Pecihitam.org – Shalat Jum’at merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim jika memenuhi syarat-syarat Jum’at. Kewajiban melaksanakan shalat Jum’at terkandung dalam Q.S. Al-Jumu’ah ayat 9, Allah swt. berfirman:
ياأيها الذين أمنوا اذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا الى ذكر الله وذروا البيع ذلكم خير لكم ان كنتم تعلمون
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu mengingat Allah. Tinggalkan jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Dalam pelaksanaannya, shalat Jum’at diawali dengan 2 kali khutbah kemudian dilanjutkan dengan shalat dua rakaat. Di Indonesia, pelaksanaan khutbah Jum’at seringkali menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah tertentu.
Dalam berbagai literatur ulama, penggunaan bahasa Arab sangat ditekankan dalam melaksanakan khutbah Jum’at walaupun khatib dan jama’ah Jum’at tidak mengerti sama sekali apa yang terkandung di dalam teks khutbah. Sayyid Ahmad bin Umar Asy-Syathiri mengatakan dalam karyanya Nailul Raja’ hal. 232:
ان الثامن من شروط الخطبتين كون اركانهما باللغة العربية وان كان الخطيب والسامعون اعجميين لا يفهمونها، فان لم يمكن تعلمها قبل الوقت خطب غير الاية واحد منهم باي لغة شاء. انتهى
“Syarat kedelapan dari 2 khutbah jum’at adalah adanya pelaksanaan rukun-rukun 2 khutbah dengan bahasa arab walaupun khatib dan jama’ah Jum’at bukan orang arab yang tidak mengerti bahasa arab. Apabila tidak dimungkinkan belajar bahasa arab sebelum masuk waktu dzuhur maka khatib diperkenankan khutbah dengan bahasa yang dikehendaki kecuali pembacaan ayat Al-Qur’an.”
Sehingga jika belajar bahasa Arab tidak mungkin dilakukan sebelum pelaksanaan jum’at karena waktu yang sempit, maka khutbah Jum’at dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh khatib dan jama’ah jum’at. Namun pembacaan ayat Al-Qur’an (yang menjadi rukun khutbah) tetap harus dilakukan dengan bahasa Arab.
Pendapat ini sejalan dengan Al-‘Alamah Asy-Syarqawi dalam Hasyiyah Syarqawi ‘ala Syarhi Tahrir Juz 1 hal. 267, begitupun dengan pendapat Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Minjahul Qawim.
Alhasil, pelaksanaan khutbah Jum’at dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang seringkali dilakukan di Indonesia merupakan salah satu tradisi baik dan tidak menyalahi syara’. Hal ini sebagaimana yang digaungkan oleh Nahdlatul Ulama dengan konsep Islam Nusantara.