Karakteristik Agama Samawi Menurut Para Ulama Kontemporer

Karakteristik Agama Samawi Menurut Para Ulama Kontemporer

PeciHitam.org – Di Indonesia, berbicara mengenai agama merupakan hal yang dianggap asyik dan menarik oleh hampir tiap individu. Bahkan baik siang maupun malam, topik agama ini lah yang paling laku dan tidak ada habisnya. Sering kita jumpai, di warung-warung kopi, di obrolan grup whatsapp dan sebagainya, ketika seseorang sudah bosan membahas hal lainnya, agar suasana basa-basi kembali hangat, dipilihlah topik agama ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Perlu diketahui bahwa kata agama berasal dari bahasa Sanskrit, yang tersusun dari dua kata yaitu, a artinya tidak, dan gama berarti pergi, jadi ketika tersusun menjadi satu kata artinya tidak pergi, tetap ditempat; diwarisi turun temurun. Sedangkan kata Samawi berasal dari bahasa Arab, kata sifat dari kata sama’ yang memiliki arti langit.

Sehingga, Agama Samawi berarti agama langit. Agama langit di sini artinya ialah agama yang berbasis pada wahyu ilahiah yang diturunkan (unzila) dari langit melalui para nabi dan rasul sejak Nabi Adam yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti.

Adapun nama lain dari agama samawi antara lain, agama wahyu, agama langit, agama profetis, din-as samawi, revealed religion. Kemudian jika kita menggunakan kata agama wahyu, yaitu agama yang diturunkan oleh Allah melalui wahyu kepada seorang nabi atau rasul. Berikut ini merupakan tiga agama wahyu yang masih eksis hingga sekarang, antara lain:

  1. Agama Islam dengan kitab sucinya adalah al-Quran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, wahyu ini diturunkan melalui malaikat Jibril, sebagai rahmat untuk seluruh manusia dan alam semesta (rahmatan lil’alamin).
  2. Agama Kristen (Nasrani) dengan kitab sucinya Injil. Agama Kristen (Nasrani) ini diturunkan kepada Nabi Isa AS, diturunkan melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.
  3. Agama Yahudi, dengan kitab sucinya Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS, melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.
Baca Juga:  Bermakmum di Belakang Imam yang Bermadzhab Syiah, Sahkah Shalat Kita?

Tiga agama samawi diatas tentu saja memiliki kitab sucinya sendiri. Tidak   hanya itu, terdapat perbedaan karakteristik dalam agama samawi yang akan kita bahas dibawah ini.

Terkait dengan kitab suci agama samawi, Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Mannar mengemukakan pandangan yang relatif baru dalam diskursus Ahli Kitab di kalangan para ahli tafsir.

Menurutnya, Ahli Kitab tidak hanya sebatas pada Yahudi dan Nasrani, namun juga Majusi, Konghucu, Budha dan lain-lain yang mereka itu memiliki semacam kitab suci atau semacam Nabi yang ajaran-ajarannya dibukukan di kemudian hari.

Harun Nasution mengklasifikasikan agama samawi sebagai berikut:

  1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusrn.
  3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di Iuar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia.
  4. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
  5. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
  6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib.
  7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia.
  8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Baca Juga:  Penyakit Ain, Penyebab dan Pengobatannya Menurut Islam

Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali dalam bukunya “Pendidikan Agama Islam”, karakteristik agama samawi ialah sebagai berikut:

  1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
  2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.
  3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
  4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia.
  5. Konsep ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (tauhid).
  6. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
  7. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri diselaraskan dengan ukuran dan hakekat kemanusiaan.
  8. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan.
  9. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil, yaitu manusia sempurna, manusia baik yang bersih dari noda dan dosa.
Baca Juga:  Nazar dalam Hati Apakah Dianggap Sah dan Wajib Membayar Nazarnya?

Demikian pembahasan singkat mengenai klasifikasi agama samawi. Seyogyanya, kita sebagai pemeluk agama tidak menebarkan kebencian kepada umat agama lain. Terlebih masih sama-sama agama samawi. Seringkali kebencian itu muncul karena belum paham betul mengenai agama itu sendiri. Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq