Pecihitam.org – Idul Fitri adalah momen hari raya terbesar dan termeriah bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebagai hari raya terbesar, umat Islam Indonesia menggelar berbagai macam perayaan, seperti Takbiran keliling di malam Idul Fitri, tradisi dan budaya mudik atau pulang kampung untuk bersilaturahim dengan orang tua dan handai taulan.
Semua itu adalah upaya umat Muslim dalam menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri. Lantas, bagaimana Nabi Muhammad Saw. merayakan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada satu Syawal tersebut? Dan apa saja yang dilakukan Rasulullah saw. di hari kemenangan umat Islam yang penuh berkah itu?
Perlu diketahu bahwa Rasulullah saw. dan umat Islam pertama kali menggelar perayaan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau usai Perang Badar.
Dari beberap riwayat disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. untuk menyambut dan merayakan hari Idul Fitri. Apa saja yang dilakukan Nabi? Berikut ulasannya.
Pertama, Takbir.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari di tanggal 1 Syawal. Hal ini sebagaiman yang difirmankan Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir (membesarkan) nama Allah atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadamu, semoga dengan demikian kamu menjadi umat yang bersyukur.”
Kedua, Memakai Pakaian Terbaik.
Pada hari raya Idul Fitri, Nabi Muhammad Saw mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Kisah ini sebagimana yang terekam dalam hadist yang diriwayatkan Al-Hakim.
Ketiga, Makan Sebelum Shalat Idul Fitri.
Salah satu hari yang diharamkan berpuasa bagi umat Islam adalah hari raya Idul Fitri. Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa barangsiapa berniat tidak puasa pada saat hari Idul Fitri itu pahalanya seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Sebelum shalat Idul Fitri, Nabii Muhammad saw. biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa:
“Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
Dari riwayat inilah kemudian umat Islam juga disunnahkan untuk makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri.
Keempat, Menunaikan Shalat Idul Fitri.
Rasulullah menunaikan shalat Idul Fitri dengan mengajak seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya –baik laki-laki, perempuan, atau pun anak-anak. Bahkan wanita yang sedang haid pun dianjurkan untuk bersama meski cukup dari kejauhan dan tidak ikut shalat Ied.
Rasulullah memilih rute jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari tempat dilangsungkannya shalat Idul Fitri. Rasulullah juga mengakhirkan pelaksanaan shalat Idul Fitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah.
Kelima, Mendatangi Tempat Keramaian.
Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng. Sebagaimana hadist riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, disebutkan bahkan begitu asyiknya, Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Nabi Saw sehingga ia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.
Keenam, Berkunjung ke Rumah Sahabat.
Nah, Tradisi silaturahim saling mengunjungi saat hari raya Idul Fitri yang umum kita lakukan ternyata juga sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Hal ini didasarkan pada riwayat ketika Idul Fitri tiba, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pula para sahabat beliau.
Pada kesempatan ini, Rasulullah dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan dan keberkahan satu sama lain. Sama seperti yang dilakukan umat Islam saat ini yaitu datang ke tempat sanak famili dengan saling mendoakan. Pada masyarakat kita, ucapan yang umum disampaikan yaitu Taqabbalallahu minna wa minkum atau Minal aidin wal faizin.
Wallahua’lam bisshawab.