Kalau Junub Haruskah Langsung Mandi? Pengantin Baru Harus Baca!

Kalau Junub Haruskah Langsung Mandi

Pecihitam.org – Sehabis melakukan hubungan badan atau dalam keadaan junub, seseorang diwajibkan untuk mandi. Namun ketika junub haruskah langsung mandi atau bisa dilakukan beberapa jam kemudian?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Orang yang sedang junub, Ia sedang dalam hadas besar. Karenanya banyak ibadah wajib yang tidak bisa dan memang haram untuk dikerjakan hingga ia bersuci atau mandi besar untuk menghilangkan hadasnya.

Tentang kewajiban mandinya – sebagaimana penjelasan ulama – tidak wajib seketika setelah ia melakukan jima’, tetapi bisa dilakukan nanti selagi tidak ada kewajiban mendesak yang mensyaratkan dalam keadaan suci, seperti shalat misalnya.

Dengan demikian, seseorang yang junub boleh saja untuk tidur, makan ataupun berhubungan kembali walupun dia belum mandi.

Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-Minhaj

حاصل الأحاديث كلها أنه يجوز للجنب أن ينام ويأكل ويشرب ويجامع قبل الاغتسال

Kesimpulan dari seluruh hadis di atas bahwa boleh bagi orang yang junub untuk tidur, minum dan kembali melakukan jima’ sebelum ia mandi besar.

Tetapi jika kebolehan mandi beberapa waktu kemudian ini jika tidak ada kewajiban yang harus ia lakukan dalam keadaan suci. Kalau ada, misalnya harus shalat, maka kelonggaran waktu tidak berlaku

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Mentalak Tiga dengan Sekali Ucapan, Jatuh Talak Tiga atau Hanya Satu?

وفي هذه الأحاديث المذكورة في الباب أن غسل الجنابة ليس على الفور، وإنما يتضيق على الإنسان عند القيام إلى الصلاة وهذا بإجماع المسلمين

Hadis-hadis yang menyebutkan kebolehan mandi janaabah tidak harus segera dilakukan akan menjadi sempit jika ingin mendirikan shalat. Ini merupakan ijma’ kaum muslimin.

Namun, bagi orang yang junub jika ia ingin tidur, makan atau melakukan jima lagi sebelum mandi, ada dua hal yang disunnahkan yang perlu ia lakukan, yakni membasuh kemaluannya dan berwudhu.

Tentang hal ini dijelaskan dalam kitab Asna al-Mathalib berikut

وَسُنَّ لِلْجُنُبِ غَسْلُ فَرْجٍ وَوُضُوءٌ لِجِمَاعٍ وَلِأَكْلٍ وَشُرْبٍ وَنَوْمٍ

Disunnahkan bagi orang yang junub untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu jika ingin melakukan jima’, makan atau tidur (Asna al-Mathalib Juz I halaman 168)

Pendapat di atas disandarkan pada beberapa hadis Nabi berikut

Hadis riwayat Imam Muslim

إذَا أتى أحدكم أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ فَلْيَتَوَضَّأْ بَيْنَهُمَا وُضُوءًا

“Jika salah seorang di antara kalian melakukan hubungan dengan istrinya, kemudian ingin melakukannya lagi (sebelum mandi), hendaknya ia melakukan wudhu’ antara keduanya”

Hadis riwayat Imam Bukhari

Baca Juga:  Bolehkah Mengulangi Hubungan Suami Istri Tanpa Mandi Junub?

كان النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم إذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وهو جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ وكان صلى اللَّهُ عليه وسلم إذَا كان جُنُبًا فَأَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أو يَنَامَ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ


“Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika ingin tidur sementara dalam keadaan junub, maka beliau akan membasuh kemaluannya dan berwudhu layaknya wudhu untuk shalat dan adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika sedang junub dan berkeinginan untuk tidur atau makan, maka beliau akan melakukan wudhu layaknya wudhu untuk shalat”

Artinya jika kedua hal di atas (membasuh kemaluannya dan berwudhu) tidak dilakukan sementara ia makan, tidur atau melakukan jima’ lagi sebelum mandi, maka hukumnya makruh. Sebagaimana keterangan berikut

ويكره للجنب الأكل والشرب والنوم والجماع قبل غسل الفرج والوضوء


Dimakruhkan bagi orang yang junub makan, minum dan kembali melakukan jima’ sebelum ia membasuh kemaluannya dan berwudhu (Minhaj al-Qawim halaman 95)

Adapun hikmah atau manfaat membasuh kemaluan dan berwudhu bagi orang yang junub adalah meringankan hadas, menjaga kebersihan dan agar semangat untuk mandi.

Baca Juga:  Inilah Cara Mengqadha Shalat yang Terlupa Menurut Madzhab Maliki

وَالْحِكْمَةُ في ذلك تَخْفِيفُ الْحَدَثِ غَالِبًا وَالتَّنْظِيفُ وَقِيلَ لَعَلَّهُ يُنَشِّطُ لِلْغُسْلِ

Hikmah dari membasuh kemaluan dan berwudhu adalah untuk meringankan hadas dan dikatakan mudah-mudahan itu membangkitkan semangat untuk mandi. (Asna al-Mathalib fi Syarh Raudl al-Thalib Juz I halaman 68).

Demikian penjelasan para ulama mengenai orang yang junub haruskah langsung mandi ataukah ada kelonggaran waktu. Harus langsung mandi jika memang ada kewajiban mendesak yang mensyaratkan dalam keadaan suci, dan bisa ada kelonggaran waktu jika memang tidak ada kewajiban mendesak harus ia lakukan dalam keadaan suci. Wallahu a’lam bisshawab!

Faisol Abdurrahman