Kisah Imam Al-Ghazali dan Seekor Lalat yang Menjadi Sebab Beliau Masuk Surga

Kisah Imam Al-Ghazali dan Seekor Lalat yang Menjadi Sebab Beliau Masuk Surga

Pecihitam.org– Siapa yang tidak kenal dengan Imam Al Ghazali? Salah seorang pembela aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang juga penganut bermazhab Imam Syafi’i ini telah banyak melahirkan karya-karya yang sangat luar biasa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Seorang ulama yang diberi gelar Sayyidul Mushanifin dikarenakan banyaknya kitab yang telah ditulisnya. Pun ia diberi gelar sebagai Hujjatul Islam atau ‘Pembela Islam’ karena beliau memang seorang ulama yang gigih di dalam memberikan argumentasi tentang akidah akidah Islam melawan paham-paham yang menyimpang waktu itu.

Selain itu, ia dikenal sebagai seorang filsuf dan ulama sufi yang menganjurkan kesucian hati atau tazkiyatun nufus. Kepribadian beliau dalam hal ini bisa dibaca melalui karya-karya tasawuf beliau seperti Al-Munqidz min al-Dhalal, Bidayatul Hidayah, Mukasyafatul Qulub dan yang paling monumental adalah Ihya Ulumuddin.

Namun terlepas dari kealiman dan kearifan beliau dalam hal ilmu hati ternyata yang menjadikan beliau mendapat ridha Allah bukan dalamnya ilmu beliau, sederet karya maupun mujahadah ibadahnya. Tetapi yang membuat Allah ridha padanya adalah karena pada suatu hari Imam Al Ghazali memiliki kasih sayang dalam hatinya terhadap lalat yang sedang meminum tinta dari pena Imam Al-Ghazali.

Baca Juga:  Kitab Al Wajiz, Fiqih Madzhab Syafii Karya Imam Al Ghazali

Berikut kisah Imam AL-Ghazali dan seekor lalat sebagaimana ditulis oleh Syaikh Nawawi Banten di dalam Muqaddimah Kitab Nashaihul Ibad ketika beliau mengutipkan hadis tentang anjuran mengasihi sesama makhluk berikut

اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَآءِ

Orang-orang yang pengasih akan dikasihani (Allah) Yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi. Maka sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya orang yang ada dilangit (malaikat) akan mengasihimu.

Kemudian Syaikh Nawawi Banten menceritakan bahwa setelah wafatnya Imam Al Ghazali, salah seorang muridnya bermimpi bertemu beliau.

Kemudian beliau ditanya, “Apa yang Allah lakukan kepadamu ?”. Lalu ia menjawab, “Allah membiarkan aku dihadapan-Nya, kemudian Allah bertanya, “Kenapa engkau dihadapkan kepada-Ku ?”

Maka aku menceritakan satu persatu amalku. Tetapi Allah berfirman padaku, “Amalmu tidak aku terima. Sesungguhnya Aku hanya menerima amalmu yang pada suatu hari seekor lalat hinggap di atas tintamu dan menyedot tinta yang ada pada penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan terhadap lalat itu”.

Baca Juga:  Kisah Khalifah Umar bin Khattab Ketemu Calon Menantu

Memang dulu ketika masih hidup, saat Imam Al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat ‘usil’ itu haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya.

Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

Dan justru inilah amal Imam al-Ghazali yang kemudian mendapat ridha Allah. Bukan karena kealimannya. Bukan juga karena kesungguhannya di dalam mensucikan jiwa.

Kemudian Allah berkata, “Masuklah bersama hamba-Ku ke surga,”

Begitulah, kisah Imam Al-Ghazali dan Seekor lalat ini memberikan hikmah dan pelajaran kepada kita bahwa kebaikan sekecil apapun tidak boleh kita remehkan. Karena kita tidak tahu barangkali amal itu yang membuat Allah ridha kepada kita.

Sebagaimana Nabi mengajarkan ini dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ

Baca Juga:  Takhalli Tahalli dan Tajalli dalam Konsep Tasawwuf Imam Al-Ghazali

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Dawud)

Sebaliknya, sekecil apapun keburukan yang kita lakukan tidak boleh kita anggap remeh. Karena bisa jadi kemaksiatan kecil itulah yang justru mengundang datangnya murka Allah.

Sebagaimana hal ini dipesankan oleh salah seorang tabiin bernama Bilal bin Sa’ad

لاَ تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْمَعْصِيَةِ وَلَكِنِ انْظُرْ مَنْ عَصَيْتَ

Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat itu, namun perhatikan kepada siapa engkau bermaksiat!

Faisol Abdurrahman