Inilah Gambaran Ketika Manusia Melintasi Jembatan Shiratal Mustaqim

Shirathal Mustaqim

Pecihitam.org – Shiratal Mustaqim merupakan jembatan yang harus dilalui oleh siapa pun tanpa terkecuali ketika waktu hari kiamat telah tiba. Jembatan Mustaqim ini disebut-sebut sebagai penghubung antara surga dan neraka. Dan konon katanya jembatan ini dibaratkan seperti rambut yang dibelah tujuh. Benarkah demikian?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Adapun cerita tentang Shiratal Mustaqim seperti rambut yang dibelah tujuh ini berkembang dari penafsiran dari Surah Al Fatihah yang di dalamnya terdapat kata “Shirathal Mustaqim”.

Sebagian ulama meyakini, bahwa arti Shiratal Mustaqim (jalan yang lurus) adalah jembatan yang lurus dan panjang. Wallahualam. Dalam riwayat lain juga ditemukan bahwa Shirath ini adalah jembatan yang terbentang diatas neraka menuju ke surga.

Semua umat manusia akan melewatinya sesuai dengan amalan perbuatan mereka di dunia. Ada yang melewatinya dengan cepat, ada yang lambat dan ada pula yang jatuh ke neraka. Adapun riwayat yang mengatakan, bahwa adanya suatu jembatan diatas neraka Jahanam adalah hadist yang artinya berbunyi:

“Maka dibuatlah As Shirath diatas Jahanam, ” (HR. Bukhori dan Muslim)

Sedangkan mengenai bentuk jembatan ini lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang adalah ucapan dari Abu Sa’id Al Hudri,

“Sampai kepada-ku bahwa jembatan ini (As Shirath) lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang” (HR. Imam Muslim).

Menapaki jembatan As Shirath adalah salah satu peristiwa sangat dasyat yang akan dialami oleh seluruh manusia yang telah mengucapkan ikrar syahadat tauhid.

Tidak hanya dialami oleh umat Nabi Muhammad SAW saja, meniti jembatan yang terbentang di atas punggun Neraka Jahanam ini juga akan dialami oleh umat beriman dari para Nabi sebelumnya, baik mereka yang imannya sejati, maupun mereka yang suka berbuat maksiat dan kaum munafik.

Menurut pendapat sebagian ahli tafsir, peristiwa menyebrangi Shiratal Muataqim diatas neraka ini, telah diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 71-72 berikut,

Baca Juga:  Wahabi Enggan Dialog Dengan Pakar, Tapi Tajam Menyerang Awam

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.” (Qs Maryam/19: 71-72).

Lantas seperti apakah bentuk Shiratal Mustaqim yang nantinya akan kita lalui sebenarnya? Dalam sebuah hadist, Rasulullah Saw menggambarkan keadaan jembatan ini. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Licin lagi menggelincirkan, diatasnya terdapat besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, Ia bagikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan. Dan dibentangkanlah jembatan Jahanam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu, “Ya Allah Selamatkan lah, selamatkanlah,”. Pada Shirath itu juga terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dan. Hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besar kecuali Allah. Maka Ia mengait manusia, sesuai dengan amalan mereka,” (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut digambarkan bahwa Shirath ini sangat licin, sehingga sangat mengkuatirkan dan kita mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh ketika melewatinya. Shirath tersebut juga mampu menggelincirikan orang-orang yang berjalan diatasnya.

Para ulama menerangkan bahwa maksud dari kata menggelincirkan, adalah jembatan tersebut bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga orang yang melewatinya merasa takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.

Jembatan tersebut terdapat besi pengait yang besar, penuh dengan duri dan dibagian ujungnya bengkok. Ini menunjukan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari cengkramannya. Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak dan tersambar oleh pengait besi atau tidak semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing.

Baca Juga:  Ajaran Akhlak Islami Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha

Shirat ini terbentang di atas neraka Jahanam sehingga siapa pun yang terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait maka ia akan jatuh ke dalam Neraka. Shirath tersebut sangat halus dan tajam sehingga akan sulit melewatkan kaki di atasnya dan bisa membelah orang yang melewatinya.

Namun, sekalipun shirat tersebut digambarkan seperti diatas, manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah SWT maha kuasa untuk menjadikan manusia mempu berjalan diatas apapun. Sulit atau tidaknya melewati Shirath semua itu tergantung pada kualitas keimanan dan amal setiap orang yang melewatinya.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Imam Muslim yang artinya:

“Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. ”

Akan ada manusia yang menyebrangi Shirat ini dengan selamat, ada pula yang terluka karena terkena duri-duri yang mencabik-cabik tubuhnya, dan ada pula mereka yang gagal melewatinya, mereka tergelincir ke nereka yang menyala-nyala di bawah jembatan tersebut.

Adapun Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ketika peristiwa menegangkan itu sedang berlangsung, para Nabi dan malaikat sibuk mendoakan bagi orang-orang beriman. Mereka berdoa, “Ya Rabbi selamatkanlah, Ya Rabbi selamatkanlah”.

Kemudian Allah akan meberikan cahaya bagi orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an berikut:

Baca Juga:  Inilah Pengantin Al Quran dan Keindahannya yang Jarang Diketahui

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. At-Tahrim: 8)

Begitu dahsyat peristiwa menyeberang Shiratal Mustaqim tersebut, pantaslah jika Rasulullah SAW pernah menyatakan, bahwa ketika menyeberangi jembatan di atas neraka Jahanam ini, seseorang tidak akan ingat orang lainnya. Sebab setiap orang akan sibuk memikirkan keselamatan dirinya masing-masing.

Namun yang jelas Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. Dan pasti Allah akan memberikan bekal kemudahan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa dalam melewati jembatan tersebut. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik