Ini Dalil dan Tata Cara Melaksanakan Shalat Gerhana Matahari

Dalil dan Tata Cara Melaksanakan Shalat Gerhana Matahari

Pecihitam.org – Berdasarkan press release dari Kementerian Agama Republik Indonesia yang berkantor di Jakarta, bahwa pada tanggal 26 Desember 2019 mulai pukul 10.34 WIB di Indonesia akan terjadi fenomena alam menakjubkan berupa gerhana matahari cincin atau disingkat GMC. Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 12.17 WIB dan berakhir pada pukul 14.00 WIB. Oleh karena itu, Kemenag mengimbau seluruh umat Islam untuk melaksanakan shalat sunnah kusuf. Lantas bagaimana dalil dan cara melaksanakan shalat gerhana matahari?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebagaimana telah diketahui bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Kala itu, gerhana matahari terjadi bertepatan dengan wafatnya Sayyidina Ibrahim, putra Rasulullah saw.

Namun wafatnya seseorang ini bukanlah penyebab terjadinya gerhana matahari. Rasulullah mengingatkan bahwa Allah tengah menunjukkan kebesaran-Nya lewat fenomena alam menakjubkan tersebut.

Sangat banyak hadis yang mengisahkan fenomena gerhana matahari saat itu, sehingga Rasulullah menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat gerhana, kita mengenalnya shalat kusuf. Di antaranya hadis riwayat Imam Bukhari, dari Abu Mas’ud:

حَدَّثَنَا شِهَابُ بْنُ عَبَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حُمَيْدٍ عَنْ إِسْمَاعِيلَ عَنْ قَيْسٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا

Baca Juga:  Shalat Gerhana Matahari: Hadis dan Cara Pelaksanaannya

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Syihab bin ‘Abbad berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Humaid dari Isma’il dari Qais berkata, “Aku mendengar Abu Mas’ud berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena matinya seorang dari manusia, tetapi keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian melihat gerhana keduanya maka berdirilah untuk shalat.” [HR. Bukhari].

Dalam hadis ini dijelaskan bahwa Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan shalat tatkala melihat gerhana matahari/bulan. Terlepas dari tipe gerhana matahari yang terjadi, baik total, sebagian maupun cincin. Hadis ini juga dijadikan dasar oleh para ulama, khususnya madzhab Syafii atas hukum penetapannya shalat kusuf sebagai shalat sunnah.

Imam Nawawi dalam Minhajuththalibin juz 1 halaman 53 menjelaskan kesunnahan shalat kusuf ini:

ﻫﻲ ﺳﻨﺔ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺑﻨﻴﺔ ﺻﻼﺓ اﻟﻜﺴﻮﻑ

Artinya: Hukum melaksanakan shalat kusuf (gerhana matahari) adalah sunnah. Shalat gerhana matahari di awali dengan niat melaksanakan shalat gerhana matahari.

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Menggaruk pada Saat Shalat?

Bahkan dalam Matan Abi Suja’, hukumnya sunnah muakad. Namun jika tidak melaksanakannya karena terlambat (gerhananya sudah berlalu) maka tidak perlu diqadha.

Menurut Imam Nawawi dalam al-Majmu’ miliknya, melaksanakan shalat gerhana (matahari dan bulan) lebih utama dibanding shalat istisqa (memohon diturunkan hujan).

Berikut ini cara melaksanakan shalat gerhana matahari:

ﺛﻢ ﺃﻗﻠﻬﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺮﻡ ﺑﻨﻴﺔ ﺻﻼﺓ اﻟﻜﺴﻮﻑ ﻭﻳﻘﺮﺃ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﺮﻛﻊ ﺛﻢ ﻳﺮﻓﻊ ﻓﻴﻘﺮﺃ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺛﻢ ﻳﺮﻛﻊ ﺛﺎﻧﻴﺎ ﺛﻢ ﻳﺮﻓﻊ ﻭﻳﻄﻤﺌﻦ ﺛﻢ ﻳﺴﺠﺪ ﻓﻬﺬﻩ ﺭﻛﻌﺔ ﺛﻢ ﻳﺼﻠﻲ ﺛﺎﻧﻴﺔ ﻛﺬﻟﻚ ﻓﻬﻲ ﺭﻛﻌﺘﺎﻥ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺭﻛﻌﺔ ﻗﻴﺎﻣﺎﻥ ﻭﺭﻛﻮﻋﺎﻥ ﻭﻳﻘﺮﺃ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﻴﺎﻡ

Artinya: Minimal melaksanakan shalat gerhana matahari adalah takbiratul ihram disertai niat, membaca al-Fatihah, rukuk, i’tidal, membaca al-Fatihah, rukuk yang kedua, i’tidal, tuma’ninah, sujud. Rakaat kedua seperti halnya rakaat pertama. Jadi, dalam setiap rakaat terdiri dari dua kali berdiri dan dua kali ruku’. Dalam setiap berdiri harus membaca al-Fatihah.

Keterangan ini terdapat dalam kitab Kifayatul Akhyar karangan Syekh Taqiyidin juz 1 halaman 151.

Berikut ini sistematika pelaksanaan shalat gerhana matahari secara maksimal dan lengkap:

  1. Niat. “Ushallii Sunnatan li Kusuufisysyamsi”. Aku berniat melaksanakan shalat gerhana matahari.
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca do’a iftitah
  4. Membaca al-Fatihah
  5. Membaca surah panjang (al-Baqarah atau yang seukuran)
  6. Rukuk dengan waktu yang lama
  7. Tum’ninah
  8. I’tidal
  9. Membaca al-Fatihah
  10. Membaca surah panjang (sekitar 200 ayat)
  11. Rukuk
  12. Tuma’ninah
  13. I’tidal
  14. Tum’ninah
  15. Sujud
  16. Membaca al-Fatihah
  17. Membaca surah panjang (sekitar 150 ayat)
  18. Rukuk dengan waktu yang lama
  19. Tuma’ninah
  20. I’tidal
  21. Membaca surah panjang (sekitar 100 ayat)
  22. Rukuk
  23. Tuma’ninah
  24. I’tidal
  25. Sujud
  26. Tasyahud
  27. Salam
Baca Juga:  Shalat Jumat Bagi Wanita, Bagaimana Hukumnya?

Shalat sunnah gerhana matahari sunnah dilaksanakan dengan berjamaah. Setelah shalat sunnah dilaksanakan, kemudian disambung dengan khutbah. Syarat dan ketentuannya seperti khutbah shalat Jum’at. Dan selesai sudah rangkaian shalat sunnah gerhana matahari.

Demikian, dalil dan cara melaksanakan shalat gerhana matahari. Semoga bermanfaat, wallaahu a’lam bishshawaab.

Azis Arifin