Keshahihan Hadis dalam Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim Tidak Bisa Diragukan

Keshahihan Hadis dalam Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim Tidak Bisa Diragukan

Pecihitam.org – Hadis sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Quran adalah ketetapan Allah swt dalam firman-Nya. Siapa pun umat Islam wajib mengimani dan mengakuinya tanpa ada keraguan sedikit pun dalam hatinya. Terlebih hadis-hadis Nabi yang termaktub dalam kitab Shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim (As-Shahihain).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Para ulama telah menyatakan bahwa Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah dua kitab berpredikat shahih dan rujukan utama setelah Quran. Oleh karenanya tidak heran jika kedua kitab ini dilabeli sebagai rujukan umat Islam pendamping Quran. Ini bukanlah “bualan” semata, telah dibuktikan oleh para ulama hadis yang berkaliber tinggi.

Syekh Mahmud Thahan mengungkapkan bahwa Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak meriwayatkan hadis dari orang-orang (para perawi) yang memiliki kriteria buruk, lemah dan matruk (riwayatnya ditinggalkan). Kedua Imam hadis ini juga tidak meriwayatkan hadis yang di dalamnya terdapat illat yang samar yang berdampak pada keshahihan hadis.

Dalam istilah guru hadis kami, “Shahih Bukhari dan Shahih Muslim sudah pasti keshahihannya, tidak ada keraguan di dalamnya, karena para ulama juga menilai demikian.” Oleh karenanya, ketika kami dalam beberapa kesempatan melakukan aktivitas takhrij hadis, maka beliau selalu berpesan untuk tidak meneliti hadis yang diriwayatkan oleh kedua Imam hadis kaliber tersebut. Karena akan sia-sia belaka.

Baca Juga:  Nadzam Imrithi, Kitab Nadzam dari Matan al-Ajurumiyah

Namun demikian, masih ada saja segelintir umat Islam yang sempat-sempatnya mengatakan bahwa hadis-hadis yang termaktub dalam As-Shahihain tidak semuanya shahih. Artinya, terdapat sekian atau beberapa hadis yang dianggap tidak shahih. Parahnya, dalam salah satu kasus mereka mengatakan bahwa Imam Bukhari berlaku tadlis (menyembunyikan kecacatan). Naudzubillah.

Yang lebih ekstrim adalah kitab Ad-Dawaul Qur’aniyah fi Iktisahil Ahaditsil Israiliyyah wa Tathhiril Bukhari Minha karangan Sayid Shalih Abu Bakar. Dalam kitab ini, Sayid Shalih menuduh Imam Bukhari telah menyertakan 120 hadis bohong dan cerita Israiliyat dalam kitabnya. Ekstrim bukan main, semoga hal ini tidak berpengaruh bagi ilmu dan agama. Hal ini berdasarkan Syekh Mahmud dalam kitab Ushuluttakhrij miliknya.

Baca Juga:  Mengenal Kitab Tafsir Firdaus al-Naim Karya KH. Thaifur Ali Wafi Madura

Sebenarnya, anggapan (lebih cocok disebut karangan) mereka terhadap tidak shahihnya kedua kitab hadis Shahih ini pantas dikatakan tidak berdasar, setidaknya tidak memiliki dasar yang kuat. Sebab, para ulama ahli hadis (muhadditsin) sekelas Imam Nawawi dan Imam Ibnu Shalah juga mengatakan bahwa Shahih Bukhari dan Shahih Muslim merupakan kitab yang shahih secara mutlak, tidak perlu diteliti kembali.

Imam Nawawi dalam mukadimah Syarh Shahih Muslim berkata “perbedaan antara kedua kitab shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dari kitab lainnya adalah bahwa hadisnya berstatus shahih, tidak perlu diteliti kembali dan wajib diamalkan secara mutlak. Berbeda dengan kitab hadis lainnya, tidak boleh diamalkan kecuali diteliti terlebih dahulu.

Begitu juga Imam Ibnu Shalah, tidak hanya menilai hadis-hadis yang terdapat dalam Shahihain sebagai hadis yang shahih melainkan lebih dari itu, yaitu telah dipastikan keshahihannya. Pendapat ini telah disepakati oleh para ulama hadis secara keseluruhan serta ulama terdahulu pada umumnya. Oleh karenanya, jelas tidak ada keraguan apalagi mengungkit keshahihannya.

Baca Juga:  Mengenal Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah Karya KH. Hasyim Asyari

Barangkali yang mengatakan bahwa terdapat beberapa hadis dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hanyalah kesalahpahaman belaka. Bisa berasal dari gegabahnya terhadap ilmu hadis atau bahkan ketidakmampuan terhadapnya. Siapa pun tidak dapat meragukan keshahihan kedua hadis ini, karena para ulama telah menerima dan menshahihkan sanad dan matannya. Adapun yang mengatakan bahwa dalam Shahihain terdapat hadis tidak shahih, maka itu hanya kebingungan dan ketidaktahuan semata.

Demikian, uraian mengenai keshahihan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Wallaahu a’lam bishshawaab

Azis Arifin