Inilah Kedudukan Rasulullah SAW di dalam Al-Qur’an (Bagian II)

Inilah Kedudukan Rasulullah SAW di dalam Al-Qur'an (Bagian II)

Pecihitam.org – Jika sebelumnya sudah saya tuliskan mengenai kedudukan Nabi Muhammad SAW di dalam Al Qur’an, kali ini saya ingin kembali memperkenalkan kepada saudara-saudaraku tentang kedudukan Rasulullah Muhammad SAW yang mungkin belum begitu kita perhatikan berdasarkan nash yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mungkin, sebagian besar umat Islam menganggap Nabi Muhammad saw sebagai manusia biasa, padahal yang benar menurut saya adalah Nabi Muhammad saw itu manusia biasa yang Luar Biasa. Apa buktinya ia manusia luar biasa?

Di sini saya kutipkan beberapa ayat di dalam al-Qur’an tentang Nabi Muhammad saw yang berbicara langsung mengenai Nabi Muhammad saw.

Pertama, merujuk kepada Qs. An-Najm ayat 3-4 Allah swt berfirman:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

Terjemahnya: dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

Ayat sebelumnya Allah swt bersumpah dengan bintang-bintang jika ia terbenam, (bahwa) Rasulullah swt tidak menyimpang dari jalan hidayah dan kebenaran, tidak menyalahi dari jalan lurus, ia tetap istiqamah (konsisten) pada kebenaran dan hidayah Allah swt.

Baca Juga:  Astagfirullah, Ustadz Ini Sebut Rasulullah SAW Adalah Wahabi

Ciri khas dalam al-Qur’an bahwa setiap kali Allah swt bersumpah maka itu mengandung makna penegasan, sesuatu yang penting untuk diperhatikan, misalnya Allah swt bersumpah dengan waktu (ashr) wal ashr (demi waktu).

Perlu untuk digaris bawahi bahwa Qs. An-Najm ayat 3-4 menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw hanya bertindak, berucap sesuai petunjuk wahyu tanpa sedikitpun keluar dari petunjuk wahyu.

Kedua, Qs al-Kahfi ayat 110 Allah swt berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ …. (110)

Terjemahnya: katakanlah (muhammad) sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.

Qs An-Najm 3-4 dan al-Kahfi ayat 110 pada hakikatnya saling menyempurnakan bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah manusia biasa yang menerima wahyu. Dengan kemampuan Nabi saw menerma wahyu menunjukkan bahwa kita sangat berbeda dengan Nabi saw.

Baca Juga:  Melihat Ibrah Dari Kisah Nabi Yusuf Versi Quraish Shihab

Ketiga, Qs al-Anbiya ayat 107 Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (107)

Terjemahnya: tidaklah saya (Allah) mengutusmu (Muhammad) melainkan rahmat bagi alam semesta.

Kehadiran Nabi Muhammad saw di bumi adalah rahmat bagi seluruh alam semesta. Dalam mazhab ahlu sunnah wal jamaah bahwa a>lam (alam) adalah ma> siwa> Allah (segala sesuatu selain Allah)

Sebagian ulama berkata bahwa lahirnya Nabi saw itu lebih baik daripada malam lailatul qadr, kenapa? Karena lailatul qadr turun kepada orang mukmin tertentu sementara Nabi Muhammad saw hadir di muka bumi ini untuk seluruh alam semesta tanpa terkecuali.

Keempat, Sifat kurang ajar kepada Nabi Muhammad saw akan menghapuskan amal-amal kita. Perhatikan Qs al-Hujurat ayat 2 Allah swt berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2)

Terjemahnya: wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya (muhammad) dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadarinya.

Baca Juga:  Kitab Tuhfat Al Nafis, Karya Mashur Sastrawan Islam Bugis

Saya kira, sebagai umat Nabi Muhammad saw perlu diperhatikan peringatan ayat ini tentang adab kita kepada Nabi Muhammad saw. Dalam shalat sebelum mengakhiri shalat, kita terlebih dahulu memberi salam kepada Nabi saw dan orang-orang shalih, sebelum kita tidur.

Salah satu amalan sebelum tidur adalah memberi shalawat kepada Nabi Muhammad saw, sebelum masuk rumah dianjurkan memberi salam kepada Nabi dan orang-orang shalih sebelum memberi salah secara umum kepada penghuni rumah.

Semua ini menjukkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kedudukan, derajat yang sangat tinggi, istimewa di sisi Allah swt.

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.

Muhammad Tahir A.