Hubungan Antara Pesantren, Santri dan Kyai, Apa Sajakah Itu?

Hubungan antara Pesantren, Santri dan Kyai, Apa Sajakah Itu?

PeciHitam.org – Sebagai orang Indonesia, kita tentu sepakat bahwa Pesantren merupakan salah satu Sistem pendidikan tertua di Indonesia yang masih langgeng hingga saat ini. Hal ini tentu saja karena Pesantren, Santri dan Kyai mempunyai sebuah hubungan yang membuat ketiganya menjadi harmonis, apa sajakah itu?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sangat khas Indonesia. Kata pesantren berasal dari kata santri. Penggunaan awalan pe dan akhiran an pada kata pesantren menunjukkan makna dimana tempat santri berada. Sekaligus juga dapat diartikan sebagai tempat santri tinggal atau hidup.

Kata santri itu sendiri berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji.Namun, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari istilah shastri.

Istilah tersebut dalam bahasa India berarti orang yang tahu tentang buku-buku suci agama Hindu atau bisa juga diartikan sebagai seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu.

Nurcholish Madjid dalam sebuah makalah yang berjudul “Pola Pergaulan dalam Pesantren,” pernah membawakan dua pengertian tentang santri yang pernah dikenal di tengah masyarakat Indonesia.

Pengertian yang pertama, kata santri berasal dari kata shastri yang dapat diartikan melek huruf atau orang yang melek huruf. Menurutnya, di zaman dahulu kaum santri termasuk ke dalam kelas literary atau orang-orang yang mampu membaca kitab-kitab di tengah masyarakat Jawa.

Baca Juga:  Khalid Basalamah Salah Memahami Tabarruk, Ini Kritik dari Santri

Pengertian yang kedua, kata santri berasal dari kata cantrik, sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana pun guru itu pergi menetap. Pola guru-cantrik sudah berlaku pada masa pra-Islam.

Sedangkan pada masa Islam, pola tersebut berlanjut menjadi pola kyai-santri. Karena seorang guru atau kyai itu biasanya seorang yang telah menunaikan ibadah haji dan digelari juga dengan haji, maka proses belajar kepada seorang kyai tersebut diistilahkan dengan menghaji, mengaji, atau ngaji.

Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata ngaji itu sebenarnya berasal dari kata aji. Istilah kata Ngaji menunjukkan makna mencari dan menjadi sesuatu yang terhormat, mahal dan berharga.

Seringkali pesantren yang didirikan mengambil lokasi di pinggiran desa yang terbilang jauh dari ibukota atau bahkan kota. Tidak hanya itu, pendidikan di dalam pesantren juga menjaga hubungan antara kyai-santri.

Para kyai juga senantiasa memelihara hubungan antara pesantren-pesantren yang ada. Salah satu bentuk dalam memelihara hubungan tersebut adalah dengan menikahkan putra dan putrinya.

Baca Juga:  Ribuan Pengasuh Pondok Pesantren Ini Sepakat Kembalikan Fungsi Masjid

Kemudian jika dilihat lebih jeli, posisi masjid di pesantren merupakan pusat segala kegiatan pesantren. Bangunan yang pertama kali dibangun suatu pesantren ialah masjid. Masjid ini juga sering dimanfaatkan sebagai asrama tempat santri-santri tidur.

Peran masjid di sini seolah menjadi semacam tempat tinggal sementara bagi santri-santri tersebut sebelum berdirinya pondok. Hal semacam ini dapat kita temui di masa dahulu yang mengadopsi sebuah pola ashab ash-shuffah (orang-orang yang tinggal di beranda masjid nabawi) pada zaman nabi dulu.

Pemimpin pesantren dulunya diistilahkan dengan kyai, bukan ustadz seperti sekarang ini. Dalam kasus-kasus tertentu, seperti ketika seorang kyai juga memiliki ijazah tarekat tertentu atau ijazah untuk mengajarkan kitab tertentu, kyai yang menjadi pemimpin pesantren itu akan disebut sebagai syekh.

Sebutan syekh ini juga tidak sembarang orang, biasanya orang yang dituakan. Kyai-kyai terdahulu menyematkan sebutan hadratus syekh kepada K.H. Hasyim Asy’ari.

Pada dasarnya, seseorang baru dapat disebut sebagai kyai jika ia telah mendalami agama pada guru-guru yang ada di tanah suci. Hal tersebut berarti ia harus belajar di Mekkah sekaligus menunaikan ibadah haji yang memang memakan waktu yang cukup panjang.

Baca Juga:  DPR Minta Pemerintah Segera Buka Kembali Pesantren

Tidak hanya itu,  tenaga, biaya serta nyawa juga tak luput digunakan demi sebuah jaminan baginya untuk mendapatkan semacam prestise di tengah masyarakatnya.

Namun sebenarnya, sebutan kyai juga tidak begitu saja melekat pada seseorang yang telah berhasil menunaikan ibadah haji dan mendalami Islam di tanah suci. Ada lagi syarat yang harus terpenuhi sehingga disebut kyai, yaitu ketika ia telah memiliki murid-murid yang belajar kepadanya dan sebuah pesantren tempat mereka belajar.

Oleh sebab itu, maka tidaklah heran bahwa antara pesantren, santri dan kyai adalah tiga hal yang tidak dapat terpisahkan.

Mohammad Mufid Muwaffaq