Ikhwanul Muslimin dari Gerakan Dakwah Jadi Politik dan Sayapnya di Indonesia

ikhwanul muslimin

Pecihitam.org – Di Indonesia, orang-orang maupun simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sepertinya tidak asing lagi dengan Ikhwanul Muslimin (IM). Ya,.. PKS adalah adalah salah satu sayap dari Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Lantas apa hubungan keduanya?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Sejarah Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul Muslimin adalah organisasi Islam tertua dan terbesar di Mesir, yang didirikan oleh Hassan al-Banna.  Awalnya Ikhwanul Muslimin dibentuk sebagai gerakan sosial untuk membangkitkan kejayaan muslim. Hal ini karena menurut Hasan Al-Banna Islam mengalami ketertinggalan peradaban dengan Barat. Namun disayangkan, dalam perjalanannya IM melakukannya dengan gerakan politik ekstrem sampai pembunuhan.

Awal Beridirnya IM

Di sebuah kota bernama Ismailiyah, Mesir tahun 1928, Hasan Al-Banna beserta enam tokoh lainnya Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz, dan Zaki al-Maghribi, mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk membangkitkan Islam dan menyatukan umat muslim di seluruh dunia.

Dengan mendirkan IM, Hasan al Bana dan kawan-kawannya berusaha membangun kembali dominasi Islam dan menggulingkan kekuasaan kolonial. Karena pada saat itu, Mesir berada dalam kekuasaan kolonialisme Inggris.

Faktor lain yang mendorong Al-Banna mendirikan organisasi Islam adalah tergerusnya kultur budaya Mesir dengan budaya barat. Hal itu karena ketika ia menjadi staf pengajar sekolah dasar di Ismailia, pengaruh asingnya kuat, terutama dari Inggris yang sedang melaksanakan proyek Terusan Kanal dan kolonialismenya.

Berbeda dengan Hizbut Tahrir yang ingin menegakkan sistem khilafah, IM sendiri mengaku bahwa mereka mendukung prinsip-prinsip demokrasi. Karena misi gerakan ini sebenarnya adalah membentuk pemerintahan yang utuh berdasarkan syari’at dan hukum Islam.

Ajaran Al-Banna dan para petinggi IM awalnya disampaikan melalui dakwah, namun gerakan tersebut kemudian cenderung lebih mengarah sebagai gerakan politik. Lewat aktivitas politik tersebut, penyebaran ajaran Al-Banna dengan cepat meluas sampai keluar Mesir.

Baca Juga:  Makna dan Filosofi Garwo (Sigarane Nyowo) dalam Istilah Jawa Menurut Kalam Ulama

Hal karena beberapa anggota dan cabang IM di berbagai daerah mulai mendirikan sekolah, masjid dan sayap organisasinya di masyarakat. Pada akhir dekade 1940-an, diperkirakan IM sudah memiliki 500.000 anggota di Mesir, dan ideologinya telah menyebar ke seluruh Timur Tengah.

Semakin bertambahnya dukungan dan kekuatan, Hasan Al-Banna kemudian membentuk sayap militer Ikhwanul Muslimin yang disebut “aparat khusus”. Sayap militer bentukan Al-Banna lalu mendeklarasikan dirinya sebagai oposisi dan bergabung dengan kekuatan lainnya. Dari sinilah IM kemudian banyak melakukan serangkaian perlawan termasuk pemboman dan pembunuhan.

Pada desember 1948, Perdana Menteri Mesir Mahmud Fahmi al-Nuqrashi membubarkan IM karena dianggap organisasi berbahaya dan diduga merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Raja Farouk.

Tiga minggu kemudian, salah satu anggota IM bernama Abdel Meguid Ahmed Hassan yang juga seorang mahasiswa, membunuh Menteri Mahmud Fahmi. Dua minggu kemudian, anggota lain dari kelompok itu ditangkap karena berusaha mengebom gedung pengadilan.

Sejak saat itu IM mendapatkan pengawasan dan tekanan karena dianggap sebagai organisasi radikal. Meski demikian Hasan al Bana membantah tindakan yang dilakukan anggota IM dengan mengatakan “Mereka bukan saudara, mereka juga bukan Muslim,”.

Pada 12 Februari 1949, Hasan Al-Banna bersama saudara iparnya Abdul Karim Mansur ditembak saat sedang menunggu Taksi di markas Jama’iyyat al-Shubban al-Muslimeen di Kairo, Mesir. Menurut kabar yang beredar ia ditembak oleh anggota kepolisian rahasia.

IM Setelah Meninggalnya Al-Banna

Pasca meninggalnya Al-Banna, anggota IM masih melakukan gerakan politik bawah tanah. Sampai pada 1950, Ketua Parlemen Mesir Mustafa Nuhas Pasha menganggap pembekuan organisasi IM tidak sah dan inkonstitusional. Karena alasan tersebut, akhirnya peran IM kembali diakui.

Pada Juli 1952, Raja Farouk berhasil dijatuhkan lewat kudeta yang dipimpin oleh kelompok perwira muda bernama Perwira Pembebasan (Society of Free Officers) dan jelas Ikhwanul Muslimin ikut andil dalam aksi kudeta tersebut.

Baca Juga:  Membaca Al-Quran Dengan Cepat, Apakah Dibolehkan?

Perwira Pembebasan sebenarnya adalah organisasi militer rahasia yang terbentuk atas keresahan anggota militer akan bobroknya pemerintahan monarki Raja Farouk. Diduga Anwar Sadat dan Gamal Abdul Nasser, termasuk otak penggerak Perwira Pembebasan untuk melakukan kudeta terhadap Raja Farouk.

Pasca tergulingnya raja terakhir Mesir itu, Ahmad Naguib kemudian menjadi penguasa baru di Mesir. Pada masa ini hubungan IM dan pemerintah terbilang cukup baik meski tidak bertahan lama.

Karena menganggap pemerintah terlalu didominasi oleh kekuatan militer dan kurangnya perhatian terhadap rakyat Mesir, IM akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi oposisi pemerintah.

Pada masa pemerintahan Gamal Abdul Nasser tahun 1954, IM kembali ditekan dan dilarang oleh pemerintah setelah mendapat tudingan upaya melakukan pembunuhan. Bahkan Sayyid Qutb salah satu pentolan dan ulama IM yang berpengaruh pada saat itu dipenjara atas tuduhan rencana pembunuhan tersebut.

Tekanan demi tekanan dari pemerintah Mesir, mengakibatkan pemikiran para anggota IM semakin ekstrem. Sayyid Qutb yang berada di dalam penjara, rupanya mendapatkan perlakuan buruk. Dari sinilah ia kemudian menulis dua karya penting yang menjadi tonggak ideologi Qutbisme, Fi Zilal al Qur’an (Di Bawah Naungan Al-Qur’an) dan Ma’alim fi’l Tariq (Milestone/Tonggak).

Pada intinya, tulisan Sayid Qutb tersebut menyerukan jihad melawan masyarakat jahiliyah dan kebangkitan Islam. Dua buku tersebut kemudian menjadi inspirasi banyak tokoh gerakan radikal seperti Ayman Al Zawahiri dan Osama bin Laden.

Pada 1964 Sayyid Qutb dibebaskan atas permintaan pribadi Perdana Menteri Irak saat itu, Abdul Salam Arif. Namun, delapan bulan berselang yakni pada agustus 1965, ia kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan yang sama. Kali ini hakim menjatuhi Qutb dan 6 anggota IM lainnya dengan hukuman mati.

Baca Juga:  Hadits Tentang Dakwah dan Cara Berdakwah yang Baik, Para Dai Jangan Sembrono!

Masuknya Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Noorhaidi Hasan dalam journal berjudul “Memahami Radikalisme Islam”, menuliskan, “Ideologi jihad yang berkembang di kalangan Ikhwan setelah eksekusi terhadap Qutb pada 1966 menyebar ke berbagai belahan dunia sebagai by-product kampanye Saudi Arabia yang berambisi mengukuhkan posisi geo-strategiknya sebagai pusat dunia Islam dan menyebarkan Wahabisme.”

Ajaran IM ini masuk dan menyebar di Indonesia salah satunya melalui sejumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Madinah, Arab Saudi dan menjadi aktivis Ikhwanul Muslimin. Mereka mengenal ajaran IM di Arab dan kemudian membawanya ke Indonesia.

Sejumlah Mahasiswa tersebut merupakan tokoh-tokoh pendiri PKS yang yang antara lain adalah Yusuf Supendi yang merupakan salah satu generasi pertama dari gerakan Tarbiyah yang ada di Indonesia dan KH Hilmi Aminuddin anak dari Panglima Militer Darul Islam, Danu Muhammad Hasan.

Mereka mengenal Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi dan mendirikan gerakan ini di Indonesia sepulangnya ke tanah air. Itu sebabnya banyak kalangan yang menganggap PKS sebagai Ikhwanul Musliminnya Indonesia.

Sampai hari ini sebagian gerakan Islam politik, termasuk misi partai, lembaga amal di banyak negara seperti Yordania, Irak, Kuwait, Bahrain, Maroko, Turki, Tunisia dan Indonesia banyak yang mengakar pada ideologi IM. Sebagian dari mereka memakai nama IM dan sebagian lagi tidak, seperti PKS di Indonesia.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik