Islam Nusantara Anti Arab? Pahami Dulu Penjelasan Ini!

islam nusatara anti arab

Pecihitam.org – Menganut Islam, sudah pasti harus berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua sumber Islam ini berbahasa Arab. Tidak mungkin seorang muslim bisa membaca dan memahami al-Quran dan Hadits dengan baik tanpa mahir berbahasa Arab.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Oleh karena itu, jika Anda belajar di Pondok Pesantren lembaga pengusung Islam Nusantara pertama, yang diajarkan adalah bahasa Arab. Mulai dari cara menulis Arab yang benar (Khoth, Imla’), melafalkan al-Quran sesuai dengan tajwid dan makhorijul huruf, hingga belajar gramatika bahasa Arab (nahwu), morfologi Arab (sharaf), semantika Arab (balaghah), leksikologi Arab (mu’jamiyat), bahkan juga sastra Arab (badi’, bayan, ma’ani, qawafi, ‘arudl, dll).

Kitab-kitab kuning berbahasa Arab tentang ilmu-ilmu bahasa Arab ini, jika belajarnya dari dasar, tidak habis dipelajari dalam waktu 5 tahun.

Islam Nusantara tidak anti Arab. Malah, mereka ahli berbahasa Arab, baik dalam tulisan maupun ucapan.Adalah persepsi yang salah bahwa Islam Nusantara anti Arab dan alergi dengan Arab.

Dalam waktu yang sama, para santri juga belajar ilmu-ilmu keislaman, yang semua sumber belajarnya berbahasa Arab. Bidang kajiannya beragam. Ada ilmu fiqh (hukum Islam), ilmu ushul fiqh (metodologi hukum Islam), ilmu qawa’id fiqhiyah (prinsip-prinsip yurisprudensi), tafsir al-Qur’an, Hadits dan syarahnya, ‘ulumul Qur’an, ‘ulumul Hadits, tarikh (sejarah), ilmu falak, dll. Sekali lagi, semua sumber ilmu ini juga berbahasa Arab.

Baca Juga:  Islam Nusantara; Konsep Pengamalan Beragama Untuk Indonesia dan Dunia

Jika anda cermati pula, sebagian besar nama-nama kyai dan santri pengusung Islam Nusantara beserta keluarganya juga menggunakan nama Arab. Tulisan mereka di Pesantren juga menggunakan bahasa Arab atau Arab pegon. Bahkan, nyanyian nasionalisme Indonesia yang sekarang ini marak didengungkan setiap ceremoni juga berbahasa Arab. Yakni, Mars Yalal Wathon.

Dalam implementasi dan amaliah budaya, Islam Nusantara sepenuhnya menggunakan nalar dan praktik kebudayaan Nusantara. Lebih spesifik kebudayaan Indonesia. Bukan kebudayaan Arab. Kami tidak Arabis dan bukan penganut Arabisme.

Sampai sini, terang benderang bahwa Islam Nusantara tidaklah anti Arab. Malah, mereka ahli berbahasa Arab, baik dalam tulisan maupun ucapan. Adalah persepsi yang salah bahwa Islam Nusantara anti Arab dan alergi dengan Arab. Pun fitnah yang keji, sebagaimana video yang diviralkan, menuduh bahwa sholat muslim Nusantara menggunakan bahasa non-Arab. Jangankan ibadah sholat yang jelas disyariatkan, doa, sholawatan, bahkan lagu nasionalisme Indonesia juga berbahasa Arab.

Nah, meski muslim Nusantara mencintai bahasa Arab, tapi tidak Arabis. Bukan penganut Arabisme. Di sini bedanya. Muslim Nusantara menguasai bahasa Arab digunakan sebagai sarana ibadah, alat untuk memahami al-Qur’an, al-Hadits, dan pendapat para ulama di masa lampau yang sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Selebihnya, digunakan untuk alat komunikasi dan pengantar studi yang membutuhkan bahasa Arab.

Dalam implementasi dan amaliah budaya, Islam Nusantara sepenuhnya menggunakan nalar dan praktik kebudayaan Nusantara. Lebih spesifik kebudayaan Indonesia. Bukan kebudayaan Arab. Kami tidak Arabis dan bukan penganut Arabisme.

Baca Juga:  Pemikiran KH. Said Aqiel Siradj; Pentingnya Fiqh Tamaddun di Nusantara

Bahasa sehari-hari kami menggunakan bahasa Indonesia. Cara berpakaian, berperilaku, dan bermu’amalah, semuanya menggunakan kebudayaan yang berlaku di Indonesia. Termasuk dalam berbangsa dan bernegara, kami mengikuti kesepakatan nasional (ijma’ wathoniy) yang sudah lazim. Yakni berideologi Pancasila, berkonstitusi UUD 1945, berprinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI bentuk final (harga mati, tidak bisa ditawar-tawar lagi).

Namanya saja Islam Nusantara, maka aqidahnya jelas Islam, berpedoman pada al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Tapi dasar kebangsaan kami adalah Pancasila dan UUD 1945. Praktik kebudayaannya adalah kebudayaan yang berlaku dan berkembang di Indonesia.

Di sini memang dibutuhkan kecerdasan nalar untuk memilah mana ajaran Islam dan mana kebudayaan Arab. Sebagai ajaran Islam, tentu wajib diikuti dan diamalkan oleh setiap muslim. Tapi sebagai kebudayaan, tentu tidak harus diikuti dan tidak boleh dipaksakan untuk diterapkan. Karena Indonesia punya lanskap kebudayaannya sendiri, yakni kebudayaan Nusantara. Di sini ada budaya Jawa, budaya Sunda, budaya Minang, budaya Aceh, budaya Makassar, budaya Batak, budaya Sasak, budaya Papua, dan sebagainya.

Dengan penjelasan ini, tampak jelas bahwa Islam Nusantara bisa memilah dan sekaligus mendamaikan antara aqidah, kebangsaan, dan kebudayaan. Atau, antara keislaman dan keindonesiaan dalam satu nafas kehidupan.

Baca Juga:  Keperkasaan NU Hadapi Radikalisme dan Wahabi di Indonesia

Bangsa Arab pun tidak berkepentingan bahwa menjadi muslim harus berbudaya Arab. Mereka memahami, mana agama dan mana budaya. Sebagai kebudayaan Arab, bangsa Arab pun tentu tidak akan memaksakan untuk diikuti. Mereka tidak akan memaksakan kita harus menjadi Arabis, atau penganut Arabisme.

Atas pemahaman ini, maka Islam Nusantara tetap berhubungan baik dan bekerjasama dengan negara manapun, termasuk negara-negara Arab. Banyak sekali anak-anak muslim Nusantara belajar bertahun-tahun di negara-negara Arab. Mereka mahir bahasa Arab, menguasai ilmu-ilmu keislaman secara mendalam, tapi tetap berkebudayaan Nusantara.

Itulah Islam Nusantara, Islam yang selama ini kita praktikkan di Indonesia. Semoga penjelasan singkat ini bisa memberikan jawaban atas kegalauan mereka tentang anti Arab. [Fahimna]

Sanad tulisan: Diriwayatkan oleh Mbah Yai Darjo Pomo (Suwito Wicaksono) tentang Islam Nusantara dari KH. Marzuki Wahid. Yogya, 29/09/2018

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *