Jalan Tasawuf Sebagai Solusi Disintegrasi Bangsa

Jalan Tasawuf

Pecihitam.org – Salah satu cara yang hampir disepakati para ahli untuk mengatasi problematika disentegrasi Bangsa adalah dengan berakhlak tasawuf. Dengan adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan yang semuanya berasal dari Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tarekat yang berada dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqomah. Ajaran tawakal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan kokoh, karena ia telah mewakilkan urusannya kepada Tuhan.

Sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridha yang diajarkan tasawuf yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan. Sikap matrelialistik dapat diatasi denggan konsep juhud yang tidak mau diperbudak dan tidak mau dijajah dengan nafsu duniawi.

Demikian dengan ajaran ujlah akan membekali manusia modern agar tidak menjadi sekfrut dari mesin kehidupan manusia yang tidak tahu lagi arahnya. Demikianlah begitu efektif mengatasi problematika bangsa di dalam masyarakat modern dengan menerapkan konsep-konsep akhlak tasawuf.

Proses modernisasi yang dijalankan oleh dunia Barat sejak zaman renaissans, di samping membawa dampak positif, juga telah menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya, modernisasi telah membawa kemudahan-kemudahan dalam kehidupan manusia. Sementara dampak negatifnya, modernisasi telah menimbulkan krisis makna hidup, kehampaan spiritual dan tersingkirnya agama dalam kehidupan manusia.

Kondisi ini disebabkan karena parameter segala aspek kehidupan adalah materi. Materi, bagi manusia modern, merupakan ikon bermakna yang seakan tak dapat diganti oleh lainnya. Amin Syukur menjelaskan, dengan mengutip ayat al-Qur’an, bahwa Allah membagi materi itu dalam tiga macam, yaitu: istri/suami, anak, dan harta. Tiga hal tersebut yang memang selama ini menjadi inti setiap persoalan umat manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Baca Juga:  Mengenal Tuhan Melalui Ma'rifah Syuhudi, Bukan Konsepsi Semata (Bag I)

Allah dengan jelas mengakui akan ketiga macam godaan itu bagi manusia. Ketika manusia telah terlena oleh godaan itu, ia akan menjadi lupa bahwa semuanya hanya fatamorgana. Dalam arti, apa yang dianggap sebagai kesenangan itu sifatnya nirmakna. Ia bukan kesenangan hakiki. Karena yang hakiki hanya perjumpaan dengan sang pemilik kesenangan, Allah Swt.

Karena alasan itulah, para sufi seperti al-Hallaj, Rabi’at al-Adawiyah, Hasan al-Basri, dan tokoh-tokoh sufi lainnya berupaya untuk terus menyatu (ittihad) dengan Rabb-nya. Hanya dengan ittihad itulah mereka (para sufi) merasa benar-benar mendapatkan kesenangan yang sebenarnya dan tak tergantikan. Apalah arti gemerlap dunia yang fana jika dibandingkan perjumpaan dengan yang Maha Segalanya.

Harta kekayaan adalah sejumput kecil yang tak berarti apa-apa. Sehingga, para sufi itu tidak bisa ditipu dengan apapun yang sifatnya duniawi. Itulah keadaan di antara perbedaan yang harus dijadikan pertimbangan oleh manusia modern dalam menatap masa depan kehidupan yang lebih sempurna dan indah.

Omar Alishah dalam bukunya “Tasawuf Sebagai Terapi” menawarkan cara Islami dalam pengobatan gangguan kejiwaan yang dialami manusia, yaitu dengan cara melalui terapi sufi. Terapi tasawuf bukanlah bermaksud mengubah posisi maupun menggantikan tempat yang selama ini di dominasi oleh medis, justru cara terapi sufi ini memiliki karakter dan fungsi melengkapi.

Karena terapi tasawuf merupakan terapi pengobatan yang bersifat alternatif. Tradisi terapi di dunia sufi sangatlah khas dan unik. Ia telah dipraktekkan selama berabad-abad lamanya, namun anehnya baru di zaman-zaman sekarang ini menarik perhatian luas baik di kalangan medis pada umumnya, maupun kalangan terapis umum pada khususnya.

Baca Juga:  Perbedaan Makna "Menyendiri" dalam Istilah Khalwat dan Uzlah, dan Praktiknya dalam Tradisi NU

Karena menurut Omar Alisyah, terapi sufi adalah cara yang tidak bisa diremehkan begitu saja dalam dunia terapi dan penanganan penyakit (gangguan jiwa), ia adalah sebuah alternatif yang sangat penting.

Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perilaku para ahli sufi seperti disebutkan diatas yang bisa dijadikan sebagai patron;

Pertama, dalam Islam, harta kekayaan bukan sebagai tujuan, tetapi sebagai sarana mencapai pahala dan rida-Nya. Ada keseimbangan antara persoalan dunia dan akhirat. Kekayaan tidak semata-semata sebagai sarana eksistensi diri di dunia supaya survive. Tetapi ia juga harus dijadikan batu loncatan untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak. 

Kedua, manusia seharusnya membuang apa yang disebut sebagai al-wahn, yaitu penyakit cinta dunia dan takut mati. Sedangkan dunia dalam perspektif tasawuf adalah segala sesuatu selain Allah dan atau tidak memiliki nilai ilahiyah.

Ketiga, Ajaran tasawuf, sebagaimana dicontohkan oleh para tokoh sufi, lebih menekankan pada konsep taslm (berserah diri), tafwid (menyerahkan diri semuanya kepada Allah), tazkiyat al-nafs (pembersih hati dan jiwa), tawhid bi al-khalq wa al-mashi’ ah (Tuhanlah yang menciptakan makhluq sekaligus dengan semua kehendak dan keinginannya).

Dengan kesadaran demikian, manusia akan mengakui bahwa semuanya adalah milik Allah. Yang lain tidak memiliki kekuasaan apapun. Sehingga, manusia sebagai makhluq harus menyadari akan kekurangannya yang selalu butuh rahman dan rahim-Nya.

Oleh sebab itu, al-Qur’an menyatakan wa ma khalaqt al-jinn wa al-ins illa li ya‘budun (tiada lain tujuan Allah menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah kepada-Nya). Semua ibadah yang dilakukan oleh manusia dan semua makhluq bukan untuk Allah, tapi untuk manusia itu sendiri. Yaitu sebagai pengakuan akan kelemahan manusia di hadapan kekuasaan Allah yang Maha segalanya.

Baca Juga:  Inilah Tiga Tahap Yaqin bagi Para Peniti Jalan Ilahi dalam Dunia Tasawuf

Dengan demikian, terapi tasawuf atau sering juga disebut dengan penyembuhan sufis adalah penyembuhan cara islami yang dipraktekkan oleh para sufi ratusan tahun lalu. Prinsip dasar penyembuhan ini adalah bahwa kesembuhan hanya datang dari Allah Yang Maha penyembuh, sedangkan para sufi sebagai terapis hanya bertindak sebagai perantara.

Maka kehadiran tasawuf di dunia modern ini sangat diperlukan, guna membimbing manusia agar tetap merindukan Tuhannya, dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamour dan suka hura-hura menjadi orang yang asketis (Zuhud pada dunia). Disamping itu juga, tasawuf modern juga sebagai terapi penyembuhan bagi kegundahan hati dalam merindukan tuhannya.

Sumber :

  • Amin Syukur,Tasawuf Kontekstual; Solusi Problem Manusia Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
  • Alishah, Terapi Sufi,  (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2004)
  • Abdul Halim Mahmud, Membebaskan Manusia dari Kesesatan, ter. Abdul Munip (Yogyakarta: Mitra Pustaka

2005)