Inilah 3 Tingkatan Taubat, Salah Satunya Tidak Harus Melakukan Dosa Baru Taubat

PECIHITAM.ORG – Kata taubat sering kita dengar baik di dunia nyata maupun akting film. Secara bahasa taubat adalah kembali. Maksudnya kepada Allah setelah melakukan dosa. Tapi tidak hanya itu dan juga tidak sesederhana itu perihal taubat dalam agama ini. Berikut kami jelaskan tentang 3 tingkatan taubat yang dilakukan manusia yang merasa telah bersalah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara umum, dalam istilah penggunaannya, taubat selalu dikaitkan dengan orang yang melakukan dosa besar, semisal zina, suka mabuk, selingkuh ataupun membunuh.

Karenanya, ada beberapa syarat taubat yang harus terpenuhi. Mulai dari perasaan menyesal, berjanji tidak mengulangi lagi, hingga mengembalikan atau meminta maaf pada yang bersangkutan jika dosa yang dilakukan menyangkut haqqul adami.

Sebenarnya pengertian taubat tidaklah sesempit itu. Dan hakikatnya setiap insan harus selalu bertaubat setiap waktu. Karenanya Nabi mencontohkan minimal dalan sehari semalam membaca istighfar kepada Allah sebagai salah satu bentuk taubat kepada Allah.

Apakah kita harus bertaubat, sementara tidak melakukan dosa? Jawabannnya iya, bahkan merasa tidak melakukan dosa itu merupakan kesalahan yang harus ditaubati.

Imam As-Sya’roni menjabarkan berbagai 3 tingkatan taubat dalam menggambarkan tiga kondisi di mana manusia harus bertaubat.

Tingkatan Pertama
Ini merupakan tingkatan tubat paling dasar. Taubat yang umumnya dilakukan kalangan awam, yakni taubat yang harus dilakukan untuk kembali dari melakukan dosa, baik dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, melakukan kemakruhan dan dari perkara sia-sia.

Baca Juga:  Jangan Salah Paham! Hadits Qudsi dan Al-Quran Memiliki 5 Perbedaan yang Signifikan

Tingkatan Kedua
Pada tingkatan ini, seorang hamba bertaubat dari merasa diri sebagai orang baik, merasa dirinya telah dikasihi Allah dan bertobat dari merasa dirinya telah mampu bertaubat kepada Allah swt.

Karena sesungguhnya berbagai macam perasaan ini aalah sebuah kesalahan yang lahir dari penyakit hati manusia yang sangat halus. Makanya ini pun harus ditaubati. Karenanya, dalam agama ini, kita dianjurkan membaca istighfar setelah shalat.

Padahal sebagaimana kita tahu, shalat merupakan ibadah, bahkan ibadah utama. Lalu kenapa kita harus bertaubat setelah melakukan suatu ibadah atau kebaikan? Ya, itu tadi. Agar kita bertaubat dari merasa diri telah baik. Karena kalau rasa itu terus dibiarkan akan melahirkan sifat ujub atau bangga merasa telah mampu melakukan kebaikan.

Atau bahkan darinya akan muncul penyakit hati berbahaya lainnya, semisal takabur atau sombong. Karena merasa baik dengan ibadahnya, maka akan mencela orang lain yang belum bisa beribadah. Wal ‘iyadzu billah.

Tingkatan Ketiga
Dan ini adalah puncak taubat. Taubat tingkatan berkelas ini adalah kembali mengingat Allah SWT dari kelalaian mengingat-Nya waluapun sekejap saja. Karena melupakan-Nya adalah sebuah dosa.

Demikianlah tiga tingkatan taubat yang dijabarkan oleh Imam As-Sya’roni. Selanjutnya tinggal kita menoleh ke dalam diri masing-masing, berada di posisi manakah kita 3 tingkatan taubat tersebut?

Baca Juga:  Anjuran Tiga Hal Sederhana di Hari Jumat Namun Manfaatnya Luar Biasa

Jika kita masih berada dalam tingkat dasar, hendaklah kita pertahankan sambil terus berusaha, belajar untuk menginjak taubat tingkat kedua.

Dan apabila kita telah berada di tingkat kedua, maka berhati-hatilah sesungguhnya setan selalu mengintai kelengahan agar kita kembali terjerembab dalam kubangan dosa.
Oleh karenanya, Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Surat Hud ayat 112

فَٱستَقِم كَمَآ أُمِرتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطغَواْ إِنَّهُ بِمَا تَعمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Jadi wahai, saudaraku! Bertaubat tidaklah harus menunggu perbuatan dosa terlebih dahulu, tetapi setiap salah bahkan perasaan diri yang merasa tidak bersalah atau telah menjadi baik juga harus segera ditaubati.

Karena pada dasarnya manusia yang hidup di dunia ini berada dalam kesalahan baik kesalahan dzahir yang kasat mata maupun kesalahan bathin yang dilakukan hati.

Sebagaimana Rasulullah SAW pernah menerangkan hal ini kepada dahabat Abdulah bin Mas’ud “Barang siapa bertaubat tetapi tidak meninggalkan kesombongan dan kecongkakannya, berarti dia belum bertaubat”

Sahabat Pecihitam.org, taubat merupakan kesempatan yang disediakan oleh Allah SWT kepada hamba yang telah melakukan kesalahan. Mari ambil kesempatan ini.

Baca Juga:  Bukan Sekedar "Aku Sabar" Inilah Hakikat Kesabaran Sesungguhnya

Karena selagi nyawa belum di kerongkongan, pintu taubat masih lebar terbuka, apalagi mengingat salah dan dosa memang sukar kita hindari. Nabi bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

كل بني أدم حطاؤون وخير الخطائين التوابون

Setiap manusia pernah melakukan salah. Dan sebaik-baik orang yang melakukan salah adalah yang gemar melakukan taubat.

Taubat merupakan peluang emas bagi manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Oleh karena itulah jika kita ingin disayang olehnya segeralah bertaubat.


إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين

Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat dan menyucikan diri

Faisol Abdurrahman