Hati-hati! Jangan Mudah Memvonis Kafir Kepada Orang Lain

jangan mudah melabeli kafir

Pecihitam.org – Muhammad Ibnu Abdul Wahab sering melabelkan dan menjuluki umat Islam yang tidak setuju dengan fahamnya sebagai orang-orang kafir. Padahal yang digunakannya adalah firman-firman Allah untuk orang kafir, akan tetapi justru malah ditunjukkan untuk sesama muslim.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bahkan secara terang-terangan dan tegas Muhammad Ibnu Abdul Wahab menerapkan kata musyrik dalam Al-Qur’an yang seharusnya diperuntukkan untuk orang-orang kafir Quraisy. Tetapi malah digunqkan untuk orang-orqang yang bersyahadat, sholat, zakat, puasa dan melakukan Haji. Seperti yang ditulis dalam bukunya sendiri yang berjudul “Kasyfu asy-Syubhat.

Tulisan-tulisan Muhammad bin Abdul wahab banyak dinilai mengandung unsur-unsur politis dan memanfaatkan ajaran-ajaran agama Islam bahkan ayat-ayat Al-Qur’an hanya untuk kepentingan dan kemaslahatan golongannya saja.

Seperti yang dikatakan oleh syaikh idahram seorang penulis buku-buku yang membahas dengan wahabi seperti buku “Sejarah Berdarah Sekte Wahabi” mengatakan jika Muhammad bin Abdul Wahab banyak memalsukan data-data sejarah islam dan hanya untuk kepentingannya sendiri atau golongannya.

Maka sudah jelas bahwa apapun yang disampaikan oleh sekte wahabi (sektenya Muhamad bin Abdul Wahab) itu tidak layak untuk diikuti. Sebab tujuannya hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan. Tidak menjalankan Agama sebagaimana mestinya.

Baca Juga:  Cara Al-Qur'an Memberi Petunjuk Bagi Mereka yang Tidak Paham Bahasa Arab

Bahkan secara langsung Muhammad bin Abdul Wahab menuduh umat Islam di zamannya tidak mengenal Tuhan dan dikatakan bahwa mereka dan telah menyembah berhala. Maka dengan alasan ini dia akan menghalalkan darah, harta dan kehormatan umat Islam yang dia anggap musyrik dan kafir tersebut.

Padahal Muhammad bin Abdul Wahab hanya ingin mengembalikan orang-orang yang tidak sepaham dengan dirinya dan golongannya saja. Dengan menggunakan dalil agama maka akan bisa lebih meyakinkan orang-orang yang sudah mempercayainya dan sudah menyetujui simpati terhadapnya.

Sementara Jauh kebelakang Nabi telah mewanti-wanti umatnya untuk tidak mudah mengkafirkan sesama muslim. Seperti yang tertera dalam HR Bukhari, Ahmad dan Baihaqi yang artinya,

Janganlah ada orang yang menuduh orang lain fasik atau kafir, karena itu bisa dikembalikan kepada siapa pun yang terbukti tidak terbukti”.

Atau dalam Hadis lainnya yang juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya mengatakan

“Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya (yang seiman) ‘hai kafir’ maka ucapan itu akan menimpa salah satunya”

Maka sebagai sesama umat muslim seharusnya kita bisa lebih hati-hati dalam melabeli sesama kita. Kita harus belajar kepada ulama-ulama kita yang sangat hati-hati dalam memberikan label kepada sesama umat muslim, meskipun ada beberapa bukti bahwa orang tersebut melakukan sebuah tindakan yang mengarah kepada kesyirikan.

Baca Juga:  Adab Membaca Al Quran yang Patut Diketahui dan Diamalkan

Seperti yang disampaikan oleh KH. Abdul Qohar Pengasun Pondok-pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon mengatakan, kalau kita lebih baik salah berprasangka baik kepada sesama kita daripada berprasangka buruk kepadanya.

Maksudnya adalah lebih baik kita tetap menganggap orang yang melakukan perbuatan yang mendekati kesyirikan itu tetap Islam daripada kita menganggap atau melabeli orang tersebut dengan label musyrik atau kafir.

Sebab apabila kita sudah memberikan label musyrik kepadanya maka akan berbalik kepada kita apabila tidak ditemukan bukti bahwa orang tersebut memang telah melakukan tindkan musyrik.

Bahkan ditegaskan lagi oleh Kiai Abdul Qohar bahwa meskipun kita tahu orang tersebut melakukan perbuatan musyrik, sebagai tindak kehati-hatian dan atas dasar adab sesama manusia hendaknya kita tidak memberikan label musyrik ataupun kafir.

Barangkali saja jika adab dan perangai kita tetap baik orang tersebut akan bisa diberikan nasehat atau bisa dengan mudah diingatkan. Sebaliknya apabila kita lantang dan tegas melabelinya dengan label kafir bisa saja malah membuat orang tersebut malah memilih tindakan antipati terhadap kita.

Baca Juga:  Tak Mampu Berbahtsul Masail dengan Kyai NU, Para Juhala Hanya Bisa "Teriak" Tanpa Ilmu

Tentu saja hal ini sejalan dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi bahwa Islam disampaikan dengan cara yang baik-baik. Apalagi Nabi sendiri diturunkan untuk menyempurnakan dan memperbaiki Akhlak.

Jadi penyampaian yang baik itu bukan hanya disampaikan kepada orang-orang non-muslim saja, akan tetapi sesama muslim juga merupakan suatu kewajiban yang harus bisa dilakukan sesama Muslim.

Hal ini agar disetujui oleh Allah dalam beragama menjadi lebih nyaman dan penuh dengan nilai-nilai kehormatan, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muahammad SAW. Semoga Allah Meminta kita semua dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Dimikian. Tabik.!

Fathur IM