Inilah Alasan Kota Madinah Diberi Gelar Al Munawarah

madinah al munawarah

Pecihitam.org – Keindahan namanya sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidin, kota madinah merupakan pusat dakwah untuk menyebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia, dan pusat pengajaran ilmu pengetahuan dan pemerintahan. Itulah salah satu alasan mengapa madinah diberi gelar Al-Munawarah (kota yang bercahaya).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kebesaran Madinah juga ditandai dengan nama-nama indah yang melekat padanya. Antara lain Madinah an-Nabi (Kota Nabi), Madinah ar-Rasul (Kota Rasul), Taba atau Tayyibah yang berarti baik, Qaryah al-Anshar (perkampungan kaum penolong), al-‘Ashimah (Ibu kota), al-Mubarakah (kota yang penuh berkah), al-Mukhtarah (yang terpilih).

Julukan lainnya adalah Bayit Rasulullah (Rumah utusan Allah), Sayyidah al-Buldan (tuan dari segala negeri), Dar al-Iman (kawasan keimanan), Dar as-Sunnah (kawasan tradisi Nabi), Dar as-Salam (kawasan damai), Dar al-Haram (kawasan suci), dan lain-lain.

Secara keseluruhan kota madinah memiliki sekitar 94 nama, akan tetapi yang paling terkenal adalah al-Munawwarah. Alasan lain mengapa madinah diberi gelar Al-Munawaroh yaitu keindahan Madinah juga ditunjang dengan kondisi alam.

Barisan bukit mengelilingi seluruh kota dan berbentuk layaknya piring terbuka. Gemerlap lampu-lampu kota terlihat sangat indah ketika penduduk atau peziarah memasuki kota pada malam hari dari dataran tinggi.

Baca Juga:  Resolusi Jihad, Laskar Hizbullah, dan Nasionalisme Pesantren

Tanah di kota Madinah terkenal subur karena sejak zaman dahulu merupakan oase besar yang ada di tengah-tengah gurun pasir. Di sebelah selatan, kota ini berbatasan dengan Bukit Air; di sebelah utara dengan Bukit Uhud dan Tsur; dan di sebelah timur dan barat dengan gurun pasir Harah. Bila turun hujan, lembah itu menjadi tempat pertemuan aliran-aliran air yang berasal dari selatan dan timur.

Madinah menghasilkan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah besar, seperti kurma, jeruk, pisang, delima, persik, anggur, dan ara. Sebagian besar penduduknya pada zaman dahulu hidup dengan bercocok tanam, dan sebagian ada yang berdagang dan beternak.

Dalam bahasa Arab, kata Madinah mempunyai arti kota. Maka jika kita menyebutnya Kota Madinah, maka artinya adalah Kota Kota. Atau seperti kita menyebutkan kota-kota.

Kota ini memang tidak memiliki nama. Maka para ulama menyebutnya sebagai Madinah An-Nabawiyah (kotanya Nabi) atau Madinah al-Munawarah (kota yang bercahaya).

Sebelum menjadi tempat Hijrah Rasul dan para sahabat, kota ini memiliki nama asli Yatsrib. Para ulama menyebutkan Yatsrib sebenarnya adalah nama orang yang pertama kali membuka kota itu dan menghuninya.

Baca Juga:  Dari Sumur, Punya Rekening dan Hotel Mewah, Inilah Wakaf Utsman bin Affan

Namun sayangnya Yatsrib sendiri berasal dari bahasa Arab, Tatsrib. Dalam Al-Quran ada kata Tatsrib berada di surah Yusuf. Dan para ulama mengatakan Nabi SAW tidak suka penamaan kota dengan kata Yatsrib.

قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖيَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92).

Salah satu makna dari kata Tatsrib adalah kesalahan atau dosa. Jadi perubahan nama Tatsrib itu merupakan perubahan dari kegelapan menuju cahaya. Dari masa jahiliyah menuju peradaban Islam. Sehingga Itu terjadi bukan hanya sekedar perubahan nama.

Sisi menarik dari sejarahnya, kota Yatsrib adalah kota yang “tidak siap”. Tidak seperti Mekkah, atau Thaif, yang di beberapa sisi dan penataan jauh lebih baik dari pada Yatsrib. Allah memberikan kepada Nabi SAW dan umatnya sebuah kota yang tidak siap. Supaya apa? Supaya kita sebagai umatnya tidak mudah menyerah.

Baca Juga:  Makna dan Filosofi Garwo (Sigarane Nyowo) dalam Istilah Jawa Menurut Kalam Ulama

Apa hubunganya menyerah dengan Yatsrib? Supaya kita mengambil pelajaran ketika melihat perjuangan Nabi memperbaiki kota Yatsrib, sampai berubah menjadi Thoyyibah, sampai menjadi pusat peradaban bumi, itu benar-benar melibatkan perjuangan Rasul SAW dan perjuangan para sahabat.

Yatsrib sebelumnya sangat tidak siap untuk menjadi pusat peradaban, tetapi akhirnya Rasulullah SAW berhasil mengubahnya menjadi pusat peradaban dunia. Sehingga alasan Madinah diberi gelar Al-Munawarah adalah karena kota yang indah ini tidak hanya dari keindahan alamnya saja namun juga tanahnya yang subur begitu pula sebagai pusat peradaban.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik