Kidung Rumekso ing Wengi, Doa Tolak Bala ala Sunan Kalijaga

kidung rumekso ing wengi

Pecihitam.org – Tembang atau Kidung sangatlah familiar bagi orang jawa. Sebab orang jawa adalah orang yang suka ‘nembang’ dan membuat syair-syair. Contohnya seperti halnya Ronggowarsito. Menurut beberapa peneliti itilah salah satu alasan kenapa banyak tulisan-tulisan zaman dahulu yang tercatat dalam bentuk syair, serat, suluk atau kidung.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Salah satunya adalah kidung rumekso ing wengi, yakni kidung yang bertujuan untuk menolak bala atau marabahaya. Menurut Sastro el-Ngatawi, alasan dibuatnya kidung tersebut karena pada masa itu yang paling berbahaya adalah teluh santet dan sebagainya. Sehingga membuat resah masyarakat apabila ingin melakukan sholat malam.

Kenapa menggunakan bahasa jawa dan berbentuk kidung? Karena orang Jawa pada masa itu tidak familiar dengan bahasa arab artinya sangat sukar apabila dibuat dalam bahasa arab. Maka seperti QS. Al-Isro’ : 79 kemudian diejawentahkan kedalam bahasa jawa agar bisa dipahami oleh orang jawa.

Berikut adalah bunyi kidung rumekso ing wengi :

“Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing loro
Luputa bilahi kabeh
Jin setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Niwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirno

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pqn sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang paki poning merak

Pagupakaning warak sakalir
Ndyan arca myang sagara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing hyang suksma
Ati adem utekku baginda esis
Pengucapku ya musa

Napasku nabi ngisa linuwih
Nabi yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi sleman kesakten mami
Nabi yusuf rupeng wang
Edring ing rambutku
Baginda ngali kuliting wang
Abubakar getih daging ngumar singgih
Balung baginda ngusman

Sumsumingsun patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi nuh ing jejantung
Nabi yunus ing otot mami
Netraku ya muhammad
Pamuluku rasul
Pinayungan adam kawa
Sampub pepak sekatahe para nabi
Dadya sarira tunggal

Artinya kurang lebih begini :

Baca Juga:  Doa Ziarah Kubur Lengkap beserta Manfaat dan Keutamaannya

Ada sebuah kidung doa permohonan dotengah malam.
Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit.
Terbebas dari segala petaka.
Jin dan setanpun tidak mau mendekat.
Segala jenis sihir tidak berani.
Apalagi perbuatan jahat.
Guna-guna tersingkir.
Api jadi air.
Pencuripun menjauh dariku.
Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ke tempat asalnya.
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih.
Semua senjeata tidak mengena.
Bagaikan kapuk jatuh ke besi.
Segenap racun menjadi tawar.
Binatang buas jadi jinak.
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah mirinh dan sarang merak.

Kandangnya semua badak.
Meski batu dan laut mengering.
Pada akhirnya semua selamat.
Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari. Yang dijaga oleh malaikat dan semua rosul dalam perlindungan tuhan.
Hatiku adam dan otakku nabi Sis.
Ucapanku nabi musa.

Baca Juga:  Meneladani Doa Fatimah az-Zahra Pada Hari Jumat

Nafasku Nabi Isa yang amat mulia.
Nabi Ya’kub pendengaranku.
Nabi Daud menjadi suaraku.
Nabi Ibrahim sebagai nyawaku.
Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku.
Nabi Yusuf menjadi rupaku.
Nabi Idris menjadi rambutku.
Ali sebagai kulitku.
Abu bakar darahku dan umar dagingku.
Sedangkan Usman sebagai Tulangku.

Sumsumku adalah fatimah yang mulia.
Siti Aminah sebagai kekuatan badanku.
Nabi Ayub ada dalam ususku.
Nabi Nuh ada dalam jantungku.
Nabi Yunus didalam ototku.
Mataku adalah Nabi Muhammad.
Air mukaku adalah rosul dalam lindungan Adam dan Hawa.
Yang menjadi satu Badan.

Dahulu Kidung ini banyak dilantunkan oleh orang-orang tua akan tetapi kemudian hanya dilantunkan dalam acara-acara adat saja.
Demikian Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat. Tabik!

Baca Juga:  Dzikir Yang Paling Utama Untuk Diamalkan
Fathur IM