Ketika Imam at Thabari di Tuduh Syiah dan Atheis Bagian 2

imam at thabari dituduh syiah

Pecihitam.org – Setiap gerakan awam, biasanya ada tokoh ahli yang menjadi otaknya. Begitu juga dengan gerakan tuduhan dan boikot Imam Ibn Jarir at-Thabari. Baca Imam At-Thabari Di Tuduh Syiah dan Atheis Bagian 1 disini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebenarnya disini ada dua pendapat yang menyebutkan disebutkan dua nama pemimpin para Hanabilah yang memboikot Imam Ibn Jarir at-Thabari saat itu. Pertama Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri dan kedua Abu Bakar bin Abu Daud. Namun entah mana yang benar,

Imam Ibnu Katsir menyebutkan:

وإنما تقلدوا ذلك عن أبي بكر محمد بن داود الفقيه الظاهري، حيث كان يتكلم فيه ويرميه بالعظائم وبالرفض.

Mereka taklid kepada apa yang dikatakan oleh Abu Bakar Muhammad bin Daud al-Faqih ad-Dzahiri. (Ismail ibn Katsir w. 774 H, al-Bidayah wa an-Nihayah, hal. 11/ 167).

Sedangkan Imam ad-Dzahabi menyebutkan:

وكانت الحنابلة حزب أبي بكر بن أبي داود. فكثروا وشغبوا على ابن جرير. وناله أذى، ولزم بيته، نعوذ بالله من الهوى

Hanabilah saat itu adalah kelompok dari Abu Bakar bin Abu Daud. (Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 171).

Meski demikian sebagaimana yang diungkap oleh Imam Ibn Katsir, semua tuduhan kepda Imam At Thabari itu tidaklah benar.

Lantas apa kira-kira apa yang menjadi motif tuduhan-tuduhan tersebut? Ternyata ada beberapa hal:

Baca Juga:  Syaikh Wahbah al Zuhaili, Ulama Kontemporer Ahli Fiqih dan Tafsir

1. Tidak Memasukkan Imam Ahmad Sebagai Fuqaha

Imam Ibn Jarir at-Thabari dalam bukunya “Ikhtilaf al-Fuqaha’ tidak memasukkan Imam Ahmad bin Hanbal sebagai Faqih, namun hanya sebagai muhaddits saja.

Imam Ibn Jarir at-Thabari pernah berkata:

أما أحمد بن حنبل فلا يعدّ خلافه

Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) tidak dianggap ketika pendapat beliau bertentangan dengan lainnya. (Syihabuddin ar-Rumi al-Hamawi w. 626 H, Mu’jam al-Udaba’, hal. 6/ 2450)

Karena sebab tidak menganggap Imam Ahmad bin Hanbal sebagai seorrang faqih, para pengikut madzhab hanbali marah dan tidak terima.

وقصده الحنابلة فسألوه عن أحمد بن حنبل في الجامع يوم الجمعة، وعن حديث الجلوس على العرش، فقال أبو جعفر: أما أحمد بن حنبل فلا يعدّ خلافه، فقالوا له: فقد ذكره العلماء في الاختلاف، فقال: ما رأيته روي عنه، ولا رأيت له أصحابا يعوّل عليهم، وأما حديث الجلوس على العرش فمحال، ثم أنشد:

سبحان من ليس له أنيس … ولا له في عرشه جليس

فلما سمع ذلك الحنابلة منه وأصحاب الحديث وثبوا ورموه بمحابرهم، وقيل كانت ألوفا، فقام أبو جعفر بنفسه ودخل داره، فرموا داره بالحجارة حتى صار على بابه كالتلّ العظيم

….Suatu ketika hari jum’at para Hanabilah mendatangi Imam Ibnu Jarir ke masjidnya. Mereka bertanya tentang Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) dan tentang hadits duduknya Allah diatas arsy. Imam Ibn Jarir menjawab: Imam Ahmad bin Hanbal itu tidak diperhitungkan ketika beliau berbeda dengan ulama lain.

Ketika pengikut Hanabilah dan Ashab al-Hadits mendengar hal itu, mereka melangkah maju dan melemparinya. Lalu Imam Abu Ja’far at-Thabari (w. 310 H) berdiri dan melangkah pulang, lalu masuk ke rumahnya.

Setelah masuk ke rumah, ternyata para Hanabilah tadi masih saja melempari rumah Imam Ibn Jarir at-Thabari dengan batu.(Syihabuddin ar-Rumi al-Hamawi w. 626 H, Mu’jam al-Udaba’, hal. 6/ 2450)

2. Menshahihkan Hadits Ghadir Khum

Baca Juga:  Kisah Waliyullah, Imam Ja’far Shadiq; Karomah dan Kalam Hikmahnya

Hadits Ghadir Khum merupakan hadits yang menjadi perdebatan antara Sunni dan Syiah mengenai kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Syiah memakai hadits itu untuk pembenaran hak ali dalam menjadi khalifah. Sedangkan Ahlussunnah tidak memaknai hadits Ghadir Khum sebagai pembenar atas hak Ali atas khalifah.

Perlu digarisbawahi, menshahihkan hadits Ghadir Khum tidak lantas menjadikan seseorang itu terindikasi Syiah. Sayangnya, para pengikut Hanabilah saat itu dengan mudah menuduh orang lain bahkan selevel ulama Imam Ibnu Jarir at-Thabari sebagai syiah, rafidhah bahkan ilhad hanya karena menulis kitab yang menshahihkan hadits Ghadir Khum.

Imam Ad-Dzahabi berkata:

جمع طرق حديث: غدير خم، في أربعة أجزاء، رأيت شطره، فبهرني سعة رواياته، وجزمت بوقوع ذلك

Baca Juga:  Buya Syakur; Intelektual Muslim Progresif dari Kampung

Imam Ibn Jarir mengumpulkan semua jalur hadits Ghadir Khum dalam 4 jilid. Saya (ad-Dzahabi) baru melihat sebagiannya, dari situ saja saya bisa simpulkan keluasan ilmu beliau, sampai saya yakin bahwa kejadian itu memang terjadi. (Syamsuddin ad-Dzahabi w. 748 H, Siyaru A’lam an-Nubala’, hal. 11/ 171)

3. Berbeda Madzahab

Ketiganya kemungkinan ketika berada di Baghdad Imam at-Thabari itu menampilkan dan berfatwa dengan madzhab Syafi’i, sedangkan kebanyakan masyarakat disana saat itu bermadzhab Hanbali.

Tentu saja Imam at-Thabari bukan orang yang bodoh dalam menentukan pilihan pendapatnya. Keilmuan beliau telah diakui oleh hampir semua ulama di setiap generasi.

Meski pastinya beliau juga bukan maksum yang semua pilihan pendapatnya adalah benar. Tapi disinilah kita penting belajar bagaimana sikap ketika berbeda pendapat dengan orang lain.

Bersambung bagian 3 ..

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik