepenuhnya mampu mengajak umatnya untuk menyembah Allah. Ia justru diabaikan dan dilecehkan oleh kaum ‘Aad. Nabi Hud sontak memperingatkan tentang azab dari Allah. Peringatannya ini justru disambut dengan tantangan kepada Nabi Hud. Mereka menantang agar Allah menurunkan azab kepada kaum ‘Aad.

Baca Juga:  5 Prinsip Pokok Fiqh Sosial KH Sahal Mahfud

Nabi Hud pun menjawab tantangan tersebut dengan memohonkan pertolongan kepada Allah, agar menurunkan azabnya. Allah pun tidak segan-segan menurunkan azabnya kepada kaum ‘Aad ini dengan menurunkan krmarau panjang. Tanah pertanian dan perkebunan mereka yang begitu subur serta irigasi air yang maju pun akhirnya tidak mampu dipertahankan. Mereka kehilangan kesemuanya karena kekeringan.

Tidak bosan-bosannya, Nabi Hud kembali mengingatkan dan mengajak kaumnya ini untuk beriman kepada Allah. Hal ini terekam dengan baik dalam Al-Quran surat Hud ayat 52 berikut:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“(Nabi Hud AS berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52)

Baca Juga:  Pentingnya Belajar Ilmu Agama Lebih Utama Daripada Ikut Perang

Lagi dan lagi, ajakan Nabi Hud tetap tidak didengarkan oleh kaumnya. Sehingga diturunkanlah azab kepada kaum ‘Aad berupa angin Samun yang begitu dahsyatnya. Bahkan gunung yang mrnjulang tinggi pun hancur. Angin Samun ini bertiup hingga delapan hari tujuh malam, sehingga seluruh peradaban kaum ‘Aad ini hilang. Segala kemewahan kaum ‘Aad hancur tak tersisa.

Kaum ‘Aad ini sebagai gambaran sekaligus peringatan bahwa hidup bermewah-mewahan dalam Islam tidak diperbolehkan. Seyogyanya kita sebagai kaum yang beriman mampu mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.

Mohammad Mufid Muwaffaq