Ikhlas, Perkara yang Mudah Diucapkan Namun Sulit untuk Dipraktekkan

ikhlas

“Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum beramal, maka ia tidak akan bisa beramal. Hendaknya ia beramal barulah menuntut dirinya untuk ikhlas” (Habib Lutfi)

Pecihitam.org – Ikhlas menurut Prof. Dr. AG. M. Quraish Shihab ibarat air mineral yang dituangkan dalam gelas tanpa ada sedikitpun campuran apapun murni hanya air mineral saja. Sama halnya dengan rasa ikhlas dalam diri manusia harus murni tanpa ada tendensi apapun, hal inilah yang paling sulit untuk dilakukan. Ikhlas itu mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dikerjakan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Manusia menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya dengan didasari oleh niat, sehingga kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia mempunyai kualitas yang jauh berbeda dengan hewan yang setiap tindakan dan pekerjaannya hanya didasari oleh insting semata. Niat ini juga muncul bisa atas dasar sukarela (ikhlas) dan bisa karena terpaksa.

Pada dasarnya manusia itu sangat suka untuk melakukan eksistensi diri agar bisa terlihat oleh orang lain dan senang apabila sudah dipuji oleh orang lain. Sehingga manusia harus mampu menekan perasaan tersebut agar bisa dihindarkan oleh penyakit-penyakit hati yang sangat rawan menghinggapi manusia.

Baca Juga:  Nasehat Imam Al-Ghazali bagi Para Pencari Ilmu

Lalu seperti apakah ikhlas yang murni itu?

Menurut Syekh Ibnu ‘Ajibah yang dikutip oleh Gus Ulil Absar Abdalla dalam bukunya “Menjadi Manusi Rohani” itu ada tiga tingkatan :

  1. Ikhlas awam, tingkat ini adalah kelas bagi orang-orang secara umum yang tidak pamrih dalam beribadah dan hanya mengharapkan pamrih ukhrowi dari tuhan saja. Contohnya adalah kita beribadah bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
  2. Ikhlas Khawwaash, yaitu ikhlasnya orang-orang elit yang mengharap atau pamrih pahala. Contohnya adalah mengerjakan sholat untuk mengharap surga, ikhlas semacam ini lebih tinggi dari ikhlas yang pertama tingkatannya.
  3. Ikhlas Khawwaashul Khawwaash, ikhlas ini merupakan kelasnya elitnya orang-orang elit. Ikhlas kelas ini adalah ikhlas tertinggi, sebab apapun yang dilakukannya murni hanya untuk mengabdi kepasa Allah SWT. Seperti yang dilakukan oleh para Wali Allah semacam Rabiah Al-Adawiyyah.

Tingkatan ikhlas tersebut secara tidak langsung menggambarkan tingkatan manusia dihadapan tuhannya. Dari mulai tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi dan amat dekat dengan tuhan.

Baca Juga:  Pentingnya Mengajarkan Bakti Kepada Orang Tua Pada Anak Sejak Usia Dini

Padahal tingkatan tersebut belum mencakup kepada golongan atau kelas orang-orang yang belum masuk kedalam kategori ikhlas.

Jadi kita bisa menyimpulkan kurang lebihnya bahwa ikhlas yang murni itu adalah pekerjaan yang kita lakukan dengan niat murni untuk melakukan pekerjaan tersebut tanpa harus memikirkan orang lain akan melihat sesuatu yang kita kerjakan.

Lalu bagaimana agar kita mampu melakukan ikhlas?

Pada dasarnya agar kita bisa ikhlas dalam menjalankan atau mengerjakan sesuatu maka minimalnya seperti yang dikatakan oleh Gus Ulil Abshar Abdalla adalah

  1. Selalu berpikir positif teehadap pekerjaan yang kita lakukan. Sehingga apabila terjadi suatu hal yang tidak berkenan dalam pekerjaan kita, fikiran akan secara cepat merspon dengal hal-hal yang bersifat positif.
  2. Dengan Mencintai pekerjaan kita. Jadi apapun yang kita kerjakan itu kita cintai, sehingga akan timbul fokus terhadap pekerjaan tersebut tanpa memikirkan hasil daripada apa yang dilakukan. Contohnya dalam hal pekerjaan yang kita cintai maka kita akan serius melakukan pekerjaan tersebut tanpa mengharapkan upahnya.
  3. Memotivasi diri dan bersungguh-sungguh. Dalam melakukan pekerjaan apapun kita hendaknya menanamkan dalam diri kita motivasi-motivasi yang bisa meyakinkan kita sendiri bahwa apa yang kita kerjakan akan menjadi bermanfaat baik untuk diri kita maupun untuk orang lain. Sehingga pekerjaan yang kita lakukan menjadi ringan tanpa beban.
  4. Selalu bersyukur. Bersyukur merupakan salah satu cara agar manusia mampu menerima apapun dengan lapang dada. Namun pada tahap ini banyak manusia yang tidak bisa melakukannya sebab bersyukur menjadi puncak daripada keikhlasan seseorang terhadap segala sesuatu.
Baca Juga:  Tingkatan Ikhlas Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani

Lagi-lagi manusia hanyalah makhluk yang rapuh dihadapan tuhannya. Jadi apa yang dilakukan manusia semata-mata hanyalah untuk berusaha semampunya, sedangkan hasil Allah SWT yang bisa menentukannya. Demikian semoga bermanfaat. Tabik.!

Fathur IM