Humor Gus Dur Tentang Agama Siapa yang Paling Dekat dengan Tuhan

Humor Gus Dur Tentang Agama Siapa yang Paling Dekat dengan Tuhan

Pecihitam.orgGus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid memiliki pergaulan yang sangat luas, mulai  dari kalangan kiai pesantren hingga tokoh antar umat agama. Bahkan, karena sudah memiliki kedekatan emosional dengan tokoh agama lain, tak jarang Gus Dur membuat lelucon atau humor yang meledek dengan tujuan untuk mempererat hubungan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam berhumor tersebut Gus Dur tidak bertujuan untuk meledek serius dan menyinggung agama lain atau bahkan agama sendiri. Namun, hanya untuk saling refleksi dan mempererat emosional dengan tokoh-tokoh agama lain.

Salah satu humor Gus Dur tentang hubungan antar agama adalah tentang pertemuan tentang tiga tokoh agama; kiai dari Islam, pastor dari Katolik, dan pemimpin agama Hindu. Dalam pertemuan tersebut diantara para pemuka agama ini membicarakan tentang agama siapa yang paling memiliki kedekatan dengan Tuhan.

Ketika sebuah pertanyaan agama siapa yang paling dekat dekat dengan Tuhan dilontarkan, seorang pemuka agama Hindu langsung menjawab “Kami dong”. Kemudian tokoh agama Islam langsung mempertanyakan klaim pemuka agama Hindu tersebut “Kok kalian bisa merasa paling dekat dengan Tuhan?” ujar kiai.

Baca Juga:  Bekas Sujud Itu Kebaikan Perilaku, Kalau Jidat Hitam Itu Bekas Karpet

“Lah, iya. Kami saja memanggil-Nya dengan sebutan Om” ujar pemuka agama Hindu. Klaim tersebut merujuk kepada seruan relijius Hindu “Om, shanti, shanti, om”. Sang pemuka agama Hindu menjelaskan “Antara Om dengan keponakan kan memiliki kedekatan dengan om-nya”.

Tidak terima dengan klaim pemuka agama Hindu yang mendaku agamanya yang paling dekat dengan Tuhan, kemudian pastor Katolik menanggapinya “Oh, kalau alasannya itu sih, kami yang lebih dekat dong.” Kemudian sang pastor Katolik melanjutkannya “Lihat saja, kami memanggilnya ‘Bapa’. ‘Bapa’ kami di surga”.

Klaim pastor Katolik tersebut merujuk kepada slogan relijius dalam tradisi Katolik, yakni trinitas dalam agama Katolik. Klim tersebut menandakan bahwa hubungan antara anak dengan ‘Bapa’ memiliki kedekatan yang sangat intim. Seklaigus lebih dekat daripada kedekatan keponakan dengan seorang Om-nya.

Di tengah perdebatan sengit dua tokoh agama yang saling melakukan klaim dengan merasa agama masing-masing yang paling dekat dengan Tuhan, seorang kiai dari Islam hanya terdiam saja. Di tengah keheningan sang kiai tersebut, dua agamawan lain yang sebelumnya saling klaim  tersebut langsung saja menanyakan perihal kedekatan agama sang kiai dengan Tuhan.

Baca Juga:  Kesaksian Gus Mus: Gus Dur yang Tak Punya Dompet

Kemudian, sang kiai menjawab “Duh, boro-boro dekat. Memanggil saja harus menggunakan toa pengeras suara di menara”. Di tengah jawaban yang anti klimaks dari sang kiai tersebut. Dua agamwan lain tersebut langsung tersedak dengan tawa yang keras.  Mulanya dua agamawan tersebut menduga kalau sang kiai bakal memberi klaim serupa dengan mereka untuk mendaku agamanya yang paling dekat dengan Tuhan.

Rupanya jawaban dari sang kiai tersebut di luar dugaan dua agamawan lain tersebut. Namun, justru dengan jawaban yang anti klimaks tersebut membuat dua agamawan lain tersebut tertawa terpingkal-pingkal.

Dari humor Gus Dur tentang dialog beberapa tokoh agama yang saling mengeklaim diri agamanya paling dekat dengan Tuhan tersebut ada dua hikmah yang bisa kita ambil manfaatnya.

Pertama adalah bagaimana kedekatan dan dialog lintas agama bisa dilaksanakan tanpa harus mempermasalahkan perbedaan yang ada. Bahkan oleh Gus Dur malah perbedaan tersebut dijadikan bahan untuk saling menertawai diri sendiri dan bahan komunikasi antar mereka tanpa menyinggung keyakinan masing-masing.

Baca Juga:  Dari Cak Nur ke Gus Dur, Pengalaman Mengenal Sang Guru Bangsa

Manfaat kedua adalah dengan menggunakan humor tersebut Gus Dur bertujuan untuk mengkritik banyak agamawan yang belakangan ini merasa paling benar sendiri dan menyalahkan keyakinan yang dimiliki oleh orang lain. Situasi tersebut seringkali mengikis rasa solidaritas kemanusiaan dan kebangsaan sesama warga negara Indonesia.

Demikianlah cerita tentang salah satu humor Gus Dur. Dalam humor Gus Dur tentang dialog beberapa agamawan yang membahas agama siapa yang paling dekat dengan Tuhan tersebut meneladankan kepada kita supaya melakukan hubungan pertemanan lintas iman tanpa ada tendensi saling menghakimi dan memusuhi. Kita diajak untuk membina kerukunan sesama warga negara yang bhineka tunggal ika. Wallahua’lam.