Ibn al-Atsir: Ulama Hadis Penulis Kitab Jami al-Ushul fi Ahadits al-Rasul

Ibn al-Atsir: Ulama Hadis Penulis Kitab Jami al-Ushul fi Ahadits al-Rasul

PeciHitam.org – Salah satu ulama hadis yang terkenal menyusun kitabnya dengan metode kamus yaitu Ibn al-Atsir. Ia merupakan penulis Kitab Jami al-Ushul fi Ahadits al-Rasul. Nama lengkapnya adalah Al-Mubarak bin Abu al-Karam Muhammad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Abd al-Wahid Al-Syibani. Kunyah-nya adalah Abu al-Sa’adat dan laqabnya adalah Majd al-din.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia lebih dikenal dengan sebutan Ibn al-Atsir al-Jazari, meskipun sebenarnya ada beberapa orang yang disebut dengan Ibn al-Atsir. Setidaknya mereka adalah Al-Mubarak atau Abu al-Sa’adat sendiri dan dua orang adik kandungnya, yaitu ‘Izz al-Din (w. 630), seorang ahli sejarah yang menulis Tarikh al-Kamal, dan Dliya’ al-Din (w. 637), seorang ahli dalam balaghah dan Syi’ir.

Beliau al-Jazari dilahirkan pada tahun 544 H di desa Ibnu Umar, yang disebut dengan wilayah al-Jazirah. Ini dikarenakan desa tersebut dikelilingi oleh sungai (Tigris Irak), sekarang masuk wilayah Baghdad.

Pada masa kanak-kanak, ia belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan di desa tempat tinggalnya. Pada tahun 565 H beliau datang ke Moushul dan mendirikan residen yang permanen di sana.

Beliau tergolong orang yang agamis, dan kemudian menjadi seorang ulama yang tinggi tingkat keilmuan dan keahliannya dalam bidang agama. Beliau menjadi seorang tokoh figur pemandu bahasa Arab, kitab tafsir al-Qur’an, tata bahasa Arab, linguistik, hadits, dan hukum Islam.

Baca Juga:  Mengenal Muhammad Natsir dan Konsepnya tentang Ketatanegeraan Islam

Pada saat di Moushul ini ia berguru kepada beberapa ulama di sana. Ibn al-Atsir belajar disiplin Adab dan Bahasa kepada Nasih al-din Abi Muhammad said bin al-Mubarak al Dihhani al-Nahwi al-Baghdadi (w. 569), dan Abi Bakar Yahya bin Sa’dun al-Qurthubi al-Nahwi al-Muqri’ (w. 567).

Beliau juga belajar dan mendengar hadits dari segolongan ulama hadits (Muhadditsin), di antaranya adalah Khatib al-Maushul Abdullah bin Ahmad bin Muhammad al-Thusi (w. 578).

Selain pada Khatib al-Maushul juga mendengar hadits dari Abi al-Khazim dan membaca padanya kitab al-Muwaththa’, serta mendengar hadits dari Abu al-Faraj Abd al-Mun’im bin Abd al-Wahhab al-Harani (w. 596). Di samping itu, ia juga belajar banyak ilmu-ilmu tersebut di atas kepada Abd al-Wahab ibn al-Sakinah al-Shufi al-Syafi’i (w. 607).

Berkat kesungguhan dan kegigihannya dalam belajar itulah yang kemudian menjadikannya sebagai salah seorang ulama yang cukup berpenaruh dan disegani. Kealiman dan tingginya ilmu yang dimiliki, menyebabkan Ibn al-Atsir memiliki kedudukan yang tinggi dan agung di mata para penguasa dan pembesar waktu itu.

Bahkan ia beberapa kali akan diangkat sebagai wazir, namun ia selalu menolak, dan memilih untuk menyibukkan diri dalam menulis. Ia adalah salah seorang ulama yang alim di masanya dalam bidang Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul dan Bahasa, yang juga diakui oleh ulama-ulama lainnya. Pada hari Kamis bulan Dzulhijjah tahun 606 H. Ibn al-Atsir meninggal dunia di Maushul pada usia 62 tahun.

Baca Juga:  Biografi Abu Nasir Muhammad al Farabi Sang Tokoh Filosof Islam

Sebelum ia wafat, ia terserang berbagai penyakit (komplikasi) yang menyebabkannya tidak bisa keluar rumah (berjalan). Hal ini mengharuskannya menghabiskan hari-harinya di dalam kamar dengan berteman berbagai buku dan pensil untuk menulis.

Menurut beberapa riwayat, ia diobati seorang tabib dan diperkirakan dapat sembuh apabila pengobatan tersebut dilakukan secara rutin. Namun, Ibn al-Atsir segera menyuruh kelurganya untuk memberikan upah yang cukup banyak dan meminta tabib tersebut kembali (pulang) untuk tidak melanjutkan pengobatan.

Ibn al-Atsir menjelaskan alasan tindakannya tersebut, bahwa sudah saatnya para penguasa dan pejabat datang menimba ilmu ke tempatnya, bukan lagi dia yang datang untuk mengajar para penguasa dan pejabat tersebut. Hal tesebut menjadi kenyataan, para pejabat dan penguasa datang menimba ilmu kerumahnya, bukan lagi dia yang mendatangi rumah-rumah penguasa untuk mengajar mereka keluarganya.

Sebagai seorang ulama yang memiliki kredibilitas dan nama besar di masanya, serta terkenal alim, Ibn al-Atsir juga memiliki banyak karya. Sebagaimana dijelaskan, bahwa ia merupakan ahli tafsir, hadits, fiqh, dan lain-lain.

Baca Juga:  Sekilas Tentang Anas bin Malik; Perawi Hadis dan Sahabat Kesayangan Rasulullah

Ibnu al-Atsir pun memiliki karya-karya monumental yang mencakup beberapa bidang kajian tersebut, baik kajian tafsir, hadits, fiqh maupun yang lainnya, seperti kajian bahasa atau nahwu. Di antara beberapa karya tersebut antara lain:

  1. a. Al-Inshaf fi al-Jam’i bain al-Kasyafi wa al-Kasysyaf
  2. Al-Badi’ fi Syarh al-Fushul
  3. Al-Bahir fi al-Furuq
  4. Al-Furuq fi al-Abniyah
  5. Al-Mukhtar fi manaqib al-Akhyar

Begitulah sedikit penjelasan mengenai Ulama Hadis yang mempunyai banyak karya dan juga menguasai beberapa cabang keilmuan, Ibn al-Atsir.

Mohammad Mufid Muwaffaq